Home AGENDA Festival Air 2020: Menemukan Air dan Kearifan Budaya Sunda di Cimahi

Festival Air 2020: Menemukan Air dan Kearifan Budaya Sunda di Cimahi

0

Ada Air dan Kearifan Budaya Lokal Sunda di Cimahi. Sebuah Festival tahunan yang sudah jadi kenduri. Inilah Festival Air 2020 di Cimahi.

SENI.CO.ID – Komunitas Budaya Bandoengmooi, Dewan Kebudayaan Kota Cimahi, Pemeritah Kota Cimahi melalui Disbudparpora, Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, dan Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2020 Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, gelar Festival Air 2020.

Sebuah perhelatan budaya ini telah digelar sejak Sabtu 26 September 2020. Dengan sub tema Air Dalam Dimensi Pertunjukan bagian 1. Bersamaan perayaan hari jadi Bandoengmooi ke 24 tahun, Festival Air 2020 menyuguhkan pertunjukan teater Institut Longser Cimahi, Musik Kolaborasi Etnik Sanggar Seni Mayang Arum, dan Reog Sunda Trijaya Mustika.

Air Dalam Dimensi Pertunjukan bagian ke 2 digelar, Senin 5 Oktober 2020 pukul 09.00-14.00 wib. Di Studio Mini Bandoengmooi, Jl. Babakan Loa Pasirkaliki, Kota Cimahi, menyuguhkan Visualisasi Manuskrip oleh Komunitas Budaya Gentra Pamitran, Permainan Tradisonal Pusaka Cakrabuana, Pencak Silat Ciung Wanara Kidang Kencana, Dongeng oleh Komunitas Dongeng Semesta Nusantara, dan Tari Tradisonal Kreasi Buru dari Studio 15.

Ketua panitia Festival Air 2020, Hermana HMT mengatakan, seni pertunjukan yang bermuara pada tema air ini digelar tanpa penonton mengingat pandemi Covid-19 masih belum ada tanda-tanda berakhir. Masyarakat atau apresiator hanya bisa menyaksikan lewan tayangan secara daring di media sosial, youtube chenel Badoengmooi yang ditayangkan, Sabtu 24 Oktober 2020.

“Semula kegiatan ini dirancang banyak melibatkan masyarakat secara langsung, karena ada Pandemi Covid-19 semua menjadi dibatasi. Demi menjaga kesehatan bersama tontonan dialihkan ke media daring dan masyarakat silahkan menonton secara virtual di media sosial kami,” ujar Hermana.

Hermana menyebut bahwa Festival Air merupakan sebuah media komunikasi atau ajang silaturahmi antar masyarakat bersama pemerintah daerah dalam menyatukan pikiran dan rasa dalam menjaga lingkungan hidup dan budaya lokal.

Multi efek dari kegiatan ini diharapkan dapat merangsang kreatifitas, tingkatkan produktifitas, kembangkan ekonomi kreatif dan kunjungan wisata berbasis kebudayaan lokal khusunya di Kota Cimahi.

Namun lebih penting dari perhelatan budaya ini adalah lahirnya kesadaran seluruh elemen masyarakat betapa pentingnya memulayakan air, kerena air adalah sumber kehidupan. Maka menjadi penting pula menjaga kebersihan air dan lingkungannya dari berbagai pencemaran. Tanah terpelihara, air terpelihara dan budaya terpelihara.

Masih munurut Hermana, kehidupan masyarakat Sunda atau Jawa Barat sangat erat dengan air. Peradaban masyarakat Sunda tercatat sejak zaman raja Purnawarman (395-434 M). Berdasarkan naskah Wangsakerta, pusat kerajaan terletak di tepi Sungai Citarum, dibangun Maharesi Jayasinghawarman, raja pendahulu Punawarman. Pada masa kekuasaan Kerajaan Tarumanagara, Sungai Citarum dijadikan sebagai pusat peradaban, dan salah satu peninggalanya adalah prasasti Tugu, tentang pembangunan irigasi untuk pengairan lahan pertanian.

“Fungsi air bagi kehidupan masyarakat kita menurut saya dibagi empat hal pokok, diantaranya sebagai sember sesuci (spiritual), sumber kehidupan (kebutuhan sehari-hari, industri dan kesehatan/medis, dll), sumber energi, dan identitas (nama dan falsafah hidup),” ungkapnya.

Hermana juga memandang bahwa masyarakat Jawa Barat tidak lepas dari kepercayaan yang pernah dianut para leluhurnya, juga dianut sekarang. Kepercayaan dan agama yang berkembang menempatkan air sebagai sumber sesuci, sebagai baigian terpenting dalam peribadatan.

“Sebagai contoh di Islam, air digunakan untuk berwudhu. Bahkan waktu saya kecil, guru mengaji menerangkan fungsi air dalam bentuk pupujian (syair dan lagu). Dupi sadaya cai nu sok diangge susuci eta aya tujuh rupa, Walungan nu kahiji, Cai laut nu kadua, Cai sumur katiluna, Cai ibun kaopatna, Cai es nukalimana, Cai nyusu nukagenepna, Cai hujan nuka tujuhna, Eta cai sadayana, Sah dianggo susuci (dari semua air untuk bersuci ada tujuh, air sungai yang pertama, kedua air laut, ketiga air sumur, keempat air embun, kelima air es, keenam air dari mata air, ketujuh air hujan, samua air itu bias digunakan untuk mensucikan diri),” kisahnya.

Dengan tegas Hermana mengungkapkan pula bahwa perhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan, air juga dikeramatkan, sebagai penolak bala (pengusir dari segala gangguan) yang bersifat gaib dan berhubungan dengan kesehatan lahir dan batin manusia.

Di tatar Sunda air tidak hanya bersifat faktual, namun lebih dari itu air memiliki makna mendalam dan mengantarkan manusia kepada sesuatu yang sakral dan universal, sehinga banyak sumber mata air yang digunakan sebagai tempat ritual. Air mempengaruhi falsafah masyarakat dalam ritus dan upacara kepercayaan. Tempat dan sumber mata air yang dikeramatkan atau disucikan itu, masyarakat Sunda menyebutnya Kabuyutan.

Pada zaman kejayaan Hindu, air disebut tirta amerta. Tirta adalah air, sedangkan amerta adalah bentuk kata dari merta yang artinya kematian. Jadi tirta amerta mengandung arti air antikematian atau lebih sering disebut air kehidupan.

Dalam sebuah tulisannya Jacob Soemardjo, sejarahwan kebudayaan mengatakan, bagi masyarakat Sunda air bermakna kosmik perempuan. Perempuan adalah kehidupan itu sendiri. Tidak ada perempuan tidak ada air, tidak ada air tidak ada kehidupan, yang ada hanyalah kematian. Kedudukan perempuan dalam masayarakat Sunda Puhun sama terhormatnya dengan mereka yang menghormati air kehidupan. Perempuan bukan dilihat dari segi seksualitasnya, namun dari segi keibuannya. Budaya air di tanah Sunda merupakan siklus alamiah yang menyatukan curah hujan, sungai, hutan, dan ladang. Yang faedahnya berguna bagi kehidupan dan kelestarian.

Pandangan Hermana, air sebagai sumber kehudupan, dalam hal ini air sebagai media untuk memenuhi kebutuhan hidup lahiriah manusia sehari-hari seperti makan, minum, cuci, mandi, pertanian, medis, industri dan lain sebagainya.

Sebagai sumber energi, air digudakan untuk pembangkit tenaga listrik. Di sini air dugunakan untuk mengerakan turbin, mengubah energi potensial dari air menjadi energi mekanis, lalu dari energi mekanik diubah oleh generator menjadi energi listrik dan sangat membatu kehidupan manusia disegala sektor.

“Air sebagai indentitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehudupan masyarakat Tatar Sunda. Air menjadi nama-nama tempat dan daerah di Jawa Barat. Kata Sunda sendiri dalam bahasa sansekerta mengandung arti air. Nama-nama tempat yang diawali dengan awalan “Ci” yang bagi masyarakat Sunda kata Ci itu identik dengan air. Cimahi, Cianjur, Cirebon, Ciptagelar, Ciapgeran, Citeureup,Cimandiri, Cikalong, Cijulang, Cibodas dan sebagainya. Ada pula nama daerah yang memiliki makna air seperti Solokan, Curug, Andir, Parigi, Lengkong, Seke, Ranca, ,Parakan, Talaga dan lain sebagainya,” beber Hermana.

Hermana menambahkan, selama hidup manusia, air tidak dapat dipisakan dari kehidupannya. Dalam dimensi waktu, air merupakan persoalan yang terus diupayakan kelestariannya dari waktu ke waktu. Air dijaga agar berguna bukan memusnahkan dan mendatangkan bencana.

Kelangkaan air bersih dan kelebihan air yang berakibat banjir menjadi bagian hidup masyarakat di kawan Bandung Raya (Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat) pada masa kini. Hal ini disebabkan karena tanah tempat menyimapan air sudah beralih fungsi, diantaranya menjadi lahan pertanian dan perumahan. Hutan-hutan di pegunungan pada gundul. Sungai-sungai tempat mengalirkan air semakin menyempit, dangkal dan tercemari sampah meyebabkan air tidak mengalir dengan lancar. Begitu pula danau dan kolam-kolam tempat menyimpan air banyak yang diurug tanah mejadi area pemukiman dan danau yang tersisa semakin dangkal tertutup lumpur.

Selain itu, hasil penelitian akademisi dari ITB menyebutkan telah terjadi land subsidence (penurunan tanah) di Cekungan Bandung dengan cakupan yang luas dan relatif cepat setiap tahunnya. Menurutnya, penyebab adanya penurunan tanah di Cekungan Bandung tersebut adalah akibat adanya eksploitasi air tanah, terutama oleh industri.

Penurunan tanah merupakan salah satu faktor yang cukup signifikan penyebab terjadinya banjir di suatu daerah atau kawasan. Daerah tersebut menjadi lebih rendah dari tempat-tempat lainnya, atau malah lebih rendah dari bentang hidrologi yang ada di sekitarnya, maka daerah tersebut akan menjadi daerah yang berpotensi banjir terutama ketika musim hujan tiba.

“Fenomena seperti ini jangan dianggap sebuah kewajaran, namun harus terus diusahan mecari solusinya baik secara teknis juga lewat ajakan dalam bentuk budaya berbasis kearifan lokal. Festival Air 2020 merupakan sebuah bentuk ajakan pada semua lapisan masyarakat tentang pentingnya menjaga air dan lingkungan hidup,” ujar Hermana.

Hermana HMT /AM

Hermana, yang juga akrab disapa Mang Her, yang kini sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Cimahi (DKKC) menegaskan, jangan bosan-bosan menelaah dan menghayati kembali kearifan budaya lokal, masyarakat Sunda dengan konsep Tri Tangtu, dalam pemanfaatan tempat dibagi atas 3 fungsi yaitu leuweung larangan (fungsi konservatif), leuweung tutupan (fungsi pendukung), dan leuweung garapan (fungsi ekonomi).

“Sebagai Masyarakat yang hidup di Tatar Sunda, agar semuanya terjaga dan harmonis manusia dengan alamnya, kita mesti memaknai dan mengamalkan kembali amanat leluhur Sunda; gunung teu meunang dilebur, lebak teu beunang diruksak, larangan teu meunang dirempak, buyut teu meunang dirobah, lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung, nu lain kudu dilainkeun, nu ulah kudu diulahkeun, nu enya kudu dienyakeun (gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak, larangan tidak boleh dilanggar, kabuyutan tidak boleh diubah, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung, bukan harus dianggap bukan, dilarang harus tetap dilarang, benar harus dibenarkan),” pungkas Hermana. Jadi sangat kuat melihat melihat kearifan kebudayaan lokal dari air dan sejumlah kisahnya dibuka dari Cimahi. Selamat! |ATA/SENI.CO.ID

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here