SENI.CO.ID – PAMERAN SENI RUPA Remaja Jakarta Perupa Angkatan Tahun 70/80an digelar di Lobby Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), bagi saya ini luar biasa, yang kerja ekstrak si pengagasnya dia adalah Eddy Kamal (dulu perupa pasar Senen) ia juga yang terlibat juga di tahun angkatan itu. Salut….!!!
Menurutnya melaksanakan sebuah pameran dengan mengundang rekan perupa yang dulunya (tahun70 an sampai 80 an) pernah aktif di Sanggar lukis di 5 Gelanggang remaja Jakarta ( Pusat, Barat, Timur, Utara, Selatan ), dan teman teman yang pernah belajar di Pusat Pengembangan Kesenian Jakarta ( PPKJ ), Bengkel Pelukis Jakarta TIM dan sanggar lainnya di wilayah DKI, tentu dengan upaya yang serius mengingat kurun waktu cukup lama ( thn,70 an dan 80 an), hampir 40 tahun lebih.
“Saya sudah terpikirkan pameran hampir 5 tahun lebih, dengan maksud mengulang sejarah lama yang esensinya bisa bersilaturahmi sesama teman yang dulunya mengawali proses belajar melukis secara sanggaran,” jelas Edy Kamal kepada Redaksi.
Seperti kita ketahui saat itu kenakalan remaja Jakarta sedang meningkat dimana tawuran antar sekolah atau kelompok berbagai kampung di Jakarta, maka untuk mengatasi hal Itu Gubernur DKI Bang Ali Sadikin membangun Gedung Gelanggang Remaja Jakarta sebagai wadah remaja yang dapat berekspresi didalam berbagai cabang kegiatan olahraga dan kesenian.”Termasuk disitu ada sanggar lukisnya, sebagai cikal bakal lahirnya Perupa Remaja Jakarta era 70 an dan 80 an yang kini masih aktif melukis atau berkarya,”kenangnya.
Pameran diikuti 34 peserta yang dulunya remaja kini mereka memasuki usia tua (56 sampai 60 tahun keatas). Mereka para perupa adalah Aang T, Agus Budiyanto, Agus Syuryadi, Andi Suandi, Ar Soedarto, AR Tanjung, Budi Karmanto, Baem Ibrahim, Dicksy, Dick Syahrir, Eddy Kamal, Eddy Yoen, Edo Abdullah, GiokEng, G.Widro Mansoer, Harun al-Rasyid, Jenni Mahastuti, Lukman Sh, Nunuk Darmono, Maulana, Mulyawan Syarif, Reni. A.Sukarjan, RK Sutarno SK, Sanwani Nobon, Syafril Cotto, Sigit Wicaksono, Syafrudin, S.Widodo, Tommy Faisal, Tukiyan, Ugo Haryono, Yang Jojo dan Yaqub Elka.
Karya mereka dalam pameran beragam mulai abstrak sampai realis dan surealis. Karya yang dipameran bukan karya tahun 70-80an tapi karya yang terbaru. Ada ide, harapan, mimpi dan ambisi-ambisi simbolis, soal ragam-macam dan tafsir karya yang hadir yang bisa dan luar biasa adalah yang tersaji. Itulah karya seni tak bisa subjektivitas.
Melihat karya G Widro sangat manarik. Lukisan berjudul “JungkirBalik” Dunia Morat Marit Karena Covid. Karya Widro merepon Pandemi C19. Bumi seperti mati. Semua tatanan luluh lantak sejak distampel pandemi oleh WHO. Terlepas dari nyata atau tidak, yang pasti gegap gempita melanda manusia sejagad raya. Kepanikan sudah terlanjur mewabah dimana pun kita berada, di bandara, dermaga, stasiun kereta api, terminal, pasar, rumah sakit, bahkan di tempat ibadah. Semua itu lantaran banyak orang sudah kadung melahap suguhan berita berbagai versi tentang derita dan kematian gegara virus corona. Seluruh energi dunia terkuras tanpa batas. Padahal sejarah mencatat hal serupa pernah terjadi ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Mengapa mayoritas pemimpin dunia tidak mengambil pelajaran untuk segera mengatasinya? Atau barangkali enggan karena kepentingan? Sementara itu dokter dan paramedis nyaris putus asa, bertaruh nyawa, jungkir balik, berjibaku dengan waktu. Maka, siapa pun yang memanfaatkan pandemi ini untuk merampas dan menjarah kebenaran untuk kepentingan dan keuntungan pribadi/kelompok semata, bersiaplah merintih pedih “nangis bombay” di kemudian hari… Selamanya. Lukisan JungkirBalik yang dapat dilihat dari 4 sisi ini tercipta menggambarkan situasi kondisi suram dan muram, morat maritnya dunia. Dan karya ini menari penuh cerita dan makna dibaliknya. GWM Lahir di Malang,12 Januari, Aktif di Garajas 1978. Pernah kerja di periklanan. Perupa, perancang grafis
dan motivator kreatif ini mengantongi 17 penghargaan bidang seni rupa dalam dan luar
negeri sebagai pemenang; sketsa, lukisan, logo, poster, dll. termasuk dari MURI atas penciptaan lukisan JungkirBalik. Sering pameran bersama Garajas. belum sempat pameran tunggal lagi “karena bikin Lukisan Jungkir Balik perlu pemikiran dan tenaga ekstra.
Karya Andi Suandi berjudul “Jala sutra, jalur rempah” memberikan makna lain selain hanya simbol tapi makna dibalik kekayaan jalur rempah. Andi kini kini ketua Peruja dan punya jam terbang sudah melakukan 17 kali pameran tunggal di Indonesia dan ratusan kali pameran bersama di dalam dan luar negeri.
Karya lain yang menarik adalah AR. SOEDARTO, Lahir Kudus, Jawa Tengah 24 Maret 1951, Lulus Akademi Seni Rupa Nasional, Indonesia Jakarta. 1976 dan Lulus Sarjana Hukum, Fak.Hukum Univ.Bung Karno, Jakarta (2012) beberapa kali berpameran Tunggal karya pernah dapat penghargaan Karya terbaik, Festival Seni Bersama. Penghargaan diantaranya ; Karya lukis terbaik, Festival Seni Mahasiswa DKI, Jakarta. Dalam pameran ini karya berjudul “Ya Allah Raise Me Up” dalam astrak dan kekuatan aksentuasi simbolistis yang diatas. Karya ini dalam kalau diresapi.
Agus Syuryadi pelukis Jakarta kelahiran 24 Juni 1960, yang belajar menggambar dari Hidayat Said (Illustrator majalah Kuntjung). Bergabung di Sanggar Lukis Gelanggang Remaja Planet Senen Tahun 1977. Belajar melukis atas bimbingan Nasrul Taher dan Tarmizi Firdaus. Juga sering mengikuti pameran bersama. Pernah mrndapatkan Piagam Penghargaan dalam Lomba Lukis Remaja yang diselenggarakan P&K yang dipimpin oleh Kusnadi (Pelukis). Sudah pameran dimana-mana sejak tahun 1979 sampai kini, Tahun 2018 masuk nominasi 10 besar dalam Lomba Desain Sepatu yang diselenggarakan Pensole Academy, Portland. Juara Favorit dalam Lomba Logo Rebranding Tanggulangin di Sidoarjo, Surabaya. Tahun 2019 – 2020 Lomba dan Pameran Desain Sajadah Imaji Indonesia di Galeri Embun Kalimasada, Yogyakarta. Dalam karya kali ini “Ikan 1” dan “Ikan 2” menawrkan detail karya yang dibuat diatas poster color.
Karya AR Tanjung karya berjudul “Malam Pertama” ini unik dan mengelitik, perupa Jakarta yang lahir 7 Maret 1966 punya banyak pengalaman pameran lama mulai dari Gedung Manggala Wana Bhakti “Seni Rupa Kontemporer Pekan Wayang Indonesia 6” Jakarta Seni Rupa Online, Original Record Indonesia Award, Gedung Perpustakaan Nasional” creative Freedom To Heal The Nation, Galeri Nasional. RI bersama Komunitas Perupa Kota Tua, thema” Lawan” Bintaro Art Space “Harmoni Indonesia” berbagi sesama untuk korban Bencana gunung semeru Pameran Tunggal Lukisan manual Poster Film dan
Dokumentasi di Rolling Door,Jakarta “Aktor Di Balik Layar”, ” Ekspresi Perempuan Indonesia” bersama bersama kelompok Pepi,Balai Budaya,Jakarta
Bursa Lukisan” Pelangi Seni Ramadhan” di Sena Cafe Galeri,Bintaro TangSel
Main Lobby Gedung Film “ Peduli Sesama PARFI”, “Betawi Masakini Masa Gitu” Annex Gallery dan Kilau Art Studio, Taman Ismail, Jakarta. Karya naif lukisan Tanjung ini kuat di warna dan distorsi bentuk dan ini cara pelukis yang membedah kebudayaan Betawi ala AR Tanjung.
Lukisan Karya abstrak Agus Budiyanto “RHAPSODY IN RED JASPER” lebih pada kekuatan warna pastel dan aksen yang harmoni dengan dua aksen merah ini karya pelukis yang lahir di Jakarta 1960, yang secara outodidak selama lebih dari 45 tahun telah memahami simbol dan teknik.
Lukisan “RORO MENDUT” karya Budi Karmanto pelukis Lahir di Jakarta 21 April 1964. Ini realis dan ia mampu bercerita kisah mendut dlam visual yang hakiki. Budi Sejak 1985-hingga kini sering pameran bersama. 9 kali pameran tunggal, ia juga guru melukis di Gandhis Sechool Jakarta.
Ada Dick Syahrir perupa senior dan pernah mengajar di IKJ. Ia tetap aktif melukis dan berada di komunitas seni. Selain pengurusan Yayasan Perupa Jakarta Raya- PERUJA.
Pernah pula bekerja sebagai penata artistik untuk produksi film, pertunjukan teater, majalah, advertising agency. Sering mengadakan pameran bersama di berbagai tempat.
Karyanya berjudul ”Perdu“ sangat dekoratif dan menawan secara warna. Karya Diick ini penuh perenungan.
Perupa Dicksy karyamua “Menuai” sangat naturalis, sebagai senior dalam senirupa ia paham dan detail karyanya. Kesubliman karyanya juga nampak pada karya-karyalinnya.
Sebagai pelukis bisa jadi paling sepuh dalam pameran ini Dicksy yang lahir di Sumbawa 11 Desember 1943 adalah senior. Lulusan ASRI Jogja 1962-1966, dosen seni rupa IKIP IKK, dan ASRIDE ISWI-1970-’96, Penatar seni rupa Kegiatan DinBud DKI, Pengajar di kursus fashion design dll, 1968 Sanggar Seni Rupa Krakatau 1975, Garajas I980 Castilia Studio, PASSRI DKI, Sanggar Sukma, 1992ERES/Era Estetika pernah mendapat Penghargaan medali internasional dari PBB NewYork (1983) pemenang lomba poster, perdamaian 3 x pemenang lomba illustrasi komik, Membuat gambar konfigurasi, (5500 orang pemain) membuat mobil hias, Selain pameran lukisan juga art designer/ illustrator untuk penerbitan serta juri Unesco (Eniki ) mengajar lukis kelompok pemula.
Karya Edo Abdullah dengan judul “Jakarta” 2020 merespon ruang kota. Karya dengan visual yang kontemporer ini Edo menampilkan dimensi. Pelukis kelahiran Surabaya ini Lulusan Seni Rupa IKIP Jakarta. Telah 2 kali pameran tunggal dan puluhan kali pameran bersama, terutama dengan pelukis abstrak jika inginlihat karyanya silakan di sosmednya IG : @edoabebe.
Pelukis Eddy Kamal lahir di Palembang, 24 September 1960, pada 1975 mulai lukis secara serius dengan pembimbing Dick Syarir, di Sanggar lukis planet Senen Jakarta.
1976 – Di TIM Pertama kali Pameran Bersama antar Gelanggang Remaja Jakarta.
Pameran Tunggal (Pertama) 1981- di TIM Jakarta, 1982, 1990, 1995 – di Balai Budaya 1983, 1985. di TMII Jakarta dan di berbagai tempat lainnya. Tahun 1976, 78, 79 Mendapat Penghargaan dari DKJ. 1980 dari Goethe institut dalam pameran bersama di berbagai negara Asia & Australia. Tahaun 2012 Pameran Besar Seni Rupa Indonesia “ Manifesto.# 3 di Galeri Nasional Indonesia. 2014 – Pameran bersama “ Ruang Jakarta “ di Galnas dll Kini aktif di komunitas Perupa Jakarta Raya ( PERUJA ) dan
karyanya judul “Ruang Instalasi & tanah merah Rorotan Makam Massal Covid merespon kasus C19. Eddy merespon konteks kekikinian dan ia konsisten dalm berkarya selain juga sebagai pengagas reuni seniman 70-80an ini.
Eddy Yoen dengan “Sang Waktu” juga merespon C19, perupa yang lahir di Semarang, 65 tahun lalu ini sejak 4 Juli 1974, bersama kawan-kawannya ikut membidani lahirnya Sanggar Senirupa Garajas Bulungan di GRJS. Sejak itu kiprah berkeseniannya, tak terbendung, baik berteater, sastra, jurnalis dan senirupa. Untuk pameran lukisan tak pernah padam sampai sekarang. Jebolan Sekolah Tinggi Publisistik 1979, dan purna peg SetNeg RI 2012, masih punya semangat untuk berkarya. Di usia senjanya ini, senirupa menjadi pilihan utama untuk, cengkeraman dan bercanda dengan hidup.
Perupa Harun Al-RAsyid pernah menimba ilmu di ASRI- STSRI YOGYAKARTA.
Tahun 1976 tidak selesai. lahir Malang,18 Desember 1956.
Belajar SENIRUPA Di PPKJ (Pusat Pengembangan Kesenian Jakarta). Th 1977 –
1981. Karir dalam dunia seni Sebagai illustrator Majalah Selecta Th 1982, Sebagai Visualizer Pratama Advertising Th 1984, Sebagai Art Director di METRO Advertising Th 1985 – 1987, Art Director Unique Advertising Th 1990 – 1999 dan kini Home Product Fine Art. Th 2000 sampai sekarang. Karya lukisanya berjudul “Ibu Fat’ (Madam of Heirloom
Flag Tailor) ia tampilkan dengan aksen kuat ibu ftamawati dengan kerudung dan baju hijam berlatang Bung Karno dan Bung Hatta saat baca proklamasi dan bu Fat muda disampingnya sedang menjahit sangsaka merah putih. Karyanya menarik sangat historical.
Sejumlah perupa yang ikut memiliki karya yang kuat dan matang selain perjalanan panjang mereka konsisten dengan berkarya terus sampai kini. Ada Jenni Mahastuti yang konsisten dengan kekuatan karyanya di suku baduy memiliki ciri khas. pelukis
yang lahir 9 Februari 1956 di Malang, Jawa Timur ini juga 2004 dan tahun 2021 merestorasi lukisan-lukisan koleksi Presiden Soekarno di Istana Negara Republik Indonesia sejumlah buku telah diterbitkan, Buku MALUKU, Budaya Tradisi – Potret Keseharian – Tapak Sejarah dalam Lukisan, Sketsa dan Puisi, tahun 2011. Buku tentang Masyarakat Adat Kanekes. GERIMIS DI TANAH TITIPAN KANEKES.
Lukisan Judul “Sungai Sampah Jakarta” karya Lukman SH menarik kolase dari sampah sampah yang anglenya sudut sungai seperti membaca ibukota dalam realitasnya. Lukman SH melukis sejak minatnya di SMA 6 Jakarta yang dekat dengan gelanggang Bulungan. Dan aktif sejak 19780-80 di Garajas sejak tahun 2011 sampai kini ia adalah ketua Sanggar Seni Rupa Garajas.
Pelukis Maulana ini asli Betawi karya berjudul “Ciliwung Kampung Pulo Melayu” menampilkan karya kisah lama Cilieung meski dibuay tahun 2022, sedang
Muliawan Syarif senior seangkatan Eddy Kamal yang melukis di Gelanggang Remaja Planet Senen. Dibimbing Dicky Syahrir, Nasrul dan Tarmizi Firdaus. Di Gelanggang Jakarta Utara, dibimbing Muryoto Hartoyo. Karyanya berjudul “Bisnis Bang Jago” sebuah karya hitam putih yang kuat. Drawing seekor ayam jago yang menjadi bg boss.
Pelukis Nunuk Darmono (Dyah Windajani.D) dengan karya “Pasrah 2022” adalah respon atas pandemi. Karya Reni A. Sukarjan abstrak yang kuat, judulnya “Yang tertinggal” Reni punya kekuatan warna yang mengkolase dengan kisah pewangyangan dlama karyanya. Ia jebolan Senirupa ITB tahun 1976. Mengajar di Pusat Pengembangan Kebudayaan (PPKJ) dari tahun 1977 s/d 1983, selanjutnya mengajar
fashion di seni rupa IKJ dari tahun 1998s/d 2021
Pelukis RK Sutarno SK dengan karyanya “GEMAHRIPAH” hadir dengan apik, Pelukis
R Sigit Wicaksono karya abrstrak :Irama Cinta” yang memainkan warna, ada juga pelukis Sanwani Nobon yang sejak tahun 1975 sampai kini aktif pameran karyanya berjudul “Gerak Hati” seperti ilusi ia punya imajinasi yangkuat. Tahun 2009 Nobon pernah pameran tunggal bertajuk “NOBONISME” Bandung. Lain lagi dengan karya Syafril Cotto
perupa yang lahir Pariaman Sumbar, 5 Mei 1956. Pendidikan terakhir STSRI “ ASRI.” Jogya. Karya berjudul “Tukang Jamu” sangatlah realis. Ia cakap dalam olahan yang detail.
Karya S. Widodo yang gabung di tahun 1977 di Sanggar Garajas menarik juga merespon “Pandemi 1” dengan landcape yang penuh hamparan dan situasi dikaitkan dengan masa pandemi. Pelukis Syafruddin dengan karya yang sederhana abstraksi dari karya berjudul
“Relationship”. Pelukis Tommy Faisal Alim dengan karya abstrak penuh simbol, sedangkan karya Tukiyan dengan karyanya “Nyok Kite Ngarak Ondel-Ondel, 2022″ tampil lain meski memasukan wajah Benjamin Karya pensil Warna di atas Kertas ini menarik.
Pelukis Ugo Haryono, lahir di Bojonegoro, Pendidikan Seni di Sekolah Tinggi Seni Rupa Nasional Salemba, Lpkd, Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta sekarang IKJ, Jan Van Eyck, Maastricht, Netherlands, Pasca Sarjana ITB, Pernah mengajar di Trisakti dan Institut Kesenangan Jakarta. Kali ini karyanya berjudul : Komposisi 2022 ia hadirkan dengan karya drawing hitam putih yang menawan. Pelukis Yang Jojo yang mengangkat
jakarta dengan judul karya “PINGGIR KOTA JAKARTA” ditampilkan secara abstrak dnegan media pastel atas kertas. dan Yaqub Elka dengan karya berjudul “Bumi Insani” menampilkan karya yang lumayan dan mengingatkan kita pada karya masa lalu pelukis-pelukis lainnya.
Akhirnya yang tersaji dari pesta reuni ini adalah Eddy Kamal telah memberikan tanda bahwa ada upaya renungan dari karya yang ditampilkan dan paling tidak sudah ada silaturahmi besar yang baik. Juga akan terus berlnjut. Salut dan semua seniman ini konsistensinya sangat terjaga dan kuat. Bravo!!!
aendra medita kartadipura