‘Seruan Terakhir’
75 Tahun Ratna Sarumpaet :
Menghujat Konstitusi Jahat Internasional Rezim UUD 2002
Tampil dalam Drama Monolog di Theater Bhakti Budaya TIM Rabu malam, 23 Agustus 2023. ‘Angkang Boru’ Ratna Sarumpaet tampil memukau, aplaus penonton silih berganti di sela sela kata kata ‘satire’ dalam intonasi kata kata drama “Seruan Terakhir”, dari bibir indah seorang perempuan kharismatik, dipanggung, diusia senjanya.
Ratna Sarumpaet, lahir 16 Juli 1949, adalah seniman yang banyak mengeluti dunia panggung teater, selain sebagai aktivis organisasi sosial dengan mendirikan Ratna Sarumpaet Crisis Centre. Ratna terkenal dengan pementasan monolog “Marsinah Menggugat”, yang banyak dicekal di sejumlah daerah pada era pemerintahan Orde Baru.
Sosok tokoh Ratna Sarumpaet dalam kancah dialektika anak negeri sudah ditaqdir menjadi seorang pejuang, layaknya pribadi yang ditasbihkan menjadi pribadi utuh melawan ketidak adilan anak negeri oleh penguasa, yang di definisikannya sebagai penjahat.
Intensitas terhadap idealisme kejuangannya yang kadang membara dalam aktualisasi diri, membuatnya menjadi sosok kontroversi di tengah masyarakat, karena variable yg dituangkan dalam tataran metodologisnya kadang rancu, tapi itu bukan wajah asli tokoh kita ini, bukan pragmatisme, tetapi semua itu semata ekspresinya yang total akan harapan agar negeri berjalan menjadi lebih baik dalam memenuhi janji keadilan dan kesejahtetaan rakyat yang lebih baik siapapun rezim yang menjalankan roda pemerintahan Indonesia.
Puluhan tahun dilaluinya memperjuangkan anak bangsa yang di lihatnya terseok seok tidak seperti harapan para pejuang bangsa yang rela berkorban jiwa, seperti yang dituangkan oleh para ‘pendiri bangsa’ yang disebutnya sebagai ‘konstitusi indah’ UUD 1945 Proklamasi 18 Agustus.
Seorang pejuang dalam kiprahnya harus melewati komplik, perdebatan dalam dirinya tentang apa yang harus dilakukan. Pilihan kadang menjadi kontroversi sebab harus memberi ruang kepada banyak variable dimensi kemungkinan akan sesuatu harapan yang baik.
Perjalanan kejuangan tidak boleh berhenti, liku liku baik buruk dan naik turunnya penjuangan itu sudah harus disadari.
Pesan emas Pangeran DiPonegoro sebelum ditangkap menegaskan bahwa, “proses kehidupan adalah hakekat, sementara hasil akhir hanyalah syariat, Gusti Allah akan menilai ketulusan perjuangan manusia bukan hasil akhirnya.”
Ratna Sarumpaet menagkap pesan Pangeran Diponegoro, bahwa perjuangan tidak boleh berhenti. Kata yang tersisa hanya ada, “bangkit dan melawan!”
Malam itu dalam drama teaterikal ‘Seruan Terakhir’, Ratna Sarumpaet kembali mengguncang sekaligus menggugat pikiran dan batin para penonton, lewat hujatan atas ketidak becusan perubahan konstitusi tersebut, dari kontitusi yang menurutnya begitu indah berubah menjadi jahat dalam atikulasi kerakyatan yang berkeadilan, sehingga kehidupan mayoritas rakyat makin porak-poranda.
Kontitusi Indah UUD 1945 terbalik berubah menjadi Kontitusi Jahat 2002 versi ‘Internasional Rezim’. Konstitusi seketika berubah menjadi Neo Liberal, kapitalis dan individualis. Pada hal para pendiri bangsa dengan sadar Konstitusi itu di buat untuk memenuhi harapan rakyat yang baru merdeka dari keterjajahan dan penindasan, agar kelak mayoritas rakyat pribumi bersama anak cucunya hidup sejahtera, damai, maju dan berkeadilan.
Ratna Sarumpaet memyemburkan kata kata dalam monolognya yakni, pasal 33 UUD 1945 dibuat oleh para the founding father agar sumderdaya alam bumi, laut sa’ isi isinya untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan rakyat bangsa Indonesia, tapi konstitusi jahat 2002 rezim internasionale, telah menitip (point 4) dalam kata kata, ‘Demokrasi Ekonomi’, demi pengarus utamaan para investor asing.
Rezim internasionale yang berisi para mafia world Band, IMF, & MNC, pun telah merampas kemerdekaan Daulat Rakyat Untuk mandiri di bidang Ekonomi dan politik, bukan dengan Jebakan Utang yang beranak pinak.
Sekarang Barat dan China berebut lahan investasi untuk menguasai kekayaan alam kita. Sadarlah!
Kita dibuai dengan democrazi copras capres one man one vote yang membuat kebersamaan kita terbelah.
Konstitusi UUD 1945 yang dirubah di rumah rakyat DPR/MPR senayan. Oleh mereka para pakar, para ahli hukum tata negara,tokoh2 LSM dan polotisi/partai senayan, secara sadar berkumpul merumuskan Konstitusi Jahat 2002 versi internasional rezim
Hasilnya lihatlah hari ini, rakyat miskin makin menjadi jadi, utang kian menumpuk, investor asing china dan warga negaranya berjaya dinegeri ini, rakyat terbelah di adu domba, dan semua terjadi didepan mata kita tanpa bisa berbuat apa apa, karena mereka para oligakhi dan pemodalnya telah menguasai semua akses, termasuk media media main stream.
Dan anehnya orang orang yang terlibat merubah konstitusi indah UUD 1945 ini, tidak ada satu pun yang bersuara. Mereka kemana?
Murka dalam narasi heroik sambil mengepal tangan ke atas Ratna Sarumpaet berseru, “mari bersama saya kita mengembalikan situasi ini kembali ke UUD 1945, yang menurutku ini Konstitusi Indah yang sesuai jiwa raga dan karakter bangsa ini sebelum terlambat, sebab Allah Tuhan YME akan murka jika semua diam dan tidak menyadarinya. Bencana sosial komplik Ambon, Poso dll. Bencana alam susul menyusul sejak Tzunami Aceh hingga Cianjur, itu pertanda pesan Tuhan YME untuk kita bergerak bersama melawan!.”
Sontak sorak sorai emosional pun bergema dengan berbagai macam teriakan dari audiens yang memenuhi ruang Teater Bhakti Budaya TIM, tepuk tangan applause dan Takbir dari penonton bergangtian memenuhi ruangan tersebut.
Seruan Terakhir Ratna Sarumpaet kemudian ditutup sambil bersujud dan berdoa, “rabbana atina fiddunnia hasanah wafilakhirati hasanah waqina azabannar.”
Penonton pun berteriak emosional Takbir Allahu Akbar! Sambil memberi standing applause.
Saya takjub di malam pertunjukan ini, saya berbisik kepada nyonya saya diseblahku, “ini luar biasa suatu awal yang bagus Mi.” Istri saya tersenyum happy sambil memberi applause.
Selamat Berkarya Kembali Angkang Boru Ratna Sarumpaet !
MN LaponG
(Presiden Members Forum Jaringan Islam & Sosialisme)
Gondangdia, 23 Agustus 2023