Air adalah Sumber kehidupan
Tidak ada air tidak ada kehidupan
Semua mahluk butuh air
Demi kelangsungan kehidupan
Euis diberitakan hilang setelah mejelang magrib ibunya menyuruh ambil air di sumber mata air dekat aliran sungai. Masyarakat menuding ieus hilang dibawa oleh Siluman Munding Dongkol, mahluk gaib yang mengiasai aliran sungai di wilayahnya.
Isu beredar Euis dijadikan tumbal atau persembahan oleh Nyimas Titi seorang pengusaha, yang dianggap telah bersekutu dengan Siluman Munding Dongkol.
Selain heboh kehilang Euis, masyarakat juga digemparkan oleh langkanya air bersih dan adanya wabah penyakit yang menimpa sebagin besar masyarakat di sekitar bantaran sungai dan sudah banyak yang meninggal. Tudingan sumber penyakit itu pun tertuju pada Siluman Munding dongkol yang sedang minta banyak korban.
Namun diantara masyarakat masih ada yang tidak percaya dengan tahayul atau mitos Siluman Munding Dongkol. Mereka mengatakan bahwa sumber penyakit itu muncul karena disebabkan air yang digunakan masyarakat telah tercemar oleh limbah. Dan sumber mata air yang ada menjadi kekeringan disebabkan oleh hilangnya tempat serapan air karena lahan pertanian dan hutan lindung sudah sangat berkurang karena alih pungsi menjadi pemukiman.
Euis yang hilang akhirnya ditemukan telah menjadi mayat. Dikabarkan ieu meninggal bukan karena dipersembahkan pada Siluman Munding Dongkol, namun jatuh terpeleset dan terbawa arus sungai. Mayatnya ditemukan dikubangan jauh dari tempat jatuhnya.
Pertunjukan teater Munding Dongkol ini merupakan kritik sosial terhadap maraknya alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan atau daerah sresapan air bersih menjadi pemukiman di kawasan Bandung Utara. Alih fungsi ini selain menyebabkan berkurangnya sumber air bersih juga menyebabkan banjir di kawasan Bandung tengah, timur dan selatan.
Disisi lain kebiasan buruk masyarakat dan perusahan membuang sampah atau limbah ke sungai menyebabkan air sungai tercemar dan mengacam kelasungan hidup masyarakat di sekitar sungai dan ekositim sungai.
Pertunjukan teater Munding Dongkol ini degelar dalam rangka merayakan hari jadi Kota Bandung ke 207 dalam program Seni Bandung, sekaligus merayakan hari jadi komunitas seni Bandoengmooi ke 21 tahun.
Adapun Pertunjukan ini berjudul Munding Dongkol, Karya/Sutradara Hermana HMT, produksi Bandoengmooi digelar, Senin, 25 September 2017 pukul 19.30 WIB di CCL Jalan Setiabudi, belakang terminal Ledeng Bandung.
TENTANG BANDOENGMOOI
Bandoengmooi merupakan komunitas seni, berdiri tanggal 26 September 1996 atas prakarsa Aendra H. Medita (jurnalis/seniman), Dodi Rosadi (seniman) dan beberapa orang pegiat seni lainnya di Kota Bandung. Program pertama sekaligus pelucuran komunitas ini, nyakni diselenggarakan pameran lukisan karya Rosid (1996).
Ditengan panasnya suhu politik di Indonesia dan pembungkaman terhadap pers, tahun 1997 Bandoengmooi secara sembunyi-sembunyi gelar Diskusi Kebebasan Pers dengan mengundang pers mahasiswa se Indonesia. Masih 1997 Bandoengmooi pertama kali gelar pertunjukan Teater Monolag Berjudul Terkapar Aktor/karya Hermana HMT dan Brehoh karya Aendra H. Medita.
Dari tahun 1998 sampan sekarang Bandoengmooi lebih dominan gelar pertunjukan, teater baik teater modern maupun teater tradisional (Longser). Walau pentolan-pentolan Bandoengmooi sudah pada sibuk dengan pekerjaanya masing-masing namun tetap menjalin komunikasi dan senantiasa dapar support dari mereka.
Semula nama Bandoengmooi adalah Bandoengmooj. Namun ketika ada kesalahan ketik dalam pembuatan akta notaris tahun 2007 Bandoengmooj menjadi Bandoengmooi, sejak itu sampai sekarang kami gunakan Bandoengmooi karena pada prinsipnya nama itu mengandung pengertian yang sama. Kami mengambil nama itu dari nama majalah tompo dulu bernama Mooi Bandoeng. Supaya tidak persis sama, kami membalikan kata Bandoeng di depan dan kata mooi mengikutinya. Dalam bahasa Belanda mooi artinya indah dan Bandoengmooi adalah Bandung yang indah.
Dibawah asuhan Hermana HMT dengan anggota aktif sekitar 50 orang dari berbagai kalangan, kini Bandoengmooi kembangkan pelatihan longser, teater modern, seni helaran Bangbarongan, melakukan pemulyaan terhadap air bersih melalui kegitan Upacara Adat Hajat Cai, dan gelar pertunjukan dengan konsisten mengusung tema pemeliharaan lingkungan hidup serta kritik sosial lewat bahasa seni. |SENI