Lain dengan Akun @CanDigawai menulis: Kl benar produser film itu polisi, knp diikutkn di festival film polisi? Juara pula. Dr sini aja perlihatkan ada yg gak patut. Kongkalikong?
Masih dari akun @CanDigawai mengakatan : Sbg karya fiksi, film memang tak harus sama dgn realitas keseharian, tp harus logis & punya plausibilitas yg tinggi.
Sementara akunㅤㅤ @MbahUyok : Lht. film yg dijdkan juara festival film polkis, jd. ingat film kampanye Ahok Djarot yg. jg. menuai protes. Sama2 SARA #PolriProvokatorSARA
Sementara itu Politisi senior tidak menyangka dengan aparat kepolisian saat ini. Bahkan sebelum dan jauh dari pimpinan Tito Karnavian, ia mengaku tidak pernah terjadi ketakutan kepada Islam yang luar biasa seperti sekarang. MS Kaban menukik menulisnya
“Mengikuti Kapolri sejak zaman almarhum Anton Sujarwo sampai Sutarman belum pernah terjadi institusi Polri terlibat nuansa islamophobia. Benar-benar ada apa,” tulis MS Ka’ban, di akun Twitter pribadi miliknya, Selasa (27/6/2017).
Hal lain yang dikatakan ole Ka’ban, dan nampak menyimpulkan aparat kepolisian bertindak islamophibia adalah saat ia melihat dengan teliti apa yang diberitakan oleh Divisi Humas Polri. Dan ia bahkan menyebut di tubuh Polri lah bibit islamophobia berada.
“Setelah mencermati apa yang dilansir Divisi Humas tentang toleransi, ternyata bibit ‘radikal’ islamophobia ada di dalam tubuh Polri.
Ada apa Polri dengan Islam?”
Namun belum tahu apa yang dimaksud oleh Ka’ban soal Divisi Humas Polri tentang islamophobia. Tetapi sebelum, sebagaimana yang sedang hangat saat Hari Raya umat Islam muncul video yang dirasa cukup provokatif. Dalam video itu di antaranya terdapat umat Islam tidak memberikan izin ambulans yang membawa pasien Kristiani melewatinya karena bertepatan acara pengajian.
Video itu awalnya tersdapat di akun BNPT di @BNPTRI. Namun, karena banyaknya keberatan dengan video tersebut, tidak lama akun BNPT menghapus postingan tersebut.
“Komjen Suhardi Alius kepada @BNPTRI mengakabarkan kepada saya model twit yang cenderung membuat stigma, beliau perintahkan untuk dihapus. Terima kasih,” demikian kata Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak di akun Twitter pribadinya, Senin (26/6/2017).
Dari laman Republika.co.id saya menemukan bahwa Sutradara Film Kau adalah Aku yang Lain, yang sedang gaduh Anto Galon, meminta maaf apabila pesan yang ingin disampaikan dalam filmnya tidak sampai sepenuhnya. Akibatnya, film yang sebenarnya ingin menyampaikan pesan Islam sebagai agama yang mengedepankan toleransi justru menjadi kontroversi.
“Film itu adalah sebuah renungan bahwa sebagai seorang Muslim agar tidak menjadi oknum seperti yang si mbah dalam film,” kata dia melalui keterangan resmi yang dirilis Kepolisian Republik Indonesia, Rabu (28/6).
Sebagian orang menganggap film Kau adalah Aku yang Lain menyudutkan Islam melalui sebuah adegan. Yaitu, adanya karakter dalam film tersebut yang mencegah sebuah ambulans melintas karena sedang ada pengajian.
Padahal, ambulans tersebut sedang membawa orang sakit. Anto mengatakan film tersebut memang tidak bisa ditonton secara parsial, apalagi pada bagian si mbah melarang ambulans lewat. Dia menerangkan tokoh si mbah merupakan gambaran watak sebagian manusia, bukan hanya Muslim, yang memiliki pemikiran kolot. “
Tonton film tersebut secara utuh dan resapi,” kata dia beralibi. Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto menambahkan sutradara juga ingin menyampaikan melalui film tersebut tentang toleransi antarumat beragama.
“Dia ingin menggambarkan (dalam film) bahwa Islam itu toleran. Dia juga berharap penonton jangan terfokus pada tokoh si mbah, dan jangan hanya nonton sebagian,” kata Rikwanto.
Film Kau adalah Aku yang Lain menjadi pemenang dalam festival film pendek yang digagas Mabes Polri atau Police Movie Festival IV 2017. Film ini diunggah ke Youtube kemudian link-nya dibagikan melalui akun Facebook dan Twitter Divisi Humas Polri pada hari Kamis, (23/6) lalu.
Catatan akhirnya jika memang akan bikin Fetival dan tidak membuat gaduh, buatlah festival film yang cerdas dan beradab. Jangan asal-asalan. Lalu lakukanlah riset lebih utama dan tema yang idela serta pertimbangkan hal lainnya misalnya juri dan jelai melihat jangan sampai producer film terlibat dalam kepanitiaan.
Sudah gitu saja dari saya, semoga ini pelajaran berharga dan festival film tidak menjadi sejarah buruk.
AENDRA MEDITA, Pemimpin Redaksi SENI.CO.ID