Pianis Dunia Ananda Sukarlan Akan Sajikan Musik Frederic Chopin di Indonesia, Yang Baru Ditemukan DI NEW YORK CITY
SENI.CO.ID — Robinson McClellan, seorang kurator di Morgan Library & Museum, New York City telah menemukan sebuah waltz untuk piano solo yang tidak pernah diketahui keberadaannya, ciptaan komponis Polandia paling terkemuka dalam sejarah, Frédéric Chopin (1810-1849). Waltz itu ditulis pada kertas manuskrip kecil berukuran sekitar 10 x 12 cm, demikian pernyataan dari Morgan Library & Museum akhir Oktober lalu.
McClellan menemukan manuskrip tersebut saat membuat katalog barang-barang dari koleksi yang baru disumbangkan pada tahun 2019.
Waltz tersebut ditulis dengan nama “Chopin” tertulis di bagian atasnya. Namun, ketika McClellan tidak dapat mencocokkannya dengan karya Chopin mana pun, ia menjadi semakin bingung.
“Chopin terkenal menulis dalam berbagai format kecil, tetapi karya ini, yang berdurasi sekitar satu menit, lebih pendek daripada waltz lain olehnya.
Namun demikian, ini adalah karya yang lengkap, yang menunjukkan struktur yang solid yang kita harapkan dari sebuah karya yang telah selesai oleh komposer tersebut” tambah pernyataan tersebut.
McClellan meminta pakar musik Chopin, Jeffrey Kallberg PhD dari University of Pennsylvania yang juga penulis buku “Chopin at the Boundaries : Sex History and Musical Genre” terbitan Harvard University Press untuk membantu mengautentikasi waltz tersebut. “Penelitian ekstensif menunjukkan kemungkinan besar bahwa karya tersebut adalah karya Chopin,” menurut pernyataan tersebut. Penelitian ini mencakup analisis oleh konservator kertas yang menemukan bahwa kertas dan tinta cocok dengan yang biasa digunakan Chopin. Hal ini menunjukkan bahwa manuskrip tersebut berasal dari tahun 1830-an, kata juru bicara museum kepada CNN International.
“Tulisan tangan itu cocok dengan contoh tulisan tangan Chopin lainnya,” kata juru bicara tersebut. “Partitur tersebut berisi penjarian dan tanda dinamik, yang menunjukkan bahwa Chopin mengharap karya tersebut mungkin akan dipentaskan suatu hari nanti.”
Morgan Library & Museum percaya, fakta bahwa manuskrip tersebut berukuran kecil dapat berarti bahwa itu dimaksudkan sebagai hadiah yang dapat disimpan oleh penerimanya dalam sebuah autograph album. Chopin diketahui selalu menandatangani manuskrip yang merupakan hadiah, tetapi yang ini tidak ditandatangani, yang menurut museum menunjukkan bahwa ia akhirnya memutuskan untuk tidak memberikannya.
Chopin diperkirakan telah menulis puluhan waltz, tetapi hanya 17 yang telah diterbitkan. Sisanya hilang dalam sejarah, sehingga penemuan ini menjadi sangat berharga.
Waltz “baru” ini telah diperdanakan oleh pianis Cina, Lang Lang akhir Oktober lalu dan minggu ini telah tayang rekamannya di bawah label Deutsche Grammophon. Pecinta musik klasik di Indonesia dapat mendengarnya secara langsung bulan Desember depan. Karya ini akan dimainkan pertama kalinya di Indonesia oleh pianis & komponis Ananda Sukarlan di konsernya “Christmas Concert”. Konser tersebut akan diadakan di Galeri Hadiprana di bilangan Kemang, Jakarta, Minggu 15 Desember.
Bukan hanya musik Chopin yang akan diperdengarkan pertama kali oleh publik Indonesia di konser ini. Ananda juga akan mempagelarkan untuk pertama kalinya karya virtuosik barunya untuk piano “O Holy Night, O Speedy Night” berdasarkan lagu Natal “O Holy Night” karya komponis Perancis Adolphe Adam (1803-1856). Sedangkan Michael Anthony juga akan memainkan karya Ananda Sukarlan yang belum pernah dimainkan di Indonesia, sehingga konser ini akan penuh dengan hal yang segar untuk publik Jakarta.
Ananda tidak sendirian di konser ini. Ia didampingi paduan suara Catholic Fellowship Jakarta (CFJ) pimpinan Fransiska Darmawan, dua pianis muda yaitu Vivienne Thamrin dan Michael Anthony serta vokalis klasik pemenang Kompetisi Piano Nusantara Plus kategori Tembang Puitik yang babak finalnya akan diadakan tanggal 8 Desember nanti. Michael Anthony yang autis dan tunanetra akan memainkan antara lain Rapsodia Nusantara no. 7 yang berdasarkan lagu-lagu Papua yang dikemas dengan sangat virtuosik sehingga menjadi tantangan berat bahkan untuk pianis pada umumnya. Sedangkan Vivienne Thamrin yang lahir dan besar di Makassar telah “ditemukan” oleh Ananda sebagai juara di kompetisi Ananda Sukarlan Award bertahun-tahun lalu, dan Vivienne bahkan sekarang sedang kuliah musik di University of British Columbia, Vancouver (Canada).
Pada saat yang sama akan diselenggarakan pameran lukisan Hadiprana BazArt 2024, dengan karya para pelukis terkemuka Indonesia Wayan Bawa Antara, Made Gunawan, Bonny Setiawan, Made Duatmika, Ledek Sukadi, Rudy Mardijanto, Nur Hidayat dan Ketut Susena.
Galeri Seni Hadiprana sebagai tuan rumah konser yang akan menoreh sejarah pertunjukan perdana karya Chopin di Indonesia ini memang memiliki sejarah tersendiri : Galeri ini merupakan galeri seni pertama di Indonesia, berdiri tahun 1962 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno. (AME/S)
Sponsor