SENI.CO.ID — Kasus Lukisan Sang Maestro Jeihan Sukmantoro atau lebih dikenal Pelukis Jeihan saat ini lagi marak. Para pemalsu ini nekat dengan mengupload di media sosial Instagram. Bukan hanya nekat memalsu dan lukisan mereka juga memalsukan Sertifikat.
“Ini sudah keterlaluan kejam, lukisan Bapak di palsu dan bahkan lebih aneh muncul setifikat dan keterangan dari sebuah Galeri di Kemang Jakarta Selatan,” ujar Atasi Amin putra pelukis Jeihan kepada wartawan SENI.CO.ID Senin, 28 Oktober 2019.
Diakui Atasi bahwa karya ayahnya ini kini begitu masiv banyak yang palsu di publik. “Kami bingung, dan menduga ada pemain khusus dalam pemalsuan karya Jeihan sebagai maestro pelukis Indonesia,” jelasnya.
Atasi juga menunjukan salah satu buktinya adalah banyak karya maestro lukis Jeihan ini di sejumlah galeri dan toko berani mamajang karya palsu itu.
Sejumlah foto-foto diatas baik lukisan maupun sertifikat adalah semua palsu. Menurut Atasi bahwa ini sudah makin marak. Semua itu didapat dari ahasil penulusran tim keluarga Jeihan. (dok atasi/studio Jeihan)
“Dari data kami yang didapat, pemain lukisan bodong Jeihan ini berasal dari daerah seputaran daerah Jakarta Selatan, Timur dan Puncak Bogor, di Bandung juga ada, dan bahkan mereka berani memajang ditoko atau galerinya,” beber Atasi.
Lukisan karya Jeihan ini yang dipalsu lebih kejamnya lagi dengan menyertakan sertifikat, kebanggaan pada lukisan sang maestro dicemari ulah para pemalsu lukisan yang katanya bekerja bak sindikat mafia saat ini.
Lukisan Jeihan yang estetis dari keindahan karya lukis yang dikenal dengan mata hitam itu memang mengundang decak kagum yang melihatnya. Mungkin saja ada sejumlah orang atau kolektor ingin beli karya Jeihan namun tak kuasa karena karyanya memang lumayan harganya. Lalu diduga sejumlah orang jaringan mafia lukisan bodong bermain dan membuat karya palsu Jeihan. Dan banyak kolektor dibodohi, dibohongi, bahkan ditipu dengan membeli karya dengan harga miring dan semua itu palsu.
“Saat ini lukisan bapak banjir banyak sekali yang bodong. Karya Jeihan dibuat seorlah lama bahkan ke spanram kanvas dibuat tua agar kelihatan seperti asli tapi semua itu aspal,” terangnya.
Harga lukisan memang kalau menengok harga sering kali membuat geleng-geleng. Karya Sindoesoedarsono Soedjojono, misalnya. Karya pelukis Indonesia ini sempat ramai diperbincangkan pencinta seni Asia.
Pada April 2014, lukisan Bapak Seni Rupa Modern Indonesia itu yang berjudul Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro laku terjual hingga 58,4 juta dolar Hongkong (HKD) atau setara USD 7,5 juta (sekitar Rp 85,7 miliar ketika itu) di balai lelang Sotheby’s Hongkong.
Di level dunia, rekor termahal dicatat oleh lukisan karya seniman Pablo Picasso yang berjudul Les femmes d’Alger. Pada Mei 2015, lukisan yang menggambarkan sosok-sosok perempuan telanjang dan semitelanjang tersebut, yang digambar dengan teknik cubism khas Picasso, terjual dengan harga fantastis USD 179 juta (sekitar Rp 2,36 triliun ketika itu) di balai lelang Christie’s New York, Amerika Serikat.
Nah, kemilau uang dari lukisan itulah yang memicu kian maraknya peredaran lukisan palsu.
Kolektor yang juga Ketua Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI) Budi Setiadharma menyebutkan, banyaknya pencinta seni di Indonesia membuat permintaan terhadap karya-karya maestro terus tumbuh.
“Apalagi, tidak ada standar harga untuk karya seni. Kalau seorang kolektor suka, berapa pun harganya, akan dibeli,” ujarnya dilaman Jawa Pos Minggu, 25 Oktober 2015.
Presiden Komisaris PT Astra International Tbk itu menuturkan, karya para maestro memang paling diincar oleh para pemalsu lukisan.
Berdasar pengalamannya, ada beberapa maestro yang karyanya banyak dipalsu. Antara lain, Hendra Gunawan, S. Soedjojono, Affandi, serta H. Widayat. “Bahkan maestro lukis yang masih hidup seperti Pak Srihadi, karyanya juga banyak yang dipalsukan,” ucapnya.
Kembali ke pemalsuan masif karya pelukis Jeihan ini kasus yang sadis karena Jeihan pelukis yang masih dan sedang Sakit dimanfaatkan para pencundang ini.
” Ini mereka sudah sindikat dan ada pemodalnya hanya meraup kentungan semata tidak melihat karya seni sebagai hak pelukisnya, dan kolektor yang tertipu banyak, sindikat ini mungkin satu sumber tapi tangannya banyak, dari lukisan tarikan pemalsunya kelihatan,” tegasnya.
Ditambahkan Atasi bahwa kalau kita lihat semua yang beredar saat ini palsu, jadi jika ada yang beli diluar studio Jeihan di Bandung dan kalau Pak Jeihan sedang Pameran dipastikan palsu, namun jika ingin tahu keasliannya datang saja ke studio Jeihan di Bandung untuk di cek otentiknya. Itupun kalau kolektor yang benar yang ingin tahu keasliaannya jika yang kolektor abal-abal mungkin tak berani.
“Lagi-lagi saya sampaikan bahwa saat ini paling parah karena lukisan dibarengi dengan sertifikat dan surat itu dipalsu juga,” beber Atasi.
Akibat dari pemalsuan itu Atasi melihat bahwa ini merusak reputasi Bapak sebagai pelukis sebnior dan soal pasar pun dirusak.
“Anehnya saat tidak belum banyak yang menyentuh hukum soal pamalsuan ini organisasi seni atau lembaga sepertinya bungkam, dan tak banyak orang yg membicarakan ranah ini,” cetusnya.
Dari catatan SENI.CO.ID memang soal Lukisan dan Sertifikat yang berkasus pemalsuan baru. Ini paket pemalsuan yang terstruktur. Betapa kejamnya orang yang melakukan ini. Dan lantas bagaimana birokrasi dengan regulasi karya seni ini? Apakah diperlukan secepatnya soal advokasi atas semua ini semoga saja tidak jadi diam atas kasus semacam ini. (Aendra/SENI)