SENI.CO.ID — Pekan ini Redaksi Seni.CO.ID menurunkan 4 puisi dari dua penyair. Merespon waktu dimana soal Palestina. Penyair adalah penuh ruang rindu, apapun yang terjadi maka ia akan menata dan menyimak catatan yang terjadi.Pun demikian soal Palestina. Penyair juga yang diangkat perjalanan kehidupannya dengan yang dia alami. Pesan penyair adalah kehidupan ruang waktu yang dijadikan imajinasi dan narasi. Pesan bagi penyair adalah diksi yang abadi agar semua makna dan kata tidak sederhana menjadi catatan batin pengalaman hidupnya. Itulah yang ada dan selamat menyimak….
ame / redaksi
MATDON
PALESTINA DAN KITA
di palestina
mesiu di udara dan anak anak kehilangan matahari
airmata dan debu bersatu, beririsan dengan moncong senapan
perempuan, orangtua Dan remaja yg baru mengenal cinta tak sempat minum air
nyawanya direnggut bom
dan disini, di Indonesia
orang-orang sibuk beternak suara
yang muda merasa gagah
yang tua merasa paling pintar
mereka baku hantam dalam drama Lima tahunan
membiarkan rakyat berkelahi dengan aparat
bermusuhan dengan sahabat
berperang di medsos
dan menihilkan akal nurani
demi mendukung jagoannya
Bandung 30 Oktober 2023
SANTIRAH
kau melarikan pikiranku
ke lorong gelap
matahari tak bercahaya
ditikam lirih angin
mata malaikat menerkam tubuhku
menurihkan luka di dada
jantungku berdegup seperti diinjak sepatu tentara
o, santirah
bilakah kau maut
betapa ngeri aku mencumbumu
hingga aku menciummu
dalam jarak 100 meter;
tak sampai
meski gelinjang lehermu memabukanku
kekasihku santirah
mari tidur sejenak
melupakan waktu
pangandaran 7 agustus 2022
***
THONI MUKHARROM I.A
Kepada Gaza, 09
Jeritan nyaring bangunan sepi Menggelegar membisukan dunia Terurai air mata, deras melebihi hujan Menenggelamkan, menyiksa, mematikan
Jerit nyaring anak kecil Bukan karena darah rmengalir Bukan pula desing peluru Hanya sadar kini sendiri
Kami manusia berdarah bening Tanah air, tanah darah Hidup adalah kematian kami Diam, mati
Menunggu peluru datang bersilaturrahmi Membelai dada hingga membawa ke surga Menunggu ucapan manis Hingga kami telah lupa menangis
Darah kami darah bening Selalu dipaksa keluar Manusia berkepala hewan Diam, mati lagi
Tak apa peluru dan bom Kalian jadikan barang impor Tak akan membuat menyerah Kami tak akan pernah kalah!!!
Tuban, 07:17 30102010
KETIKA ALAM BICARA
Jerit
Tangis
Takut
Menyatu dalam kebimbambangan
Alam meneriakkan sejuta kata
Alam membawa peringatan pada sejuta manusia
Alam bicara
Mengapa manusia tak pernah paham?
Gunung, laut, sungai, hutan
Gelombang, letusan, banjir, longsor
Alam begitu indahnya melagukan puisi
Alam begitu merdunya menyanyikan lagu sendu
Manusia salah menerka
Mereka kira alam adalah mahkluk cacat tanpa bisa bicara
Sekarang lihatlah! sekarang saksikanlah!
Alam dengan merdu menyanyikan lagu sendu
Mempuisikan duka hatinya, menumpahkan airmata
Mempentaskan kerisauan hati
Sekarang dengarkanlah alam bicara
Dengarkan curahan hatinya
Buka lebar telinga dan hatimu
Atau kita memang sudah tuli dan bisu
Ataukah kita pura-pura tuli dan bisu
Sehingga tak pernah melihat dan merasa
Hingga alam perlu teriak kepada kita?
TENTANG PENYAIR:
Nama pena yang sudah kuat yaitu Matdon, ia penyair/penulis/wartawan. Bersama sejumlah rekan mendirikan Majelis Sastra Bandung (MSB) dan rutin menggelar kajian sastra hingga kini dimana MSB sudah 15 tahun. Ia tinggal di Kota Bandung.
Thoni Mukharrom I.A Tinggal di Desa Socorejo kecamatan Jenu, kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penyair ini lahir 15 Agustus 1988 dan kuliah Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban
CATATAN REDAKSI
Media SENI.CO.ID akan menerbitkan puisi-puisi karya penyair yang kirim ke redaksi melalui email: redaksiseni@gmail.com atau redaksi@seni.co.id. Adapun puisi yang dimuat akan mendapat honorarium yang diterima penulis puisi, setelah puisi dimuat. Honorarium berupa dana yang akan di transfer sesuai jumlah puisi yang dimuat dan pasti akan dikasih bonus kopi asli pilihan. Terima kasih.
REDAKSI