Home AGENDA PAIr 2024: Program Lintas Disiplin Digagas Komite Seni Pertunjukan DKJ

PAIr 2024: Program Lintas Disiplin Digagas Komite Seni Pertunjukan DKJ

0

Loading

SENI.CO.ID — (PAIr) 2024 atau Performing Arts Incubation Trajectory (PAIr) 2024 merupakan program lintas disiplin yang digagas oleh komite seni pertunjukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)—yaitu Komite Tari, Komite Teater, Komite Musik, dan bermitra dengan Jejaring Produser Pertunjukan Indonesia.

Adapun PAIr dibangun berdasarkan suatu kesadaran bahwa kerja keartistikan dan keproduseran merupakan dua perihal yang setara—untuk suatu penguatan bagi seni pertunjukan. Bahwa kerja-kerja tersebut perlu didudukkan secara ekosistemik—dalam hubungannya dengan kerja antara seniman dan produser. Demikian PAIr adalah laboratorium proses pengembangan kapasitas; bagi seniman dalam ruang artistik, dan bagi produser dalam ruang produksi.

Performing Arts Incubation Trajectory

PAIr terdiri dari empat program perlintasan yang disebut Program Transit—yang secara mendasar merupakan program tahunan Komite Tari, Komite Teater, dan Komite Musik. Secara keseluruhan yaitu selama lima bulan (Juni-Oktober 2024), PAIr akan melintasi program Artistic Development, Djakarta International Theater Platform (DITP), Pekan Komponis Indonesia (Indonesian Composer Week), dan Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON). Masing-masing program memiliki karakter dan paradigma pengetahuan yang berbeda—dengan kerangka membangun Karya Bertumbuh. Inkubasi kekaryaan mendasari setiap program transit—yang membuka tantangan untuk mendefinisikan kembali apa itu Seni Pertunjukan dengan perspektif yang beragam dan relevan.

Bahwa kerja-kerja tersebut perlu didudukkan secara ekosistemik— dalam hubungannya dengan kerja antara seniman dan produser. Demikian PAIr adalah laboratorium proses ; bagi seniman dalam ruang artistik, dan bagi produser dalam ruang produksi.
pengembangan
kapasitas

Sebagai salah satu program Komite Tari-DKJ, Artistic Development digagas untuk memfasilitasi para seniman dalam pertemuan berkerangka pengembangan artistik yang bertumbuh; bahwa orientasi Artistic Development tidak sebatas karya yang selesai dengan dipanggungkan. Atas dasar tersebut, Artistic Development bermuatan diskusi, bersaling- silang pemikiran, dan membangun refleksi atas perjalanan keartistikan; kesemuanya terkait pengayaan dan penajaman gagasan kekaryaan.

Lebih lanjut, sementara Artistic Development berada dalam koridor tari—yang identik dengan koreografi, semangat lintas-disiplin adalah daya yang menggerakkan. Bahwa pertemuan dalam program ini melibatkan keragaman keilmuan dan praktik berkesenian; termasuk membuka ruang bagi berkelindannya keragaman tersebut dengan keluasan lanskap realitas. Demikian Artistic Development dapat dikatakan sebagai suatu laboratorium; secara mendasar bagi eksperimentasi secara wacana dalam rangka mempertanyakan baik pemikiran dan praktik keartistikan, khususnya terkait seni pertunjukan, yang baku.

Sebagai salah satu program Komite Tari-DKJ, Artistic Development digagas untuk memfasilitasi para seniman dalam artistik yang bertumbuh; bahwa
tidak sebatas karya yang selesai dengan dipanggungkan.

Inklusivitas Koreografi ke Koreografi Sosial

Dalam perlintasan tema yang diangkat oleh Komite Tari-DKJ, momentum terkait Artistic Development pada 2020 dan 2021 yang melibatkan seniman lintas-disiplin membuahkan catatan penting. Bahwa momentum tersebut memosisikan koreografi sebagai suatu perspektif untuk menggerakkan gagasan—berdasarkan beragam perihal yang memantiknya; semisal arsip, ruang, dan isu baik personal dan/atau komunal. Dengan pemosisian tersebut, seniman lintas-disiplin berkesempatan bergerak dalam kerangka koreografi—secara Expanded Choreography. Sebagai kerangka yang kemudian mendorong kerja keartistikan, expanded choreography memungkinkan terbukanya peluang secara keterhubungan dengan praktik selain/di luar tari; termasuk menegasikan yang diketahui secara konvensional terkait seni pertunjukan—dengan lebih mengemukakan aspek demokratisnya.

Lebih lanjut, berdasarkan keterhubungan dengan expanded choreography, pada 2024 Komite Tari-DKJ mengangkat tema Koreografi Sosial. Dalam hubungannya dengan tema besar DKJ pada 2024 yaitu “Reposisi: Seni, Kota, Warga”, pengertian koreografi sosial sendiri mengemukakan peran koreografi dalam mencermati isu-isu sosial—berdasarkan suatu kepedulian. Adapun peran tersebut bermuatan kolaborasi lintas-disiplin; dalam hal ini -semisal- terkait filsafat, ilmu-ilmu sosial, ekologi, dan terkait ruang secara spasial dan temporal. Bahwa isu sosial terkandung dalam ruang sosial, dengan kembali pada expanded choreography, terbuka kemungkinan untuk memanifestasikan peran koreografi secara kreatif—dengan memandang ruang sosial sebagai medan eksperimentasi dan inovasi; tanpa mengabaikan konteks ruang yang berlaku.

Bahwa sebagai kerangka yang kerja keartistikan, expanded choreography peluang secara keterhubungan dengan praktik selain/di luar tari; yang diketahui secara konvensional terkait seni pertunjukan— dengan lebih mengemukakan aspek demokratisnya.

Dalam konteks Artistic Development sebagai Program Transit 1 PAIr 2024, koreografi sosial dikemukakan baik sebagai penawaran dan lensa dalam lokakarya. Sebagaimana disampaikan oleh Saras Dewi, anggota Komite Tari, saat presentasi pembuka lokakarya: sebagai suatu konsep, koreografi sosial menggambarkan bagaimana perilaku sosial dan interaksi antar individu diorganisasikan dalam (ke)masyarakat(an)—serupa dengan gerakan dalam tarian. Konsep tersebut melibatkan analisis kritis tentang struktur sosial yang mengandung elemen ruang, norma, dan kuasa.

Saras juga menyampaikan tentang Bell Hooks, seorang feminis dan filsuf perempuan yang berakar budaya Afrika-Amerika. Adapun Hooks menginspirasi koreografi sosial—dengan melihat seni sebagai cara menyuarakan pengalaman yang terpinggirkan, mempromosikan inklusivitas, dan memahami keberagaman; bahwa seni dapat mengupayakan perubahan— dengan dayanya yang mampu merobohkan batasan-batasan sosial yang membelenggu masyarakat. Demikian melalui medium seni, dapat dimunculkan kemungkinan-kemungkinan yang mengemukakan narasi tandingan dalam membangun realitas alternatif. Sebagai studi kasus, ditunjukkan karya-karya berbasis tradisi, modern, dan kontemporer; bahwa koreografi sosial sebagai konsep dapat dikatakan bersifat lentur—secara paradigmanya.

Saras Dewi, anggota Komite Tari, saat : sebagai suatu konsep,
koreografi sosial perilaku sosial dan interaksi antar individu diorganisasikan dalam (ke)masyarakat(an) —serupa dengan gerakan dalam tarian.

Menajam ke lokakarya Artistic Development, sebelum beranjak ke Taman Ismail Marzuki untuk lokakarya luring yang dimulai pada 21 Juni 2024, para seniman peserta Program Transit 1 -yang dipilih dari 58 pendaftar dari seluruh Indonesia- telah bertemu secara daring pada 16 Juni 2024. Khususnya dengan Taufik Darwis selaku fasilitator lokakarya.
Dalam temu seniman daring, Darwis menyampaikan pertanyaan yang bersifat reflektif— dalam rangka para seniman membangun rumusan awal untuk dibawa ke lokakarya luring; yaitu terkait bagaimana para seniman menempatkan dirinya dalam keseharian -baik sebagai individu dan dengan sesama- yang dihubungkan dengan gagasan karya yang akan dikembangkan dalam lokakarya.

Darwis membangun kerangka lokakarya berdasarkan aspek impuls, hubungan, pengalaman, keinginan, dan kemungkinan. Kembali pada tema koreografi sosial, salah satu poin lokakarya adalah perihal Perawatan dan Perhatian; bahwa berbicara sama pentingnya dengan mendengarkan. Poin tersebut kemudian membangun interaksi antar seniman dalam bersaling-silang gagasan yang secara organik membangun dinamika lokakarya.

Termasuk Darwis menyampaikan poin bahwa kolektivitas bukan pengorbanan individualitas, dan kerja mandiri –tetap- mengandung suatu ketergantungan.
Lebih lanjut, bahwa di penghujung lokakarya para seniman akan menampilkan gagasannya kepada publik dengan format Presentasi Studio, mengemuka poin materialisasi gagasan— yang selama lokakarya membangun penawaran dengan konsekuensi pertimbangannya. Upaya materialisasi tersebut dirangsang, semisal dengan awalnya para seniman diminta menulis kata kunci—yang kemudian mengelompokkan mereka untuk berdiskusi dan kemudian menyampaikan pandangan untuk ditukar-tangkapkan.

Kembali pada tema koreografi sosial, salah satu poin lokakarya adalah perihal Perawatan dan Perhatian; bahwa berbicara sama pentingnya dengan mendengarkan.

dalam acara ini PRESENTASI STUDIO
Bertempat di Taman Ismail Marzuki, Gedung Planetarium Lantai 2 – Ruang Pameran
Said Riyadi, Ishvara Devati, Shohifur Ridho’i, Enji Sekar

Putri Wartawati, Razan Wirjosandjojo, Deskabayu
PRESENTASI STUDIO HARI 1
KAMIS, 27 JUNI 2024 :: 16.30
18.00
PRESENTASI STUDIO HARI 2 & MALAM KEAKRABAN
JUMAT, 28 JUNI 2024 :: 16.30
20.00

(YOS/SN)

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here