Taufan S. Chandranegara
Pop Puisi Pink (Part 4)
“Pink!”
Muslihat, menempuh sunyi,
sudah mati, dia
mungkin
baiklah, lepaskan nyawanya
kemana kau suka
dia, manipulasi
kalau begitu
biarkan sesuka hati
“Pink!”
kenapa
tak ada tempat, sekalipun
sedikit kasih sayang
tidak, sudah penuh
kau lihat gelas penuh
akan tumpah isinya
lantas bagaimana
tanyakan pada hatinya
apakah dia, mau hidup
atau dia, mau mati
menentukan pilihan
bukan
lantas siapa, dia
kebiadaban
“Pink!”
oh, menarik untuk
dikaji ulang, antara
2
pembanding dengan
sepotong tomat
jadi, dia tomat
serupa mangga
asam manis
oh, bagus
coba di goreng
apa betul, dia
kalau bukan
ya, campur telur
dadar, sedikit lada
hatinya tetap logam
berarti dia mesin
tak punya hati
ada, tapi dari logam
“Pink!”
faham atau ideologi
bukan keduanya
musang, berbulu domba
oh, semacam serigala
berkepala keledai
mungkin
kalau begitu
goreng saja sekarang
jangan
kenapa
tak ada aklamasi
tentang dia, absurd
oh, berapa jumlah
kepalanya
tak terhitung
3
wajahnya
tak terhingga
“Pink!”
kalau begitu
cetak dengan
adonan
tepung terigu
atau tepung beras
jangan keduanya
kenapa
dia hidup, di antaranya
oh, penyimpangan
di ranah episode
kurang lebih begitu
“Pink!”
hihihi
hahaha
kalau begitu
biarkan saja, begitu
ayoo menyanyi
lagu rindu
malas
bosan
tidak
lalu, kenapa
dia kau biarkan
itu pilihan
antara cinta, atau
keniscayaan
“Pink!”
4
hihihi
hahaha
ssst, pelankan
suaramu, sensor
frekuensi
dia, biarkan saja
mati suri
kejam
itu pilihan
isme atau ke.is.me.an
tidak keduanya
lalu
pembodohan
“Pink!”
hihihi
hahaha
selfie kita
***
Jakarta Indonesia, November 16, 2020