Home AGENDA Sebanyak 34 Peserta Ikut Festival Monolog Secara Daring Ditengah Pandemi Covid-19

Sebanyak 34 Peserta Ikut Festival Monolog Secara Daring Ditengah Pandemi Covid-19

0

SENI.CO.ID – Masyarakat Teater Cimahi (Masteci) bersama Komite Teater Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) siap gelar Festival Monolog se Bandung Raya. Perhelatan teater ini digagas dalam upaya menjaga kreatiftas dan produktifitas seniman teater di tengah situasi jaga jarak akibat pandemi Covid-19.

Festival teater atau monolog yang biasa digelar secara langsung di panggung pertunjukan, dalam mempersempit penyebarak virus Covid-19, ini kali digelar di rumah saja atau di tempat yang tidak menghadirkan bayak orang atau tanpa penonton. Pergelaran berlangsung direkam kamera video Handpone atau kamera lainnya dan penonton bisa menikmatinya lewat siaran tunda atau siaran langsung di media sosial seperti youtube, fecebook dan IG.

Ketua pelaksan sekaligus ketua Masteci Ricky Angga Maulana mengatakan, tahap pertama perserta Festival Monolog yang daftar diwajibkan mengirim cuplikan video berdurasi sekitar 10 – 15 menit. Video tersebut kemudian di unggah ke channel youtube masyarakat teater cimahi. Tim kurator atau dewan juri melakukan pengkurasian monolog dengan menonton di youtube.

“Walau Festival Monolog seperti ini baru dilakukan, tapi peserta cukup antusias. Sebanyak 34 peserta dari kawasan Bandung Raya turut serta dalam ajang festival ini. Tim kurator siap memilih 6 pertunjukan monolog terbaik dan keenam perserta diwajibkan gelar karyanya secara live streaming di media sosial. Kemudian tim kurator menetapkan tiga penampil monolog terbaik. Ketiganya akan diberi uang kadedeh (uang pembinaan) dan sertifikat dari Masteci atau DKKC,” kata Ricky dalam keterangan pesrnya pada seni.co.id, Sabtu (2/5/2020).

Lanjut Ricky, Para peserta diwajibkan memilih empat naskah drama monolog yang disediakan panitia, diantaranya; Blok karya Putu Wijaya, Masmirah karya Arthur S. Nalan, Bin karya Benny Yohanes, dan Sang Raja karya Hermana HMT. Sedangkan pengkurasian dilakukan tanggal 7-9 Mei 2020 dan penampilan 6 monolog terbaik secara live streaming tanggal 16-17 Mei 2020.

“Sebenarnya ada yang mau daftar dari provinsi lainnya, tapi untuk sementara waktu kami pending dan dibatasi bagi para pegiat teater di Bandung Raya saja, karena takut pesertanya terlampau banyak dan keterbatasan waktu dalam pengkurasian,” ujarnya.

Menurut Ricky, kegiatan Festival Monolog akan diagendakan secara rutin tiap tahun. Tahun ini lewat daring, pada kondisi normal nati dilakukan secara langsung di gudung pertunjukan dan bisa disaksikan secara langsung pula, ditambah live streaming di media sosial.

“Keberlasungan Festival Monolog, Masteci akan senantiasa kesrjasama dengan Komite Teater DKKC dan pihak lainnya. Bahkan festival ini diharapakan bisa dilakukan se Jawa Barat atau tingkat nasional. Besar harapan pula, pemerintah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat dan Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI dapat memfasilitasi kami tiap tahunnya,” tandas Ricky.

Sementara itu ketua DKKC, Hermana HMT mengatakan, efek pandemi Covid-19 dan diberlakukan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) setidaknya telah melumpuhkan sebagain besar aktifitas masyarakat di luar rumah. Imbasnya banyak masyarakat berhenti mejalankan usaha atau bekerja, dan sangat berdampak pada pemasukan bagi biaya kehidupan sehari-hari.

Tidak terkecuali pada pelaku budaya di Kota Cimahi dan Kota/Kabupaten lainnya di Indonesia, pandemi Covid-19 juga membuat aktifitas kebudayaan banyak yang terhenti apalagi kegiatan budaya seperti seni pertunjukan yang senatiasa berhubungan dengan banyak orang. Hingga roda perekonomian mereka turut rontok jauh sebelum PSBB diberlakukan.

Namun pandemi Covid 19 tidak perlu diratapi berkepanjangan dengan tidak melakukan apa-apa disaat pelaku budaya tinggal di rumah. Pelaku budaya sebagai manusia kreatif tentu harus mampu mencari jalan keluar dari segala kebuntuannya, sehingga dapat berkaya tanpa batas.

“Salah satu solusi untuk tidak sekedar diam di rumah, Komite Teater DKKC kerjasama dengan Masteci melakukan Festival Monolog secara daring di rumah saja. Pelaku budaya dalam situasi sulit seperti ini diharapkan tetap bisa berkarya, berdaya berbudaya. Pelaku budaya harus mampu merubah paradigma berpikir atau berpikir out of the box bukan saja dalam menciptakan karya, juga mencari jalan keluar dalam menjawab segala keterbatasan dan ringtangan seperti dalam situasi pandemi Covid-19 yang terbilang cukup lama. Semoga saja wabah ini cepat berakhir dan masyarakat juga pelaku budaya bisa beraktifitas seperti biasanya, bahkan lebih bersemangat lagi,” pungkas Hermana.*lRED-SENI

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here