Longser Bandoengmooi Gelar PertuNjukan Kerajaan Tikus Kiritisi Masalah Korupsi dan Beras
SENI.CO.ID — Longser Bandongmooi menggelar pertunjukan Karajaan Beurit (Kerajaan Tikus) Sabtu, 14 Oktober 2023 pukul 09.00 , 11.00, 14.00 dan 19.30 wib. di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jalan Baranang Siang No.1, Kosambi Kota Bandung.
Pertunjukan longser arahan sutradara Hafidz Permana, Penata musik Gingin, dan penata tari Redja Hikmat Gumelar selain melibatkan anggota Bandoengmooi sendiri juga melibatkan siswa SMKN 10 Bandung yang sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 4 bulan di Sanggar Seni Bandoengmooi.
Ketua Sanggar Seni Bandoengmooi, Mochammad Fikri mengatakan, pertunjukan Kerajaan Tikus ini merupakan sebuah evaluasi pewarisan seni longser ke 3 yang dilakukan Bandoengmooi di tahun 2023.
“Proses pewarisan seni longser dilakukan dalam bentuk pelatihan selama 3 bulan dan dievaluasi melalui pertunjukan. Pada kesempatan ini kami bukan saja mengajak para remaja untuk terlibat langsung menjadi pemain, juga memberi kesempatan pada mereka menjadi sutradara, penata musik, dan penata tari,” ujar Fikri dalam siaran persnya, Kamis (12/10/23).
Menurutnya, mereka paling tidak memiliki tiga kemampuan, untuk laki-laki bisa akting dan menabuh musik, sedangkan yang perempuan bisa menari dan akting, dan mereka didorong terlibat langsung memasarkannya, menjalin kerjasama dengan stakehorder pendukungnya, dan menjaring penonton dari kalangan remaja juga masyarakat umum.
“Dalam pemasarannya alhamdulilah pada kesempatan ini kami dapat menjaring penonton sekitar 1.000 orang yang 90 perser remaja dan sebagai penonton pemula seni longser. Pertunjukan digelar hanya 1 hari dan dibagi 4 sesi. Jadi dalam seharian, dari pagi hingga malam mereka melakukan 4 kali pertunjukan dalam bentuk yang sama,” ungkapnya.
Jelasnya, pertunjukan longser Kerajaan Tikus menggambarkan tentang kebutuhan pokok terutama beras yang semakin sulit didapat. Selain harganya mahal kesediaan beras sangat terbatas di pasaran. Para petani mengeluh karena gagal panen, padi dan palawija yang ditanam habis sebelum berbuah dimakan hama tikus. Kundisi seperti itu menyebabkan penduduk desa serba kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berbagai cara telah dilakukan para petani agar tikus tidak menyerang padi dan palawija, namun hama tikus tidak segera hilang, bahkan jumlah tukus semakin bertambah dan sulit dimusnakan. Sehingga sebagian masyarakat mempercayai bahawa siluman kerajaan tikus sedang menguasai lahan pertanian mereka dan mencurigai Kepala Desa mengabdi (bersekutu) pada siluman tikus sehingga menjadi kaya raya.
Di sisi lain ada pengusaha ingin tanah milik masyarakat yang terserang hama tikus dijual kepadanya untuk dikembangkan menjadi kawasan industri. Pengusaha medatangi kepala Desa dan memberi satu kopor uang agar kepala Desa menyetujui dan mau membujuk masyarakat untuk menjual tanahnya.
Melihat ambisi pengusaha dan kepala Desa ingin mengembangkan desanya menjadi kawasan industri sebagian masyarakat mencurigai bahwa kemunculan ribuan tikus yang menghabiskan tanaman padi dan palawija adalah rekayasa pengusaha dan kepala Desa agar tanah mereka segera dijual.
Selidik demi selidik ternyata benar bahwa tikus yang menguasai lahan pertanian itu adalah ulah pengusaha yang kerjasama dengan kelapa Desa. Mereka menyuruh anak buahnya untuk meyebarkan ribuan tikus dilahan pertanian dengan tujuan agar masyarakat tidak menikmati hasil pertaniannya karena habis dimakan tikus dan mau menjual tanahnya pada pengusaha.
Masyarakat protes. Pengusaha dan kelapa Desa dilaporkan pada pihak berwajib dengan pasal pengaduan telah melakukan persekongkolan mencari keuntungan sendiri dangan cara licik dan mengorbankan masyarakat.
Sementara itu, ketua Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi yang menaungi Sanggar Seni Bandoengmooi Hermana HMT mengungkapkan, pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan secara berkesinambungan tiap tahun.
“Setelah ini, tahun 2024 mendatang kami menerima pemagangan untuk calon pelatih seni longser. Para pemagang di Bandoengmooi dilatih kompentensi dibidang tari, musik, akting, pencak silat dan magemen seni longser yang disiapkan untukmenjadi pelatih longser di SMA/SMK,” katanya.
Seni Longser sudah ditetapkan oleh Kemdikbudristek RI sebagai warisan budaya takbenda dari Jawa Barat. Namun nasib senilongser saat ini seperti mahluk yang hidup segan mati tak mau. Untuk itu diperlukan upaya yang sitematis agar seni longser eksitensinya tetap terjaga dan berkebang lebih maju. Melakukan pewarisan seni Longser pada generasi muda milenial secara sistimatis dan melihat perkembangan zaman menjadi pembuka seni Longser agar diterima kembali menjadi bagian penting dalam pergaulan hidup masyarakat Jawa Barat.
“Melalui pewarisan dan gelar pertunjukan di ruang-ruang publik tentunya semakin menambah jumlah pelaku dan apresiatornya, terjaga kelestariannya dan didorang menjadi bagain dari ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan kesejehteraan pelakunya yang berimbas pada peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah,” paparnya.
Selain itu, melakukan pewarisan seni longser secara otomatis merangsang peningkatan kecerdasan majemuk para pelakunya dan melakukan pewarisan seni tradisional lainnya, seperti; Tari Rakyat Jawa Barat (Ketuk tilu, Jaipongan), Karawitan Sunda, Pencak Silat dan lainnya. Lebih dari itu secara bentuk dan tata kelola lahir inovasi dan kebaruan tanpa mengesampingkan akar tradisi sehingga seni Longser mudah diterima semua kalangan masyarakat dan menjadi bagian dalam melakukan diplomasi budaya.
“Dari kegiatan ini tahun pertama terlahir 20 orang pelatih seni Longser pelajar untuk membentuk 20 komunitas seni Longser (ekstrakulikuler) di sekolah yang tahun keduanya menjadi peserta festival seni Longser tingkat pelajar SMA/SMK. Tahun kedua lahir menjadi 40 orang pelatih seni longser, untuk membentuk/menambah komunitas seni longser menjadi 40 grup ekstrakulikuler di SMA/SMK Jawa Barat dan menyiapkan parede atau festival 40 pertunjukan seni Longser di 40 ruang publik juga mewujudkan destinasi wisata seni Longser di tahun ketiga,” pungkasnya.*** (re/SN)