Setelah Terhenti 5 Tahun, Pameran Seni Rupa Persahabatan Indonesia-Jepang Kembali Dibuka di Tokyo
SENI.CO.ID — Tokyo, – Setelah lima tahun vakum, pameran kolaborasi seni antara Indonesia dan Jepang akhirnya kembali digelar dengan tajuk “The Blue of Red and White – A Historical Journey Amongst Two Countries.” Pameran ini resmi dibuka pada Senin, 11 November 2024, pukul 15.00 WIB di Eco Gallery Shinjuku, Tokyo, Jepang. Acara ini dibuka oleh Ketua Pameran Putri Rakanita, Direktur Asia Art and Culture Association (AACA) Jepang Izumi Mizuta, Direktur Art Learning Incubator (ARTLINC) Indonesia Agus Cahyana, serta Tamu Kehormatan Profesor Mizutani, seorang seniman senior topeng Noh Jepang.
Pameran ini diikuti sekitar 70 peserta yang terdiri dari seniman profesional, dosen, mahasiswa, pelajar, litel artist, dan komunitas seni dari kedua negara. Karya-karya yang dipamerkan mencakup hasil kurasi lomba dalam kategori Drawing, Ilustrasi, dan Komik Strip. Berbagai universitas terkemuka dari Indonesia dan Jepang ikut berpartisipasi, seperti ISBI Bandung, Musashino Art University, Tama Art University, Bunka Gakuen University, serta kelompok seniman wanita dari Jepang.
Dalam sambutannya, Putri Rakanita, Ketua Pelaksana Pameran, menyampaikan rasa syukurnya atas terwujudnya acara ini setelah sekian lama tertunda. “Pameran ini bukan sekadar acara seni, tetapi bukti dari kekuatan hubungan persahabatan yang terjalin erat antara Indonesia dan Jepang. Kami ingin memberikan ruang bagi para seniman untuk menunjukkan karya-karya mereka, yang juga mencerminkan sejarah, budaya, dan persahabatan dua bangsa ini,” ujarnya.
Putri berharap bahwa pameran ini dapat menjadi titik awal bagi kolaborasi kreatif yang lebih mendalam di masa mendatang.
Sementara itu Agus Cahyana, Direktur ARTLINC dan kurator utama dari Indonesia, menyoroti pentingnya tema pameran “The Blue of Red and White” sebagai simbol harmoni antarbangsa.
“Kami ingin menggambarkan persahabatan dua bangsa melalui perjalanan panjang persahabatan. Seni menjadi medium yang mampu menyatukan pemahaman kultural yang mungkin berbeda, namun sama-sama memiliki keindahan yang unik,” jelas Agus. Ia juga mengungkapkan kegembiraannya karena kesempatan ini mempertemukan seniman dari dua budaya yang kaya.
Asep Miftahul Falah, Co-Kurator dari Indonesia, menekankan pentingnya kolaborasi ini bagi pertumbuhan seni di kalangan generasi muda.
“Saya melihat bagaimana antusiasme para mahasiswa dan pelajar dalam mengekspresikan seni mereka. Partisipasi dari berbagai universitas dan komunitas seni ini membuktikan bahwa pameran ini tidak hanya menjadi ajang pameran karya, tetapi juga sebuah perjalanan belajar dan bertukar pandangan,” ungkap Asep. Ia berharap pameran ini dapat terus berlanjut sebagai wadah eksplorasi artistik lintas negara.
Izumi Mizuta, Direktur AACA Jepang, mengungkapkan kegembiraannya atas terselenggaranya kembali pameran ini. “Ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk menyambung kembali tali persahabatan yang sempat terputus akibat pandemi. Pameran ini merefleksikan tidak hanya seni, tetapi juga ikatan emosional antara seniman Indonesia dan Jepang,” tutur Izumi.
Menurutnya, seni menjadi medium yang mampu menyampaikan emosi dan pemikiran mendalam tentang budaya masing-masing.
Hirabayashi Satoshi, Co-Kurator Jepang, juga memberikan apresiasinya terhadap pameran ini yang dianggapnya sebagai jembatan pertukaran budaya antara dua negara.
“Dalam karya-karya yang dipamerkan, terlihat bagaimana budaya Jepang dan Indonesia saling menginspirasi. Ini adalah salah satu bentuk dialog kreatif yang unik dan bermakna,” ujar Hirabayashi. Ia berharap pameran ini mampu mendorong lebih banyak kolaborasi lintas budaya, khususnya di bidang seni dan budaya.
Tidak lupa juga Profesor Mizutani, seniman senior topeng Noh Jepang, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya warisan budaya yang dihidupkan melalui seni. “Seni bukan hanya hasil kreasi, tetapi juga warisan yang kita bawa ke generasi mendatang. Di pameran ini, saya melihat bagaimana tradisi dan inovasi berjalan berdampingan dalam karya para seniman muda. Ini adalah tanda bahwa seni mampu menjadi penghubung antarbangsa,” kata Profesor Mizutani. Ia menyampaikan apresiasi atas kesempatan ini untuk berbagi warisan seni Jepang dengan seniman muda Indonesia.
Pameran ini berlangsung dari 11 – 13 November 2024 lalu menjadi pembuka ruang interaksi akademik dan non-akademik antara mahasiswa, serta mempertemukan seni tradisi dan modernitas dalam ruang pamer. Selain menjadi medium bagi seniman untuk menampilkan karya mereka, pameran ini diharapkan dapat mempererat hubungan dan membuka peluang kolaborasi kreatif antara Indonesia dan Jepang.(ANDI-SR/SENI)