DI NEGERI YANG SAKIT
Wartakan pada apa saja
Tentang segala cara untuk meronta
Ditangkap dan dipenjara
Tak seberapa sakitnya
Kemerdekaan yang semu
Memang milikmu
Belanda dan jepang
Ternyata tak pernah pulang
2022
NEGERI MENANG SENDIRI
Sudah banyak cara kamu berusaha
Membungkam setiap lawan dengan penjara
Menciptakan ketakutan dan merawatnya terus-terusan
Bui menjadi tempat singgah bagi penghuni rumah sebelah
Semua kata-kata harus dituntun dan diarahkan seperti mengajar balita
Padahal jelas bahwa setiap kepala pasti beda
Tak bisa kau memaksa aku memakan buah yang tak kusuka
Tak bisa kau memaksaku meniru cara mengupasnya
Bagaimana bisa antar saudara begini rupa
Memusuhi setiap yang beda dengan cara-cara lama
Semua seperti hidup dalam dunia wayang
Yang di dalamnya berisi peperangan antar simpatisan
Dan antar keturunan
Aku kini bertanya
Siapa yang jadi sengkuni dan durna?
Pasti kau berkata tentu saja mereka
Negeri apa ini?
Negeri menang sendiri barangkali
Setiap pendapat harus disertai data yang kuat seperti disertasi
Padahal rakyat masih mencintai negerinya dengan sangat
Mereka masih menyimpan bendera di rumahnya
Mereka masih mau turun ke jalan untuk karnaval kemerdekaan
Mereka masih rela panas-panasan sebagai tanda kesetiaan
Rakyat belum suka revolusi
Meski kiblatmu arogansi
Tapi kamu berubah sedikit sekali
Aku khawatir pada waktunya akan terjadi
2022
IBU PERTIWI
Merdeka adalah kata
Yang semakin sulit dipercaya
Jangan tutup mulutku dengan takut
Aku akan diam dan tak lagi menyebut
Bahwa merdeka hanyalah kentut
2020
3.
RIZKI MOHAMMAD KALIMI
SETELAH DADU BERGULIR
—–Untuk adikku, Rizka Putri Utami
I
Bukan tentang aliran darah
dalam tubuhmu, Drupadi.
Tapi gemuruh nafas
Serta air mata panas
Dalam kesedihanmu
Yang membuatku menurunkan
Anugerah lilit kain tak berujung
II
Drupadi. Setiap hembus nafas
serta ayunan kaki yang kau hitung
dalam deret mistar waktu. Seperti juga gugur
helai rambutmu yang tertiup angin.
Adalah catatan kecil tentang kepergian
yang tak kan kembali.
Tapi batas yang dilahirkan oleh perpisahan
dan juga jarak yang membentang
Tak kan pernah hinggap di antara kita.
Sebab kau adalah perempuan
yang tercipta dari api, dan dengan
Matakulah kau akan melihat
Pendar warna di atas langit
Setelah awan melahirkan butir-butir air hujan
2022
SEBELUM MAUT MENJEMPUT
Nun. pada akhirnya
kita akan menyambangi
titik paling hening dalam hidup,
di mana hanya hembusan nafas maut
yang terdengar memberat gugup.
Langit hanya diam membisu.
Ufuk, juga bayang segala sesuatu
mengabur;menjauh dalam tatap mataku.
Nun, aku akan menyambut maut
yang setiap waktu mengelus kepalaku
dengan tangan terbuka.
Walaupun mezbah dan altar pemujaanku
belum rampung berdiri tegak.
Tapi Nun, sebelum maut menjemput.
Satu inginku, jadikan aku daun talas
yang menampung setiap tetes air matamu.
2022
TETANG 3 PENYAIR
MATDON – Penyair,Penulis, Wartawan Dan Rois ‘Am Majelis Sastra Bandung Rizki
RIZKI MOHAMMAD KALIMI lahir di Pandeglang, 31 Mei 1998. Rizki
alumni Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, saat ini ia aktif bergiat di Majelis Sastra Bandung (MSB).
(RED/SENI 01012023)