Aktor harus mengeluarkan seluruh ekpresi yang bisa dilakukan.
– Jerzy Grotowski
SENI.CO.ID – Untuk dunia akting dalam perteateran diksi diatas adalah bentuk nyata. Aktor itu merefleksikan diri dalam perannya agar dapat dinikmati oleh penonton sehingga menimbulkan respon untuk dinikmati oleh yang menyaksikan laku yang tersaji.
Jerzy Grotowski atau lebih dikenal Grotowski tokoh penting dunia teater yang lahir 11 Agustus 1933 di Rzeszów, Polandia dan meninggal 14 Januari 1999 di Pontedera, Italia adalah satu refensi penting. Grotowski mengenyam pendidikan di AST National Academy of Theatre Arts in Kraków, Russian Academy of Theatre Arts dia pernah mendapatkan MacArthur Fellowship, memperoleh Penghargaan Drama Desk untuk Sutradara Terbaik , konsep dia dikenal dengan memaksa aktor harus mengeluarkan seluruh ekpresi yang bisa dilakukan dipentasnya.
Tulisan diatas adalah sekadar pengantar bahwa pola ini nampaknya dipakai aktor teater masa depan Indonesia yaitu Tony Broer seniman yang lahir di Jakarta 11 Juni 1966 ini, menggenyam Pendidikan Keaktoran di ASTI Bandung, Sarjana Penyutradaraan di STSI Bandung, dan gelar master Penciptaan Teater di Pascasarjana ISI Yogyakarta dengan karya: Badaya Tubuh Badaya, dan program Doktor Penciptaan Teater di ISI Yogyakarta dengan disertasi: TubuhKata Tubuh.
Broer begitu ia disapa, dikenal aktor tangguh di lingkungan Sekolah Tinggi Seni lndonesia (STSI) Bandung. Pada Kelompok Teater Payung Hitam (TPH) Bandung pimpinan Rachman Sabur. Telah lebih dari 30 naskah Tony mainkan diatas pentas baik karya luar maupn dalam. Di TPH ini proses belajar teater tidak hanya di bidang keaktoran dan penyutradaraan, melainkan juga pada proses pembuatan artistik dan produksi teater secara luas: semua aktifitas dalam lahirnya sebuah produksi teater diikuti.
Saya melihat Broer dalam keaktoran dengan teks naskah dalam teater bersama Teater Payung Hitam adalah Kaspar karya Peter Handke saat itu sutradara Rachman Sabur telah menciptkan proses produksi mulai eksplorea konsep tubuh di mana para aktor membuat sistem latihan sebelumnya dan waktu bertemu dengan sutradara proses ke-tubuh-an menjadi proses dan pentas tubuh sangat dominan.
Dari pentas Kaspar para Aktor banyak dipuji orang dan diakui oleh sejumlah media yang mengulasnya. Periode proses ruang bersama ini di mulai tahun 1987 sampai 1990-an.
Broer tak hanya di lokal ia berkolaborasi di Internasional, ia melangkah untuk berproses bersama dengan kelompok teater luar negeri, baik dengan pementasan yang memakai teks (tertulis), maupun dengan pementasan yang mengunakan tubuh sebagai teks. Beberapa kelompok teater luar negerinya seperti : Black Swan Theatre–Australia, RinKogun Theatre Company–Japan dan Gekidan Kaitasha–Japan.
Beberapa karya lahir dalam proses kolaborasi ini, yang periodenya berlangsung sejak tahun 1997 sampai sekarang. Selain tetap aktif di dalam negeri, juga terus aktif di dalam kolaborasi dengan kelompok teater dari luar itu, terutama dengan kelompok dari Jepang (Theatre Rinko-Gun Company dan Gekidan Kaitasha). Beberapa negara tempat proses kolaborasi itu berlangsung adalah Perth-Australia, Jepang, Kampnagel-Jerman, Brollin-Jerman dan Cardiff-UK Inggris.
Broer juga masuk ruang Butoh mengenal bentuk-bentuk seni yang berasal dari Jepang. Mulai mengenal dua nama master Butoh yaitu: Kazuo Ohno dan Tatsumi Hijikata.
Proses mengikuti workshop Butoh pertama kali di STSI Bandung, kerjasama Japan Foundation Jakarta pada tahun 1999, oleh Yukio Waguri dari kelompok Butoh Kohzensha. Kemudian, pada tahun 2001 diundang oleh Japan Foundation Jakarta untuk mengikuti workshop Butoh di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), masih dengan pemateri Yukio Waguri. “Perkenalanku dengan Yukio terus berlanjut sampai akhirnya berkenalan dengan tokoh besar Butoh, yakni Kazuo Ohno,” jelas Tony saat itu pada penulis.
PadaTahun 2002 sampai 2003, mendapat beasiswa dari Bunka-Cho untuk belajar Seni Tradisi dan Seni Modern di Jepang. Selama proses belajar di Jepang ini, berkenalan dengan beberapa tokoh Butoh dan sempat mengikuti workshop di beberapa studio Butoh yang ada di Jepang seperti : Butoh Kohzensha pimpinan Yukio Waguri (dikenal sebagai aliran Butoh Tatsumi Hijikata), Butoh Dance Sankai Juku pimpinan Amagatsu Ushio dan Semimaru, Butoh Dairakudakan pimpinan Maro Akaji, dan Asbestos Tatsumi Hijikata pimpinan Akiko Motofuji (isteri Tatsumi Hijikata).
Proses belajar Butoh lebih banyak dari Kazuo Ohno Dance Studio pimpinan Kazuo Ohno, dengan proses latihan langsung dibimbing oleh Kazuo Ohno (96 tahun) sendiri, dan putranya yaitu Yoshito Ohno. Selain belajar Butoh, aku juga berkesempatan mengikuti proses latihan Metoda Suzuki dari kelompok SCOT (Suzuki Company of Toga) pimpinan Tadashi Suzuki, di samping juga belajar Kesenian Tradisi Jepang, yaitu Noh dari aliran Kongo pimpinan Sumio Yamada.
TUBUH KATA TUBUH
Sore itu Sabtu (30/7/18) di depan halaman Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta (IKJ) peristiwa penting terjadi. Kegiatan kesenian budaya Post Festival. Post Festival adalah gerakan yang digagas pascasarjana IKJ dengan tujuan untuk memberikan gagasan baru akan sebuah festival yang didasari oleh research, dan eksperimentasi yang dimentori oleh pakar-pakar seni dengan mengedepankan kekuatan para seniman individu, institusi, dan komunitas kreatif dalam menampilkan gagasan kreatif melalui pagelaran seni pertunjukan, Pameran Seni rupa dan film.
PostFest 2018 bertajuk besar ‘The Arts Force Awaken” dengan refleksinya pada kekuatan sistem kreatifitas di setiap disiplin seni, Tony Broer hadir dalam sajian TUBUH KATA TUBUH.
Adalah bentuk kuat salah satu yang konsisten dalam Teater tubuh Tony mengolah dirinya dan tubuhnya sebagai proses teater yang hakiki. Jika Grotowski (1933 – 1999) menjadikan karyanya menjadi bagian integral dari Avante garde dan gerakan teater eperimentalnya dengan pola tetar miskin karena Grotowski lebih pada perkembangan utama melalui direkturnya seperti Peter Brook. Pengaruh ini disebabkan sebagian besar karirnya sebagai seorang guru dan seniman lokakarya setelah menutup pintu di Laboratorium Teater Polandia. Pada teori intelektual Grotowski kuat karena pada keunikan seni teater dan pekerjaan praktis di bidang pelatihan aktor, karya teoretisnya difokuskan pada penentuan kualitas keaktoran dan mendefinisikan spesifik seni teater. Penelitiannya membawanya pada kesimpulan bahwa apa yang memisahkan teater sebagai bentuk seni adalah dua elemen penting: aktor dan penonton.
Grotowski menjadikan teater untuk laboratorium pengolahan pribadi keaktoran untuk menghadapi sendiri segala soal dengan kebenaran, mencapai di bawah permukaan persona orang yang bersembunyi di balik kehidupan sehari-hari. Jelas sudah bukunya Menuju Teater Miskin, Grotowski menulis tentang bahwa konfrontasi dengan cara ini: “Kami mencoba untuk melarikan diri dari kebenaran tentang diri kita, sedangkan (di teater) kita diundang untuk berhenti dan mengambil melihat lebih dekat.” tulisnya.
Grotowski mengikuti metode yang disebut ‘via negativa’, atau ‘jalan negatif.’ Setiap kali ia menemukan bahan teater yang tidak universal diperlukan, Grotowski berusaha untuk menghilangkan dari definisinya tentang teater. Dalam Menuju Teater Miskin, Grotowski menyimpulkan secara bertahap menghilangkan apa pun yang terbukti berlebihan, kami menemukan bahwa teater dapat eksis tanpa make-up, tanpa kostum otonom dan scenography, tanpa kinerja daerah yang terpisah (tahap), tanpa efek pencahayaan dan suara, dll tidak dapat ada tanpa hubungan aktor-penonton dari persepsi, langsung, “hidup” komuni.
Hubungan ini ‘aktor-penonton’ datang untuk mendefinisikan apa yang Grotowski disebut ‘Teater Miskin’. Teater Miskin adalah teater yang sengaja tidak mengizinkan elemen asing atau yang tidak perlu menyusup ke produksinya, sehingga menciptakan suatu bentuk teater yang lebih murni. Ini adalah ‘miskin’ karena menolak unsur-unsur tambahan sebagai kemewahan yang tidak membentuk inti dari proses kreatif teater. Hanya unsur-unsur penting yang boleh hadir dalam kerja kreatif sesuai pola Grotowski:
Ini tidak berarti bahwa kita memandang rendah sastra, tetapi kita tidak menemukan di dalamnya bagian kreatif dari teater.
Sebuah faktor penting Grotowski tradisional mendefinisikan sebagai ‘tidak perlu’ adalah script. Sastra, menurut Grotowski, adalah tambahan ke teater:
Bagi saya, pencipta teater, yang penting adalah bukan kata-kata tapi apa yang kita lakukan dengan kata-kata … teater adalah tindakan yang disebabkan oleh reaksi manusia dan impuls, oleh kontak antara orang-orang. Dia juga menunjukkan bahwa, “Dalam evolusi seni teater, teks adalah salah satu unsur terakhir yang ditambahkan,”
Grotowski teks hanya sebagai media yang dapat dibentuk untuk memenuhi persyaratan dari produksi tertentu. Grotowski menyebutkan menemukan ‘arketipe’ dari perilaku manusia dalam teks dalam rangka untuk mengembangkan interaksi yang berarti dalam kinerja, sebuah teknik yang telah digunakan banyak di teater abstrak modern. Yang umum “arketipe ‘memungkinkan penonton untuk mengidentifikasi diri mereka dengan aktor dan mendorong mereka untuk melihat ke dalam diri mereka sebagai mereka melihat aktor melakukan hal yang sama. Bagian naskah yang tidak melayani produksi yang baik dihapus langsung atau diubah sampai mereka sesuai dengan kebutuhan produksi itu. Script yang hanya menjadi artefak suci dalam tradisi teater, ini adalah ide yang berani.
Dalam hal ini bisa jadi pendekatan Tony Broer adalah bentuk wujudnya dari Grotowski dengan pola Tony sendiri. Karena dalam Tubuh Kata Tubuh yang disajikan di IKJ disaksikan banyak penonton jelas. Tony tampil bebas, kuat, sublim bahkan ia tampil tanpa beban. Seperti tak ada cerita, tapi sarat makna.
Toni dalam Tubuh Kata Tubuh nyaris sama dengan Grotowsi tanpa perlu mengikuti cerita tertentu, dalam Grotowki ia memiliki bebas untuk mengejar aktor-penonton beriinteraksi dengan cara yang lebih langsung. Tony dalam Tubuh Kata Tubuh demikian. Tony memainkan peran penting, tampil dengan teknik muncul yang kuat, ia hadir diatas balkon Teater Luwes. Sampai akhirnya lompat ke ranah pentas utama. Dan sejumlah penonton dilibatkan diajak masuk ke ruang pertunjukan yang terbuka luas, ia di tarik ke dalam karyanya merspon ruang artistik.
Dilibatkan dan disuruh pegang batu dan duduk dikursi bagian dari karya artitisknya. Pikiran lain berkembangan penonton diajak duduk bersama di sudut kursi di plaza tetaer luwes. Ada juga seorang penonton diatas berdiri di center pertunjukan. juga ada yang dilibatkan memeainkan musik dengan memukul drum besar. Ada juga yang dilibatkan dalam tubuhnya ikut gerakan, bahkan ada yang diam saja namun dilibatkan dalam gerakan Tony dan diikat lilitan di wajah penonton itu.
Dari teater Tubuh Kata Tubuh Tony kita bebas berpikir tafsir bahwa ia bermain dalam dirinya dan melibatkan respon penonton. Aktor dan penonton berinteraksi dengan harmoni tanpa ada teror dalam sajian pertunjukan. Nilai estetika yang terintegrasi dalam ruang perntujukan menjadi hidup tanpa tahu ada celah ini sajian serius atau hanya drama.
Tubuh Kata Tubuh Tony adalah ruang baru dan metode melibatkan penonton dan berperan sadar pada Tubuh Kata Tubuh adalah kekuatan makna yang tumbuh dalam atmosfer nyata dalam sebuah pertunjukan. Tony mampu itu dengan sajian yang piawai dan tanpa cacat dalam pertunjukan itu.
Tak ada sekat antara penonton dan aktor. Tony memainkan ini seperti sebuah aksi heroik sehingga bisa menghipnotis penonton larut dan terlibat. Aksi teater Tubuh Kata Tubuh menyimpulkan bawa membuat penonton respon dan juga masih dalam kesadaran peran dirinya sebagai penonton tidak lebih.
Tubuh Kata Tubuh yang disajikan Tony membawa kesadaran pada penciptaan hubungan antara penonton dan aktor tak ada barier. Ada intimacy yang sulit dibendung sehingga semua respon menajdi bagian pertunjukan Tubuh Kata Tubuh adalah ruang penonton dan aktor bagian dari produksi teater secara tidak sadar karena diberikan porsi bahwa peran mereka sebagai bagian sajian pertunjukan.
Jika saja Stanilavski mengatakan aktor adalah bisa menajdi apa saja bagai tanah lempung yang bisa dibentuk menjadi apapun, maka dalam Tubuh Kata Tubuh penonton pun bisa terlibat dalam respon Tony Broer bersama Tubuh Kata Tubuh.
Inilah sajian Tubuh Kata Tubuh dari Tony dimana porsi aktor menjadi pusat perhatian dan juga untuk para penonton bisa menajdi bagian penting dalam merespon. Namun saya masih berpikir sampai kini jika ada penonton yang akhirnya ikut ingin lebih respon, bagaimana Tony menyikapi? Belum bisa ditemukan jawabannya, apakah akan berkembang pertunjukan atau aktor mampun mengendalikan penonton?
Memahami Tubuh Kata Tubuh dalam sajian itu adalah kekuatan peran Tony yang sudah meiliki jam terbang ini bukan asal tampil. Ia kuat dalam menyadari respon diatas pentas. Kekuatan lainnya ia mengabungkan kekuatan tubuh dalam hal ini fisik yang kuat terkontrol atas tubuhnya.
Tubuh Kata Tubuh bukan teater biasa, karena proses ngaji tubuh –istilah Tony Broer– ini adalah spirit yang dibangun dari rasa yang nyata dalam melakukan sesuatu gerakan tubuh yang terkonsep. Dan aktor itu memang harus paham apa yang disebut ekspresi yang akan disampaikan secara kuat. Bukan begitu Broer? Takjim!
-AENDRA MEDITA, Alumni mahasiswa teater dan pemimpin redaksi SENI.CO.ID
Baca juga : Wawancara Khusus SENI dengan Aktor Teater Tony Broer: Tubuh dan Ruang Introgasi