SENI.CO.ID – Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi (YKBM) bersama komunitas Longser Bandoengmooi Kota Cimahi lakukan pewarisan seni Longser pada kalangan anak muda. Kegiatan ini secara khusus mulai dilakukan sejak tahun 2010 sampai sekarang melalui pelatihan dan pertunjukan seni Longser.
Ketua YKBM, juga praktisi seni Longser Hermana HMT mengatakan, pewarisan dilakukan karena minat masyarakat dikawasan Bandung Raya yang menjadi tempat lahir dan berkembangnya seni Longser makin kurang terutama yang mau terjun langsung menjadi pelaku.
“Tahun 2023 ini kami lakukan pewarisan seni Longser dibagi 4 kali/tahapan pelatihan dan petunjunjukan. Setelah melakukan pelatihan tahap pertama pertunjukan dilakukan 10 Maret 2023 kemarin kerjasama dengan ISBI Bandung. Tahap kedua khusus bagi pemagang atau peserta residensi yang seyogyanya pertunjukan digelar bulan Agustus diundur menjadi 1 September 2023 di tempat kami melakukan proses kreatif, Jl. Babakan Loa RT 02 RW 07 Kel. Pasirkaliki, Kec. Cimahi Utara Kota Cimahi. Tahap 3 pertunjukan kolaborasi seniman Longser Bandoengmoi besama peserta residensi digelar 14-15 Oktober 2023 di Gedung Kesenian Runmentang Siang, dan tahap 4 recananya pertunjukan digelar akhir Desember 2023,” ujar Hermana dalam keterangan persnya, Minggu (27/8/2023).
Menurutnya, sepeninggalan Ateng Japar bersama Longser Pancawarnanya, era tahun 1990-2010 pertumbuhan seni Longser mengalami kebangkitan ditandai lahirnya beberapa komunitas baru dan banyaknya pertunjukan di perguruan tinggi juga dilingkungan masyarakat umum di kawasan Bandung Raya. Menginjak tahun 2010 sampai sekarang beberapa kemonitas seni Longser yang pernah meyemarakan khazanah budaya Jawa Barat itu satu persatu berguguran, tidak aktif lagi gelar pertunjukan secara mandiri atau tidak mendapat kesempatan tapil kembali pada acara kenduri atau hajatan.
Lanjut Hermana, sebuah kebanggaan entitas seni Longser sebagai seni pertunjukan tahun 2022 ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) dari Jawa Barat. Selanjutnya menjaga eksistensi seni Longser sejak ditetapkan sebagai WBTb dalam kurun waktu yang tidak terbatas menjadi pekerjaan rumah bersama pemerintah daerah, akademisi, komunitas, media, dunia usaha dan stakeholder lainnya untuk melakukan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan.
“Dalam upaya mewujudkan keberlangsungan hidup seni Longser maka diperlukan upaya pewarisan secara sistematis dan berkesinambungan pada genirasi muda dengan menyelenggarakan pelatihan juga pertunjukan diberbagai ruang publik untuk kembali mengkomunikasikan dan mempromosikan seni Longser pada masyarakat yang lebih luas,” ungkapnya
Jelas Hermana, pewarisan seni Longser adalah proses peralihan nilai, norma, dan keterampilan seni Longser dari generasi sebelumnya ke generasi muda. Melalui pewarisan yang sistematis diharapkan terlahir pelastari yang lebih seger, berpandangan ke depan, dan tidak sekadar melihat seni Longser sebagai seni pertunjukan semata, tapi ilmu pengetahuan yang dapat membentuk mental dan spiritual yang berhubungan dengan penguatan karekter atau jati diri. Bahkan belajar seni Longser artinya seseorang sedang belajar beberapa jenis seni (musik, tari, akting dan lainnya) sehingga pelaku Longser terbetuk memiliki kemampuan yang multitalenta.
“Dalam upaya mematangkan kensep pewarisan, kualitas pelaku dan bentuk seni Longser sehingga menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat, Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi bersama komunitas Longser Bandoengmooi merancang metode pewarisan secara sistematis,” tandasnya.
Beberapa hal yang siap dilakukan diantaranya; 1. Melakukan pelatihan peningkatan kapasitas bagi pelaku Longser Bandoengmooi dalam upaya peningkatan penguasaan tehnik bermain dan tata kolola organisasi seni Longser; 2. Menjalin kerjasama dengan sekolah, akademisi dan komunitas melalui residensi atau pemagangan dalam upaya memperbanyak paluku dan pelatih seni Longser; 3. Melakukan pertunjukan keliling seni Longser dalam memberi peluang pada para pelaku untuk mempresentasikan karyanya, sekaligus menghidupkan ruang–ruang publik; 4. Menyelenggarakan Festival Seni Longser tingkat pelajar melalui penyebaran pelatih dalam bentuk program Gerakan Seniman Longser Masuk Sekolah; dan 5. Menciptakan destinasi wisata seni Longser.
“Pola pewarisan seperti itu bertujuan agar lebih cepat melahirkan generasi baru dan menambah jumlah pelaku pelestari seni Longser, meningkatkan multi kecerdasan, dapat merevitalisasi seni Longser kearah yang lebih maju, berdaya saing dan mewujudkan seni Longser menjadi bagian dari kehidupan kaum milenial Jawa Barat saat ini juga mendatang, bahkan menjadi bagian diri kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia,” harapnya.
Selain itu, melalui pewarisan ketahanan budaya bangsa dari gempuran budaya asing yang terbilang masif mempengaruhi karakter anak bangsa kian terjaga. Plus tumbuhnya tradisi festival diruang publik menjadi bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas, kuantas, apresiasi, jejaring dan tingkatkan kunjungan wisatawan lokal atau mancanegara.
“Adanya pelatihan peningkatan kapasitas tata kelola keorganisian, tim pengelola dan pelaku seni Longser didorong agar mampu melakukan penggalian, menyerap pengetahuan, beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mempromosikan, mengelola pertumbuhan, dan berinovasi, sehingga eksistensi seni Longser terus terjaga, diterima sepenuhnya oleh masyarakat dimanapun sebagai bagian dari kehidupannya dan berdaya saing,” paparnya.
Hermana berharap kegiatan pewarisan seni Longser ini dapat dukungan dari pemeritah daerah, pusat, juga dunia usaha dan stakeholder lainnya terutama dalam hal fasilitasi sarana dan prasarana.”Sehingga kegiatan pewarisan yang telah berjalan tidak berhenti, tapi bekelajutan dengan baik dan seni Longser sebagai warisan budaya takbenda bukan semata ada dalam catatan sejarah seni pertunjukan, tapi seni Longser benar-benar mewujud menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Jawa Barat dan dunia,” pungkas alumnus ISBI Bandung.*(SENI.CO.ID)