Di Lobby Hotel Preanger Bandung sebuah pameran seni sulam mengejutkan. Ia adalah pelaku seni rupa yang konsisten.
SENI.CO.ID – Pameran Tunggal Kreasi Seni Sulam Moel Soenarko yang pameran tunggal yang ke-enam dalam kurun waktu 2 dekade terakhir. Ada yang menjadi unik pada tiap pameran tunggal Bu Moel ini. Ia selalu menghadirkan karya yang berbeda secara media dan teknik dalam ranah seni rupa dua dimensi, mulai dari cat minyak, cat air, hingga wilayah seni grafis yang pernah dibuat.
Pameran digelar dari 15 September – 14 Oktober 2018 di Lobby Prama Grand Preanger Jalan Asia Afrika Bandung. Inilah pameran yang menarik dan memiliki nilai lebih.
Saat pembukaan sejumlah tamu hadir memadati ruang, pameran dibuka dengan pembacaan puisi oleh aktor teater Iman Soleh. Ketakjuban yang dalam. Bagi karya Bu Moel begitulah isi sajak dalam puisi itu.
Semangat yang tidak pernah pudar yang harus dijadikan contoh bagi penerus-penerus Seniman yang lebih muda dari Beliau ini. Bersyukur, saya yakin adalah salah satu kunci dari kesuksesan Beliau. BAKAT dan TALENTA adalah ANUGRAH, dan untuk mewujudkanya itu adalah “tantangan”. Satu pepatah dari Beliau yang membuat saya sangat kagum: “AKU BERKARYA, MAKA AKU ADA” LUAR BIASA makna yang sangat dalam…..” ujar Benny Adrian GM Hotel Prama Grand Preanger.
Ketua Pameran A.K Patra mengatakan Moel Soenarko, seniman multi talenta, ia tidak hanya piawai menggunakan medium konvensional spt cat minyak minyak, akrilik atau cat air… ada karya-karya yag bermedium dari batu kerikil, cukilan kayu, logam (etsa) dan benang wol. Eksplorasi gagasannya tidak berhenti di ranah skesta namun mampu diwujudkan ke dalam sebuah karya yg matang secara konsep, full skill dan memiliki makna filsofis. Dalam event pameran tunggal yang bertajuk “kreasi seni sulam moel soenarko” yang mana medium yang “diunjukan” yakni benang sulam.
“Karya sulam yang ditampilkan begitu beragam tema, mulai dari objek rumah, tanaman, landscape hingga pengalaman batin yang lebih berwujud abstrak. Ia ingin berbagi ilmu dan pengalaman (artistik & estetik) kepada publik seni,” jelasnya.
Jika melihat karya Seni Sulam Moel Soenarko inilah Konsistensi Diri, jadi dia telah menyentuh estetika dengan jiwa-jiwa seninya yang dalam. Kurator pameran Agus Cahyana, menulis rasa keingintahuan yang besar mendorong Bu Moel untuk terus berinovasi dalam berkarya, ia berkeyakinan bahwa “tidak penting hasilnya akan seperti apa, tetapi yang terpenting adalah telah berbuat”. Semua proses pencarian dalam berkreasi dilakukan dengan senang, layaknya seorang anak bermain dan terus mencoba, yang pada akhirnya menemukan sesuatu yang berbeda atau unik.
Pada pameran yang menampilkan 39 karya yang dibuat hampir 20 tahun, dimulai dari karya pada tahun 2000 menunjukan jejak bahwa Moel konsisten. Ia menggambarkan karya kisah kota Malang, sampai terakhir 2018 yang dibuat di kota Bandung. Seorang seniman, yang tetap konsisten untuk terus menekuni satu keahlian di sela-sela berkarya dengan medium lain tentu sangat melelahkan, tetapi bagi Bu Moel, menyulam sudah manjadi bagian dari dirinya sejak menginjak kelas 4 SD hingga sekarang, beber Agus.
Menyulam merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh wanita untuk membuat benda fungsional, baik untuk dekorasi maupun keperluan fungsional lainnya, tetapi seni sulam kreasi Bu Moel dihadirkan sebagai media baginya untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam di sekelilingnya, seolah-olah menjadi catatan harian dari perjalanan hidup Bu Moel.
“Mencatat segala sesuatu divisualisasikan melalui karya embroidery ini, sehingga apresiator dapat pula merasakan dan menikmati apa yang juga dirasakan olehnya,”tambah Agus.
Akhirnya maka selamat buat Bu Moel dan tak berlebihan jika dikutip pernyataan Bu Moel yang btertulis dalam katalog diselipkan sang kurator, “Kebahagiaan ketika tangan bekerja” mungkin dapat ditafsirkan berkreasi adalah yang membahagiakan untuk dilakukan sehingga menjadi energi untuk terus berkarya. Selamat…..!!!
TULISN DAN FOTO-FOTO ANDY SOPIANDI, EDITOR AHM