SENI.CO.ID – Kota Cimahi melekat dengan sebutan Kota Tentara. Sejak Tahun 1886 kawasan ini oleh Hindia Belanda dibangun sebagai pusat pendidikan militer beserta fasilitas lainnya seperti Rumah Sakit Dustira dan rumah tahanan militer.
Peninggalan sejarah kemiliteran Hindia Belanda di Cimahi sampai sekarang masih terjaga karena kawasan ini masih difungsikan sebagai pusat pendidikan militer Tentara Republik Indonesia (TNI), diantaranya; Pusdikarmed, Pusdikpengmilum, SPI Pusdikif, Pusdikjas, Pusdikpal, Pusdikbekang, Pusdikpom, dan Pusdikhub.
Disamping pusat pendidikan militer Kota Cimahi pun menjadi markas, seperti; Brigif 15/Kujang II, Pussenarhanud Kodiklatad, Pussenarmed Kodiklatad, Kiban Yonzipur 3/Macan Kumbang, Kodim 0609/Cimahi, Yonarmed 4/105 Parahyangan, Tepbek Cimahi, Koramil Cimahi, Rumkit Tk. II Kesdam III/Siliwangi, Kesdim Cimahi, dan asrama militer yang jumlahnya terbilang banyak. Sehingga hapir sebagian besar Cimahi terutama sebagian Cimahi Tengah dan sebagian Cimahi Selatan digunakan oleh kegiatan militer.
Image militer yang cukup kuat itu Kota Cimahi menjadi kota yang terkesan tertutup. Tentu tidak, karena disekitarnya berkembang pula kehidupan lainnya, seperti berdirinya pabrik tekstil, perumahan rakyat biasa, pasar rakyat, pertokoan, perkantoran dan moll. Bahkan kawasan Cimahi Utara dan Cimahi Selatan lebih dominan pemukiman rakyat biasa, dan di kawasan itulah budaya lokal (Sunda) lebih hidup dan berkembang dengan baik. Kampung Adat Cireundeu merupakan bukti otentik, bahwa Kota Cimahi bukan Kota Militer semata, juga kota tempat tumbuh dan berkembang budaya lokal dengan berbagai keunikannya.
Memiliki rentang waktu lebih dari satu abad, pusat pendidikan militer di Kota Cimahi tercatat sebagai heritage dibidang arsitektur dan sejarah kemiliteran di Indonesia. Subuah potensi besar dan dapat dikembangkan menjadi tempat arternatif dalam pemajuan pariwisata. Mengingat Kota Cimahi tidak memliki sumber daya alam yang memadai sebagai pusat kunjungan wisata, baik untuk kunjugan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunan cagar budaya dan sejarah kemiliteran di kawasan Cimahi dalam kepemimpinan Walikota Ajay M. Priyatna dan Wakil Walikota Ngatiyana yang punya latar belakang militer, memang sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kota Cimahi. Kawasan militer bukan seja berfungsi sebagai pusat pendidikan militer, juga menjadi salah satu andalan dalam pemajuan pariwisata Kota Cimahi.
Upaya itu terus dilakukan diantaranya dengan menggelar berbagai kegiatan festival budaya dikawasa militer Cimahi, menyediakan transportasi khusus berupa bus pariwisata Saba Kota Cimahi (Sakoci) yang mengelilingi kawasan militer dan Cimahi Heritage Festival.
Sejalan dengan arah pengembangan Kota Cimahi dalam konteks promosi pariwisata, pada penghujung tahun 2019 Pemeritah Kota Cimahi melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi, Sabtu (21/12/2019) gelar kegiatan Gatsoe Street Carnival (Gatreec) 2019 dengan menutup sebagian Jalan Gatot Soebroto, depan Lapang Rajawali Kota Cimahi.
Gatreec 2019 menampilkan senam tari kolosal, Marching Band Gita Pakuan Dispora Prov. Jabar, Atraksi Tentara dan Polisi Cilik, Fashion Show, Street Percussion, Atraksi pencak silat dan egrang kolosal, atraksi kuda beban PUSDIK BEKANG TNI AD, Pasukan Instruksi Jasmani, PUSDIKJAS TNI AD, Komunitas Lengser Ambu, Kendangers Bandung, Reenactor Historie Van Bandung, 3 Shogun Cosplay Stunt Bandung, Devile Fun Komodo, MAC Bandung, VAC Bandung dan Komunitas Onthel Cimahi. Acara ini juga dimeriahkan parade band dari BRIGIF 15 Kujang II, Polres Cimahi, KODIM 0609/Kab. Bandung, PUSSENARHANUD TNI AD, PUSDIKHUB TNI AD, serta penampilan bintang tamu Yayan Jatnika featuring Rusdy Oyag Percussion, Lowdick, Sir Iyay dan Asep Balon.
Ajay M. Priatna Walikota Cimahi dalam pembukaan Gatreec 2019 mengatakan, agar dapat bersaing dengan wilayah lain dalam pembangunan pariwisata Kota Cimahi harus mampuh mengembangkan potensi yang dimiliki, berupaya menyiapkan daya tarik pariwisata diluar sumber daya alam yang terbatas.
“Sejarah menyebutkan, asalnya kota ini di disain bukan sebagai kota hunian, tapi sebagai pusat kegiatan militer sehingga punya peninggal sejarah yang sangat bernilai dibidang kemiliteran dan bangunan cagar budaya. Potensi ini merupakan aset kota dalam pembangunan pariwisata, dengan slogan Cimahi Get Heritage,” jelas Ajay.
Sebagai kegiatan pertama Gatreec perlu diapresiasi, namun juga memiliki catatan sebagai bahan evaluasi yang bisa dijadikan bahan pembahasan untuk kegiatan di tahun mendatang. Hal ini penting terutama dalam meningkatkan kualitas performa kegiatan dan kuantitas apresiator jika Kota Cimahi penya cita-cita ingin memiliki kegiatan festival seperti Jember festival.
Satu dari sekian banyak tujuan utama kegiatan pariwisata adalah meningkatnya pendapatan daerah baik secara langsung atau tidak langsung. Kegiatan pariwisata dalam pengertian lain adalah menjual potensi yang dimiliki kawasan tertentu. Agar menjadi barang dagangan yang laku dijual potensi yang ada tentunya mesti panya nilai lebih, baik nilai spiritual, nilai edukasi, nilai sejarah termasuk di dalamnya kuantitas, kulaitas dan kemasan.
Bangunan cagar budaya dan sejarah militer di Kota Cimahi, bentuk dan nilai filsofinya sudah sangat kuat. Dari sisi kepariwisataan bisa sangat laku dijual, tentunya dengan menerapakan strategi pemasaran yang bagus, terukur serta didukung penuh dengan penataan infrastruktur lainnya.
Gatreec sebagai trademark jualan kepariwisataan heritage kemeliteran Kota Cimahi mesti punya ciri khas dan fokus. Jika simbol militer sebagai titik utamanya, maka segala aspek pendukung harus menuju pada titik yang sama.
Dalam hal kebudayaan membaca simbol-simbol militer tidak terbatas pada pakaian atau asasoris bercorak loreng (seragam tentara sekarang). Kemiliteran di Indonesia mesti digali dari zaman prasejarah, zaman raja-raja, jaman sekarang dan masa mendatang. Sehingga ide kreatif dalam mengusung kegiatan Gatreec selanjutnya lebih variatif.
Sebuah karnaval punya nilai jual dan daya pukau jika adanya rekontruksi, dekontruksi dan distorsi visual benda artistik. Jember Festival berhasih memikat para wisatawan karena ada dekontruksi dan distorsi visual kostum. Jika Gatreec ingin berhasis seperti mereka (seperti yang dicitacitakan Dinas terkait dan Walikota) maka harus mampu merekontruksi, mendekontruksi dan mendistorsi simbol-simbol kemiliteran baik dengan mereplika yang sudah ada dan menciptakan bentuk-bentuk yang lebih futuristik.
Menjadi pertanyaan, siapa pelakuknya?
Sebelum kita manfaatkan sumber daya manusia dari daerah lain, maka sangat penting mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki. Kota Cimahi memiliki 15 Kelurahan, jika tiap kelurahan didorong atau diwajibkan oleh Walikota membuat satu bentuk karnaval bertemakan militer artinya Cimahi memiliki 15 bentuk karnaval untuk kegiatan Gatreec, selain karnaval yang disuguhkan dari sejumlah pusdik yang ada di wilayah Kodim Cimahi.
Hal yang perlu dipikirkan bersama pada kegaiat Gatreec adalah lapangan parkir untuk kendaraan pengunjung. Kalau penataan parkir kurang baik mumungkinkan pengunjung yang bawa kendaraan sendiri enggan datang kelokasi atau lebih memilih balik kanan karena merasa kusilitan akses jalan dan parkir.
Solusi alternatifnya adalah penyediaan tempat husus parkir kendaraan pengunjung dan menyediakan kendaraan khusus antar jemput pengunjung kelokasi kegiatan, dan bus Sakoci bisa dioptimalkan untuk itu. Sehingga mereka yang naik kendaraan umum atau pribadi punya kemauan dan kenyamanan berwisata.
Sisi lain memaksimalkan kunjungan wisatawan adalah jawal kegiatan yang pasti. Gatreec digelar tiap tanggal dan bulan apa setiap tahunnya? Serta sudah dipromusikan jauh-jauh hari (6 bualan s/d 1 tahun) sebelum kegiatan berlangsung, sehingga calon wisatawan bisa menghitung segalanya dalam mengagendakan kunjungan.
Sebagai catatan terahir. Seseorang yang betul betul tersesat di tengah hutan, namun berusaha keluar dengan kekuatan luar biasa kearah manapun, kadang akan menemukan jalan baru yang tidak diketahui sebelumnya, begitulah cara kemunculan seorang jenius. Orang jenius mampu melihat sesuatu yang luput dari penglihatan orang lain. Mereka melihat kemungkinan diantara ketidak mungkinan. Mampu meninjau ide lama dan menemukan sesuatu yang baru.*** HERMANA HMT