Berawal dari keterlibatannya sebagai juri lomba Film Pendek Koperasi yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan UKM pada Oktober 2018, Vivian Idris mulai tertarik mendirikan koperasi. Vivian ingin menginisiasi berdirinya koperasi bagi pegiat film di Tanah Air yang diharapkan bisa menjadi solusi untuk kesulitan pembiayaan produksi film yang selama ini mereka hadapi.
“Koperasi bisa menjadi jawaban bagi teman-teman di komunitas film terutama UKM film di Indonesia, juga mereka tersebar di seluruh provinsi dan kota-kota besar bahkan kota kecil juga ada,” kata Vivian yang juga salah sau pegiat film dokumenter itu.
Komunitas pegiat film teroganisir mulai dari tingkat pusat, maupun daerah. Mereka cukup potensial bila dilibatkan dalam sebuah koperasi. Walaupun baru sebatas wacana, namun Vivian berkomitmen koperasi pegiat film ini harus terwujud dalam waktu dekat. Hanya saja ia perlu mendiskusikan lebih lanjut dengan rekan-rekan sekomunitas untuk menentukan langkah awal secara bersama.
“Karena saya berkecimpung di sebuah forum namanya Akatara, sebuah program di Bekraf kerja sama dengan Badan Perfilman Indonesia. Saya menjabat sebagai direktur program,” katanya.
Koperasi lanjut dia, menjadi alat tidak hanya menolong diri sendiri, tetapi juga orang lain. Karena itu, sangat cocok dikembangkan di kalangan komunitas, apalagi fungsi Akatara, yaitu sebagai kegiatan forum pembiayaan dan investasi untuk perfilman Indonesia berskala nasional. Vivian akan terlebih dahulu mensosialisasikan koperasi mengingat sebagian mindset masyarakat yang menganggap koperasi sudah tak jaman alias jadul.
“Banyak cara yang bisa dilakukan sebenarnya, yang pertama terutama harus mensosialisasikan dulu koperasi sebenarnya terminologi purba orang banyak yang gak tahu padahal sebenarnya justru sebaliknya koperasi menjadi jawaban untuk sebagaian besar kalangan masyarakat Indonesia apapun bentuk usahanya koperasi bisa menjadi alat untuk saling tolong-menolong, kerja sama,” ujar Vivian
Kemenkop dan UKM mengadakan lomba film pendek dengan tema Koperasi Milenial untuk mensosialisasikan koperasi di kalangan generasi muda. Film atau audio visual menjadi medium yang paling menarik bagi generasi milenial untuk mencari informasi. Sebanyak 109 judul film pendek yang masuk, menyajikan beragam kisah tentang koperasi. Pesertanya juga dari berbagai latar belakang, mulai dari siswa SMA, mahasiswa dan umum dari seluruh tanah air.
Vivian mengatakan awal saat diajak sebagai tim juri dia langsung sambut dengan antusias, karena ini menandai pertama kali Kemenkop dan UKM masuk dalam dunia perfilman. Karena film tak hanya dikenal sebagai media hiburan, tetapi bisa dimanfaatkan untuk akselerasi program pemerintah seperti sosialisasi koperasi kepada khalayak.
“Saya senang Kemenkop menggunakan film sebagai alat sosialisasi koperasi kepada masyarakat. Nah film medium yang sangat power full untuk melakukan sosialisasi, pembentukan opini, promosi dan lain sebagainya,” tutur dia.
Film menjadi salah satu dari 16 sub sektor industri kreatif Bekraf yang mana bisa menjadi lokomotif untuk sub sektor lainnya. Sehingga penting untuk terus didorong eksistensinya. Melalui film juga banyak industri kreatif lainnya bisa tertolong misalnya industri fesyen, kuliner, handicraft, termasuk potensi promosi pariwisata di daerah.|EDY/SN