MENELUSURI JEJAK BUDAYA CHINA DI BALI DAN ‘SMALL FLOWERS IN THE JUNGLE’ – 18 PERUPA INDONESIA IKUT BEIJING BIENNALE China mulai masuk ke Bali melalui kontak dagang sekitar abad ke 7.
SENI.CO.ID – Pusat perdagangan China di Bali adalah di daerah Bali Utara. Raja Bali yang mengelola pabean dan pelabuhan waktu itu adalah Nara Singa Murti. Beliau dibantu oleh utusan dari dinasti Sung yang berkuasa di Tiongkok. Di Bali beliau dikenang sampai sekarang dengan sebutan Ratu Gede Syahbandar.
Seni dan Budaya di Bali yang bertahan hingga sekarang tidak bisa dipisahkan dari pengaruh yang kental oleh budaya China. Contoh yang paling kuat adalah perkawinan raja Bali Jayapangus dengan putri China bernama Kang Cing Wei yg diabadikan dalam bentuk Barong Landung dan sampai sekarang disakralkan di pura-pura hampir di setiap desa di Bali untuk melindungi desa dari pengaruh negatif.
Ayah Kang Cing Wei memberikan cendera mata berupa kain sutera, uang kepeng dan juga bibit tanaman seperti leci, mawar dan bawang. Uang kepeng hingga kini masih dipakai dalam upacara agama di Bali karena mengandung beberapa unsur logam yang diperlukan dalam upacara. Sebagian orang Bali mempercayai bahwa pria Bali kurang baik menikahi perempuan China karena orang Bali menganggap orang China saudara tua (nyama kelihan), sebaliknya perempuan Bali akan bagus bila diperistri laki laki China.
Cerita-cerita rakyat China pun menyebar di Bali seperti Sampek Eng Tay yang sangat digemari masyarakat Bali. Tarian Baris Tombak, Baris Demung, Baris Dapdap, Baris Tamiang, Barong Ket (mirip Barong Sae) dll. Selain itu ada kertas Ulan Taga yg dipakai dalam perlengkapan sesaji upacara Ngaben adalah sejenis kertas tradisional buatan China. Beberapa desa di Bali yg kena pengaruh China antara lain; desa Gumicik (desa yang banyak orang China), Pinggan dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan di sini.
Arsitektur China yang mempengaruhi Bali antara lain bisa dilihat dari kesamaan memandang halaman tengah (coutyard) yang di Bali disebut ‘Natah’ sebagai pusat orientasi, mulai mengenal rumah tingkat (loteng), klenteng, aling aling (temboh penghalang pandangan di pintu masuk) dll. Pura Taman Ayun milik kerajaan Mengwi yang sangat indah adalah juga karya arsitektur China yg bernama Ing Khang Ghew th 1632 dan selesai 1634. Dalam ornamen Bali juga ditemukan beberapa pengaruh luar seperti patron Belanda (Patra Olanda) patra Mesir dan patra Cina (patron China).
Jadi hubungan antara Cina – Bali (Indonesia) sudah cukup lama ada. Berkaitan dengan itu sebanyak 18 perupa Indonesia akan memamerkan karya mereka di Beijing Internatioanl Art Biennalle 2017. Para perupa tersebut adalah ; Camelia Hasibuan, Chusin Setiadikara, Eddy Asmara, Erizal, Gatot Indrajati, Ivan Sagita, Johan Abe, Januri, Joni Ramlan, Made Wianta, Mangu Putra, Nasirun, Nyoman Nuarta, Paramitha Made Gede, Putu Edi Asmara, Sigit Santosa, Ugy Sugiarto, dan Yince Djuwija.
Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan penghormatan masuk dalam Beijing Biennale ini menurut Kuss Indarto, kurator karya seni Beijing Biennale 2017 itu mengatakna nahwa para perupa Indonesia harus bersaing dnegan sedikitnya 7000 karya seniman dari seluruh dunia. Setelah melalui seleksi ketat terpilih 700 karya yang layak ditampilkan berupa lukisan, patung, maupun seni instalasi,
Secara keseluruhan ada 300 seniman dari 103 negara yang menjadi peserta Beijing Biennale 2017. Acara ini digelar pada 24 September – 15 Oktober di Museum Nasional Beijing. (sun/SENI)