Home Bahasa Asal-Usul Istilah Musikalisasi Puisi; ataukah Puisi Musikal?

Asal-Usul Istilah Musikalisasi Puisi; ataukah Puisi Musikal?

0
Fotografer: IMAM HUSEIN/JAWA POS MUSIKALIS PUISI: Ari Malibu (kanan) dan Reda Guadimo saat tampil di Asean Liteary Festival 2016, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/5)

Oleh: Shiny Ane El’poesya

SENI.CO.ID -Musikalisasi Puisi adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjuk kegiatan pementasan puisi dalam format pelantunan puisi dengan iringan musik, sebagai sebuah genre seni tersendiri. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan sebagai pembuka, selingan, atau penutup kegiatan seni lainnya.

Istilah Musikalisasi Puisi pertamakali dicetuskan di Indonesia oleh Remy Sylado pada tahun 70an, melalui Dapur Musik 23761 ketika menggarap puisi-puisi mbelingnya ke dalam gubahan musik. Akan tetapi, sebagai sebuah penggarapan Musikalisasi Puisi, apa yang dilakukan oleh Remy Sylado di Dapur Musiknya bukanlah yang pertama melakukannya.

Seni Musikalisasi Puisi di Indonedia pertamakali diprakarsai oleh kelompok penyair Jogja yang memahami dan menguasai komposisi musikal pada tahun 70an awal. Umbu Landu Paranggi, Emha Ainun Nadjib, Ebiet G. Ade dan Dedet R. Murat memelopori seni menyanyikan puisi yang mereka namakan “Singing Reading”.

Prakarsa itu kemudian bergulir ke Bandung ketika Trio Bimbo menyanyikan puisi-puisi Taufiq Ismail serta secara simultan di beberapa daerah muncul grup-grup yang menyanyikan puisi lainnya, termasuk Remy. Dapur Musik 23761 milik Remy ada di Bandung.

Pada Desember tahun 1972, Bimbo membawakan Musikalisasi Puisi di TIM dalam acara Temu Sastrawan Indonesia. Pada saat itu, Bimbo tampil di malam penutupan membawakan lagu-lagu yang teksnya dari puisi sejumlah penyair seperti Wing Kardjo, Taufik Ismail,dll. Pentas itu sukses dan mendapat sambutan, sebagaimana laporan Tempo 6 Januari.

Jose Rizal Manua dalam tulisan pendeknya “Seni Musikalisasi Puisi” menyatakan, bahwa prakarsa Singing Reading yang kemudian mengambil nama Musikalisasi Puisi dilakukan oleh orang-orang yang memahami ilmu musik. Ia menekankan, penggarapan Musikalisasi Puisi adalah penggarapan yang mempertimbangkan unsur-unsur yang ada dalam seni musik.

Ags Arya Dipayana, seorang seniman teater yang juga dikenal sebagai penyair, pada tahun 1987 coba menawari Reda (grup musik Ari-Reda, Jakarta) untuk menampilkan puisi dengan iringan musik. Sebelumnya, pada saat itu pasangan Reda (vokal) dan Ari (gitaris) dikenal sebagai grup musik yang kerap membawakan genre Balada dan Country.

Setelah mengiyakan tantangan tersebut, Ari-Reda kemudian berlanjut menerima proyek yang lebih besar untuk membuat Musikalisasi Puisi atas buku Hujan Bulan Juni milik Sapardi. Melalui proyek Musikalisasi Puisi buku Hujan Bulan Juni–yang pada saat itu ditopang Kemdikbud–Musikalisasi Puisi segera menjadi populer.

Perlu diketahui, menteri pendidikan pada saat itu adalah Fuad Hasan. Fuad Hasan adalah menteri lulusan UI. Bukan kebetulan pula, baik Ags Arya Dipayana, Ari, Reda hingga Sapardi kesemuanya adalah orang UI. Dengan kata lain, ini adalah projek di antara “orang-orang dekat.”

Secara teknis, penggunaan istilah “Musikalisasi Puisi” sebagai sebuah genre sebenarnya rancu, apalagi jika kita merujuk pola penyebutan “Drama Musikal” untuk “Musical Drama” yang sebenarnya sudah bernama: Opera. Sebagai sebuah genre, apa yang dikerjakan Ags-Ari-Reda di awal, lebih tepat jika disebut dengan “Puisi Musikal” untuk “Musical Poetry” yang jika kita lacak dalam sejarah puisi, juga sebenarnya sudah memiliki sejumlah variasi namanya tersendiri seperti: Lyryc, Ballads, Troubadur dan seterusnya, yang merupakan Puisi Musikal dengan penekanannya masing-masing.

Akan tetapi, kalaupun penggunaan istilah Musikalisasi Puisi hendak dipertahankan, istilah tersebut mestinya digunakan sebatas penamaan bagi proses pengerjaannya, bukan sebagai penamaan genre: “Musikalisasi Puisi” untuk “Poetry Musicalization/Musicalization of Poetry.” | RED-SENI

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here