Home AGENDA Amrus Natalsya dan Patung Kayu Terakhir

Amrus Natalsya dan Patung Kayu Terakhir

0

SENI.CO.ID – Pameran Tunggal Amrus Natalsya, “TERAKHIR, SELAMAT TINGGAL DAN TERIMA KASIH.” adalah sebuah perhelatan yang penuh kekuatan. Kurator Pameran oleh Mahardika Yudha, Amrus menggelar karya di  Galeri Cipta II – Taman Ismail Marzuki. Pameran. 15-23 Juli 2019.

Karya Amrus adalah potret kehidupan ruang dan publiknya. Pameran tunggal ini terakhir bukan karena Amrus tak lagiu mampu, namun ia bersikap ini pameran tunggal terakhir.

Amrus sudah makan asam garam dalam nilai perjalanan seninya. Proses kreatif Amrus memang sudah masuk dalam tahap puncak.

Amrus Natalsya lahir pada 21 Oktober 1993, di Medan, Sumatera Utara. Putera dari pasangan Rustam Syah Alam dan Aminah ini sejak kecil sudah menunjukkan bakat seninya. Pada tahun 1954, Ia memulai pendidikan seni di ASRI Yogyakarta. Sejak saat itu Amrus mulai menghasilkan karya berupa patung dan lukisan. Jika bicara soal kekaryaan Amrus rajin hadir dalam berbagai pameran, seperti:

Amrus juga dikenal sering mengangkat tema sosial dan kesulitan yang dihadapi manusia sehari-hari dalam karyanya. Di tahun 1955, patung hasil karya pertama Amrus yang berjudul ‘Orang Buta yang Terlupakan’ dibeli oleh Presiden Soekarno ketika dipamerkan dalam “LUSTRUM Pertama Asri” di Sono Budoyo, Yogyakarta. Presiden Soekarno kemudian juga mengoleksi karya Amrus lainnya yang berjudul “Kawan-kawanku”.

Pameran tunggal di Taman Merdeka Utara, Jakarta (1955); Pameran Lukisan di Wina, Austria (1955); Pameran “Konferensi Asia Afrika” di Bandung (1955); Pameran Bersama mahasiswa ASRI (1961-1963); Pameran Tunggal di Galeri Lontar, Jakarta (1995); karya terbaik dalam Pameran Patung Kontemporer “Trienale Jakarta II” (1998); Pameran “Kepedulian Sesama Pelukis” di Galeri 678, Jakarta (2000); dan Pameran Tunggal “Kampung dan Metropolitan” di Galeri 678, Jakarta. Nama Amrus akhir tahun 90-an, dia pernah menggemparkan dunia seni rupa Indonesia dengan karya fenomenalnya yang berjudul “Pecinan”, dalam bentuk cukil kayu, yang menjadi ciri khasnya. dan saat ini juga tampil dalam pamerannya.

Pameran Amrus kali ini sebuah restropeksi paling komplit selain ia mampu membaca kekuatan estetik gagasannya di masa senjanya. Tak lupa soal estetika keberpihakan yang telah dipilihnya sejak tahun 50an berkembang.

Judul pameran tunggal Amrus Natalsya, “Terakhir, Selamat Tinggal, dan Terima Kasih.”merupakan judul yang dipilih Amrus Natalsya untuk pameran tunggal di usianya ke-86 tahun diselenggarakan atas inisiatif Amrus Natalsya dan Akademi Jakarta, dan didukung oleh Dewan Kesenian Jakarta, VIP Fine Arts, Etty Art Collection, dan Sanggar Bumi Tarung.

Menampilkan sekitar 50 karya-karyanya yang banyak mengangkat tema sosial seperti lukisan kanvas dan lukisan pahat bertema pasar, Pecinan dan patung kapal Nuh.

Kurator Agus Dermawan mengatakan Amrus berhasil menemukan jejak-jejak traditionalitas. “Pameran tunggal ini adalah bukti keberadaan (eksistensi) Sanggar Bumi tarung dalam sejarah seni rupa indonesia sejak 58 tahun yang silam. Ketika pendirinya Amrus Natalsya berumur 28 tahun saat itu,” ungkap Agus.

Saat SENI.CO.ID hadir di ruang pameran Amrus kita telah menjadikan kekuatan dari karya Amrus adalah estetika tanpa beban dan ini sebuah kekuatan karya. Sukses!

ATA/SENI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here