SENI.CO.ID – Redaksi Seni.co.id merasa terhormat bisa wawancara khusus dengan aktor teater masa depan Indonesia. Ia adalah Tony Broer seniman yang lahir di Jakarta, menggenyam Pendidikan Keaktoran di ASTI Bandung, Sarajana Penyutradaraan di STSI Bandung, dan gelar master Penciptaan Teater di Pascasarjana ISI Yogyakarta dengan judul karya: Badaya Tubuh Badaya, dan sekarang masih dalam proses penyelesaian program Doktor Penciptaan Teater di ISI Yogyakarta dengan judul disertasi: TubuhKata Tubuh. Ia adalah salah satu yang konsisten dalam Teater tubuh yang mengolah dirinya dan tubuhnya sebagai proses teater yang hakiki.
Broer begitu ia disapa, dikenal aktor tangguh di lingkungan Sekolah Tinggi Seni lndonesia (STSI) Bandung, khususnya pada Kelompok: Teater Payung Hitam (TPH) Bandung pimpinan Rachman Sabur.
T0NI BR0ER SALAH SATU AKTINGNYA
Kurang lebih sudah 30 naskah dalam dan luar negeri dimainkan. Di TPH ini proses belajar teater tidak hanya di bidang keaktoran dan penyutradaraan, melainkan juga pada proses pembuatan artistik dan produksi teater secara luas: semua aktifitas dalam lahirnya sebuah produksi teater diikuti.
Bagi Broer produksi monumental bersama Teater Payung Hitam adalah Kaspar karya Peter Handke bersama sutradara Rachman Sabur. Proses produksi dimulai dengan konsep tubuh di mana para aktor membuat sistem latihan sebelum dan waktu bertemu dengan sutradara. Proses ketubuhan dalam proses pentas ini sangat dominan.
Para Aktor banyak dipuji orang dan diakui oleh media masa Bandung dan di luar Bandung. Periode proses ruang bersama ini di mulai tahun 1987 sampai 1990-an.
Broer berkolaborasi di Internasional, ia melangkah untuk berproses bersama dengan kelompok teater luar negeri, baik dengan pementasan yang memakai teks (tertulis), maupun dengan pementasan yang mengunakan tubuh sebagai teks. Beberapa kelompok teater luar negerinya seperti : Black Swan Theatre–Australia, RinKogun Theatre Company–Japan dan Gekidan Kaitasha–Japan.
Beberapa karya lahir dalam proses kolaborasi ini, yang periodenya berlangsung sejak tahun 1997 sampai sekarang. Selain tetap aktif di dalam negeri, juga terus aktif di dalam kolaborasi dengan kelompok teater dari luar itu, terutama dengan kelompok dari negara Jepang (Theatre Rinko-Gun Company dan Gekidan Kaitasha). Beberapa negara tempat proses kolaborasi itu berlangsung adalah Perth-Australia, Jepang, Kampnagel-Jerman, Brollin-Jerman dan Cardiff-UK Inggris.
PROSES LATIHAN YANG SELALU DILAKUKAN
Broer dengan Ruang Butoh pun bergulat untuk mengenal bentuk-bentuk seni yang berasal dari Jepang. Mulai mengenal dua nama master Butoh yaitu: Kazuo Ohno dan Tatsumi Hijikata melalui buku.
Proses mengikuti workshop Butoh pertama kali di STSI Bandung, kerjasama Japan Foundation Jakarta pada tahun 1999, oleh Yukio Waguri dari kelompok Butoh Kohzensha. Kemudian, pada tahun 2001 diundang oleh Japan Foundation Jakarta untuk mengikuti workshop Butoh di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), masih dengan pemateri Yukio Waguri. Perkenalanku dengan Yukio terus berlanjut sampai akhirnya berkenalan dengan tokoh besar Butoh, yakni Kazuo Ohno.
PadaTahun 2002 sampai 2003, mendapat beasiswa dari Bunka-Cho untuk belajar Seni Tradisi dan Seni Modern di Jepang. Selama proses belajar di Jepang ini, berkenalan dengan beberapa tokoh Butoh dan sempat mengikuti workshop di beberapa studio Butoh yang ada di Jepang seperti : Butoh Kohzensha pimpinan Yukio Waguri (dikenal sebagai aliran Butoh Tatsumi Hijikata), Butoh Dance Sankai Juku pimpinan Amagatsu Ushio dan Semimaru, Butoh Dairakudakan pimpinan Maro Akaji, dan Asbestos Tatsumi Hijikata pimpinan Akiko Motofuji (isteri Tatsumi Hijikata).
Proses belajar Butoh lebih banyak dari Kazuo Ohno Dance Studio pimpinan Kazuo Ohno, dengan proses latihan langsung dibimbing oleh Kazuo Ohno (96 tahun) sendiri, dan putranya yaitu Yoshito Ohno. Selain belajar Butoh, aku juga berkesempatan mengikuti proses latihan Metoda Suzuki dari kelompok SCOT (Suzuki Company of Toga) pimpinan Tadashi Suzuki, di samping juga belajar Kesenian Tradisi Jepang, yaitu Noh dari aliran Kongo pimpinan Sumio Yamada.
T0NI BR0ER
Dari rangkaian inilah SENI.co.id melakukan wawancara lebih dalam ditengah kesibukan Toni Broer sedang berlatih dan menyelesaikan Doktornya di ISI Yogyakarta. Berikut ini petikannya wawancara khusus wartawan SENI.co.id Aendra Medita (SENI) dengan Toni Broer (Broer)
SENI : Anda dikenal sebagai Aktor yang mengolah tubuh Anda bisa disampaikan konsep dalam berkarya Anda?
BROER : Tubuh sebagai gagasan, di mana tubuh masuk sebuah laboratorium, proses interogasi tubuh aktor, tubuh di latih terus menerus untuk melahirkan meta-narasi tubuh (di balik dari narasi tubuh yang sudah ada). Tubuh dihidupkan kembali menjadi narasi baru pada tubuh aktor, pada persoalan-persoalanan di mana tubuh itu ada.
SENI : Berapa lama proses dalam setiap karya yang dibuat, apa ada inspirasinya?
BROER : Sebab proses tubuh adalah proses penciptaaan maka tidak ada batas lama proses, sebab tubuh dilatih terus menerus. Karya yang dilahirkan adalah sebuah proses yang sebenarnya masih berjalan terus. Jadi bukan melatihkan tubuh lalu dijadikan karya dan setelah itu selesai. Inspirasi yang lahir adalah yang ada di luar tubuh itu sendiri, seperti dalam tema besar perang: tubuh sudah diniscayakan, sebab kematian tubuh dengan senjata yang sangat modern menjadi tidak ngeri, kematian tubuh menjadi indah, sebab yang membunuh dengan yang akan dibunuh tidak terlihat. Lalu tema lingkungan: di mana tubuh ada di lingkungan, ketergantungan menjadi persoalan yang akan akan selesai, lingkungan mengilas tubuh, tubuh mengilas lingkungan.
SENI : Bagaimana Anda melihat karya-karya yang sudah dibuat apakah sudah puas?
BROER : Kata ‘Puas’ sebenarnya tidak ada pada setiap karya yang dilahirkan oleh seniman, sebab karya akan terus dilahirkan oleh senimannya. Jadi karya yang lahir dari tubuh adalah proses yang akan terus melengkapi sebab ‘proses penciptaaan tubuh aktor’ terus ada selama aktor itu hidup. Puas akan lahir setelah memang seniman sudah berhenti berkarya. Persoalan yang ada di luar tubuh menjadi sebuah benih-benih lahirnya karya-karya selanjutnya.
SENI : Karya-karya Anda itu memiliki pola super extra baru dalam dunia teater, benarkah?
BROER : Bukan persoalan ‘benar’ atau tidaknya sebab semua masih berjalan, berawal bahwa teater hari ini adalah Laboratorium, maka semangat laboratorium adalah proses yang tidak akan pernah berhenti. Penciptaan dari tubuh yang tak berhenti ini yang akan ditawarkan pada proses penciptaan teater hari ini. Kebiasaan bahwa penciptaaan hanya berlaku saat produksi teater akan digelar, maka tubuh akan dilatihkan, ini yang membedakan bahwa tubuh harus dimasukan pada proses laboratorium.
SENI : Bagaimana dalam imajinasi yang liar saat Anda Gerak rasa dan intensitas tubuh. Bisa dijelaskan?
BROER : Sadar atau tidak disadari lahirnya gerak adalah sebuah produk ‘pikiran’ sehingga tubuh hanya di pakai sebagai alat untuk melahirkan gerak. Imajinasi, rasa dan intensitas adalah sebuah tahapan-tahapan sebuah gerakan lahir. ‘TubuhKataTubuh’ sebuah metoda pelatihan yang sedang diproses pada pelatihan tubuh yang saya lakukan, di mana fokus pelatihan ‘pikiran’ tidak mendominasi, sehingga proses dasar yang dilakukan dengan logika balik.
Dalam ‘TubuhKataTubuh’ terdiri dari 3 tahapan proses ( Tubuh fisik, Tubuh Tema dan Tubuh pentas ). Waktu yang harus dilakukan pada proses ini harus 1 tahuan ( masing 3 bulan, dan 3 bualn sisanya sebagai hasil tubuh yang harus dipertunjukan. Proses yang di lakukan dalam ‘TubuhkataTubuh’ di jalanan, sebab jalanan akan membuat aktor akan belajar pada tubuhnya sendiri – tubuh mengalami- jalanan adalah sebuah ruang yang semua kemungkinan bisa terjadi.
T0NI BR0ER DALAM SATU PERTUNJUKAN YANG MEMUKAU
Aku dan ‘Monolog Tubuh’ yang digeluti sejak periode tahun 1990-an sebenarnya juga telah memasuki masa-masa pada ruang pribadi, di mana masuk latihan-latihan yang dilakukan hanya sendiri dengan jadwal yang ketat dan mencoba belajar pada ketekunan diri sendiri. Proses inilah yang akhirnya mengarahkan pilihanku pada teater di mana tubuh menjadi media utama yang dieksplor untuk latihan-latihan ruang pribadi. Latihan-latihan tubuh yang terus dilakukan, merupakan sebuah kewajiban dari proses ruang pribadi yang dijalani.
Tahun 2005 sampai sekarang mencoba menyutradarai dan sekaligus sebagai pemain dalam Pengajian Tubuh (wadah yang terbentuk secara tidak formal dari teman-teman teater dan disiplin ilmu seni yang lain yang berlatih bersama), yang mengambil tubuh sebagai eksplorasi utama keaktoran. Kematangan dari tubuh pribadi menjadi prioritas hasil dari latihan bersama ini. Untuk memperlihatkan hasil-hasil dari eksplorasi yang dilakukan terus menerus itu, maka lahirlah nomor-nomor tubuh, yang kalau dipentaskan bisa disebut ‘Monolog Tubuh’ (dengan pengertian pementasan dengan teks tubuh yang diucapkan oleh seorang aktor).
Karya–karya dari ‘Monolog Tubuh’ ini yang telah dipentaskan antara lain: Activity I dan Activity II, karya Tony Broer, yang dipentaskan di Jepang (kolaborasi dengan aktor-aktor dari Theatre Rinko–gun Company), Pita Terakhir, karya Samuel Beckett dan Tubuh Lahir Tubuh Perang, karya Tony Broer. Selain pentas ‘Monolog Tubuh’ juga membuat workshop ‘Tubuh Aktor’, yang sudah diadakan di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Serang, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Padangpanjang, Makasar (Palopo), Semarang dan Madura (Sumenep) dll.
Aku dengan “TubuhKataTubuh”
Proses pertemuan dengan O3, sebuah wadah kreatif anak muda Yogya, melahirkan program dengan nama “TubuhKataTubuh,” yang isinya adalah kolaborasi antara fotografer dengan aktor. Aktor di sini mengeluarkan tubuhnya sebagai esensi, dan fotografer mencoba menangkap esensi tubuh itu sendiri, yang diharapkan akan melahirkan impresi baru dari hasil karya fotonya.
Bentuk dari program ini, disuguhkan layaknya pentas teater tapi dengan satu kekhususan, yaitu penontonnya adalah mata kamera dari fotografer-fotografer yang terlibat sebagai peserta dalam program ini. Dalam proses ini, teknik foto pun dikembangkan dengan berbagai kemungkinan saat menangkap objek yang bergerak dalam pementasan. Hasil dari setiap proses pemotretan kemudian bisa diolah atau tidak, sementara semua teknik yang sudah ada atau yang masih dicoba terus dilakukan pada event ini. Program ini dilaksanakan dari akhir tahun 2008 sampai akhir tahun 2009, dengan 4 event pentas (in door dan out door). Karya yang lahir pada proses ini adalah, Tubuh Ruang Meja, Tubuh Sensual, Tubuh Bumi dan Tubuh Perang. Program dengan O3 ini juga melahirkan buku pertama dengan judul Tubuh Buku, berisi tentang tubuh teater dalam mata kamera para fotografer.
Tahun 2010 proses ruang pribadi terus dikembangkan, dengan mencoba menjadikan “TubuhKataTubuh” sebagai sebuah metoda latihan yang bisa digunakan oleh semua orang. Tujuannya, untuk menyadarkan orang pada narasi tubuhnya. Selama tahun 2010 juga, dari hasil mencoba metode ini lahir 6 nomor Tubuh Jalan, yang rencana akan dijadikan buku kedua.
SALAH SATU ADEGAN ENTAS TUBUH DARI T0NI BR0ER
SENI : Apa inspirasi selama berkarya?
BROER : LINGKUNGAN. Di mana tubuh itu sendiri berada, sebab tubuh tidak akan lepas dari ruang dan waktu, kesadaran tubuh berada pada ruang dan waktu menjadi penting untuk seorang aktor untuk proses pelatihan tubuh-nya. Persoalan-persoalan akan selalu lahir di mana tubuh berada pada lingkungannya, dan ini harus terus diproses pada proses penciptaannya.
SENI : Ada yang menyebut Anda seperti Noh atau butoh, Anda setuju?
BROER : Bebas, kalau ada yang menyebut itu tidak ada alasan menolak, sebab kesenian tradisi dan modern (Noh dan Butoh ) menjadi inspirasi saya dalam proses ketubuhan saya sampai sekarang, selain juga ketubuhan lokal saya sebagai orang Indonesia. Hanya kalau dilihat detailnya tentu ada bedanya, sebab proses yang saya lakukan dalam proses latihan adalah ketubuhan lokal saya dengan latar belakang tubuh urban.
SENI : Saat ini apa saja yang target ingin di capai selain sedang s3? Misalnya mentas di dunia….?
BROER : Menjadikan ‘Disertasi’ saya sebuah buku metoda pelatihan tubuh aktor. Selain setiap workshop dibeberapa kota di Indonesia juga luar negeri saya menggunakan metoda saya ini (TubuhKataTubuh). Pada 2014 saya kolaborasi dengan kelompok teater Tubuh Jepang, namanya Gekidan kaitaisha. Membawakan naskah Macbeth karya E.Ionesco dengan Sutarada Shimizu. Ini dibawakan dengan dominasi Tubuh. Dan saya memakai konsep tubuh saya sendiri. Dipentaskan di Universitas Seni di Tokyo. 2016 saya pentas dan mengisi workshop pada Festival Butoh Internasional di Thailand (BACC), saya mementaskan “Tu(m)buh”. Pada pentas ini saya memakai konsep tubuh saya juga pada workshop yang saya berikan di peserta.
SENI : Credo karya dan hidup Anda Apa?
BROER: Teater adalah Laboratorium- Proses penciptaan tubuh- “hidup hanya satu kali, maka maknai proses hidup itu”
SENI : Tolong jelaskan perjalan dari aktor teater konvensional ke saat ini dikenal aktor jagonya tubuh?
Tahun 2010 proses ruang pribadi terus dikembangkan, dengan mencoba menjadikan “TubuhKataTubuh” sebagai sebuah metoda latihan yang bisa digunakan oleh semua orang. Tujuannya, untuk menyadarkan orang pada narasi tubuhnya. Selama tahun 2010 juga, dari hasil mencoba metode ini lahir 6 nomor Tubuh Jalan, yang rencana akan dijadikan buku kedua.
Tahun 2011, masuk di Pascasarjana ISI Yogyakarta untuk mengambil Program Doktoral Penciptaan Teater, yang sampai sekarang sedang proses memasuki tahapan untuk menyelesaikan ujian akhir. Dalam bingkai pengembangan metode itu, tahun 2012 terlibat sebagai aktor dalam kolaborasi 5 negara (Indonesia, Jepang, Cina, Korea, Inggris), memainkan naskah Yaneura (Loteng), karya/sutradara Yoji Sakate bersama Rinko-Gun Theatre Company, Jepang. Selama tahun 2013, melakukan proses riset-pelatihan dari metoda ‘TubuhKataTubuh’ dengan mengadakan workshop di beberapa kota.
Tahun 2014 pada bulan Agustus s/d Desember, mendapat program Sandwich-Like DIKTI, untuk riset/penelitian tentang teater fisikal dan Butoh di kota Osaka (Osaka City University) dan kota Tokyo. Tanggal 18 Oktober 2014, aku berpentas bersama Gekidan Kaitaisha di Gedung Shakespeare–Meisei University, Tokyo, membawakan adaptasi naskah Machbett, karya Shakespeare. Selama bulan November-Desember 2014, aku mengikuti latihan di Studio Dance Kazuo Ohno, bersamaYoshito Ohno.
Tahun 2015, tanggal 15 Januari, membawakan pentas tubuh Sebuah Mimpi Boneka dalam pameran tunggal Franziska Frennet di Sangkring Art–Yogyakarta, bulan Februari, memberikan materi Workshop Tubuh di dua peristiwa. Workshop pertama di Teater Camus di Jakarta, yang hasil workshopnya dipentaskan di halaman kampus, dan kemudian di Taman Budaya Kalimantan Selatan dengan 13 komunitas teater, yang hasil workshopnya dipentaskan di jalan dan panggung.
Melakukan proses riset di beberapa tempat dengan melakukan pentas tubuh lalu di baca langsung oleh penonton juga pembicara, seperti di Sanata Dharma, UGM. Pentas Tubuh di jalan dengan membawakan “ Tubuh Setengah Ranting “ di mulai dari kampus Pasca ISI Yogyakarta sampai jalan Malioboro, menginterogasi tubuh publik. Pentas Tubuh pada pameran seni rupa Hanafi, membawakan “Tubuh Miring”, Workshop Tubuh di fakultas Sastra Inggris Unpad Jatinangor, Pentas Tubuh pada Ujian Progres II dengan membawakan “ Tu(m)buh Terbalik “, Pentas Tubuh pada eksplorasi Ruang, dengan membawakan “ Tubuh Taman”. Pentas Tubuh pada pameran seni Patung Lindu, membawakan “Tubuhku kakiku”. Kegiatan Workshop Tubuh di ISI Surakarta “ Dasar Tubuh Aktor “ dengan metoda TubuhKataTubuh. Bersama Teater DIDIK “ Pengenalan Dasar Tubuh Aktor “ di STAIN Purwokerto. Workshop Keaktoran di Taman Budaya Jawa Timur – Surabaya dengan tema “ Spirit Kidungan “.*** – SENI.CO.ID | F0T0-F0T0 D0KUMENTASI