Home AGENDA Universitas Paramadina “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif Untuk Generasi Milenial”

Universitas Paramadina “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif Untuk Generasi Milenial”

0

SENIINDONESIA – Universitas Paramadina menggelar webinar “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif untuk Generasi Milenial”, Hadir dalam sebagai pembicara adalah Prof Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, Dr H Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hendriana Werdhaningsih, M.Ds. Dosen Universitas Paramadina, Kandidat Doktor IIT Institute of Design Chicago, USAdan Sucaianti Suaeb Saenong, Ketua BPD Hipmi Sultra, Alumni Prodi Manajemen Universitas Paramadina.

Dalam pembicaraan yang menarik diungkapkan Hendriana Werdhaningsih, M.Ds. bahwa Industri kreatif adalah motor dari ekonomi kreatif. Bidang ekonomi dan desain saling terkait. “Desain mengartikulasikan konteks penggunaan, peran sebuah produk atau peranan komunikasi, lingkungan, servis dan sistem dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebatas point of sale sebuah produk, seperti yang biasa dibicarakan dalam teori ekonomi. Joseph Schumpeter (1934) mengatakan bahwa inovasi adalah faktor penggerak penting dalam pertumbuhan ekonomi. Desain juga berperan dalam sistem ekonomi dan Desain sebagai sebuah cara berpikir dan bertindak untuk menghasilkan suatu kebaruan (Desgin thingking and desing doing), ” jelas Henne panggilan akrab Hendriana Werdhaningsih ini.

Ia juga mengatakan bahwa inovasi terjadi karena adanya fresh idea plus implementation, plus added value (Tom Kelly). Fresh ide harus tindak lanjut yakni impelementasi dan valuenya. jika diturunkan dalam ekonomi kreatif di Indonesia maka rumusannya harus melihat dari nilai (values) nilai bukan hanya nilai nominal tapi juga nilai-nilain plus kreativitas plus impelementasi maka akan terjadi kebaruan.

“Kebaruan-kebaruan itu akan menjadi motor atau penggerak dari industri kreatif Indonesia. Proses membuat desain selalu dimulai dari pertanyaan “What If” atau bagaimana kalau. Dengan berandai andai maka akan muncul ide inovatif atau kebaruan,” jelasnya.

Proses desain tidak menghasilkan satu jawaban melainkan pilihan-pilihan, karena desain menawarkan pilihan-pilihan dengan menawarkan keseluruhan sistem mengjadirkannilai tak benda dan melihat masalah-masalah dari sudut pandang yang lain (Patrick Whitney,2015).

“Bagaimana cara melangkah dalam proses desain maka ada 2 hal yakni Pertama, melangkah sebagai implementasi, dan Kedua, Nilai (value) yang seharusnya dalam rangka mencari kebenaran yang mendasari langkah kita,” urainya.

Desain tambahnya adalah sebuah proses perubahan dari kondisi terkini ke kondisi yang kita harapkan, berangkat dari situasi yang ada sekarang. “What if” nya, yang dijadikan goals adalah kesejahteraan, atau dari welfare ke wellbeing. Eco Development pendekatan yang menjaga harmoni dari sebuah tujuan sosial dan tujuan ekonomi dengan manajemen ekologi berdasarkan semangat solidaritas kepada generasi mendatang.

“Artinya, dalam setiap proses keputusan kita untuk berbisnis apa saja, maka tujuan ekonomi harus sejalan dengan tujuan sosial dan kelestarian lingkungan. Karena dunia tidak hanya diperuntukkan bagi kita sekarang, tapi juga buat generasi mendatang,” ungkapnya.

Semntara itu Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini mengungkapkan
untuk memajukan usaha menengah dan kecil, diperlukan peran negara yang bagus. Negara tiadk boleh menghambat dengan birokrasi yang ketat sehingga semua bisnis kecil dan menengah terhambat oleh peran negara.

“Contoh paling baik adalah seperti apa yang dilakukan oleh mantan Presiden Korea Selatan Park Chung Hee (1961-1979) ketika ia memberikan dorongan penuh negara bagi sektor pertanian, industri dan bisnis Korea Selatan. Hal itu menjadi dasar-dasar dari reformasi Korea Selatan yang dulu sekitar 1960-an pendapatan per kapitanya sama dengan Indonesia yakni sekitar 150 Dolar USD per kapita. Sementara saat ini pendapatan Korsel telah mencapai 30 ribu dolar USD per kapita,” ungkap Didik.

Pandemi yang melanda Indonesia saat ini telah berdampak besar bagi perkembangan UMKM dalam negeri. UMKM mengelola sekitar 63 juta unit usaha, namun aset yang dimiliki hanya Rp0 – Rp50 juta dan penjulan sampai Rp300 juta per tahun. Terlalu kecil. Ditambahkan Didik dengan demikian usaha mikro seperti itu bukanlah unit usaha yang bisa mendorong perekomian tetapi hanya untuk bertahan hidup sehari hari di masa krisis. Tentu saja perekonomian tidak bisa terus bertahan hanya pada usaha mikro.

“Yang harus naik kelas ke usaha kecil dan menengah yang asetnya Rp.50 – Rp300 juta dan penjualan per tahun sekitar Rp2,5 miliar. Perekonomian rakyat harus didorong naik kelas ke usaha kecil dan menengah seperti yang sekarang dilakukan oleh generasi milenial dengan bisnis Informasi dan Teknologi (IT),”jelasnya.

Di masa depan perekonomian nasional harus seperti diagram belah ketupat, jadi besar di tengah atau di usaha kelas menengah. Tidak ada usaha mikro, yang perlu dilakukan oleh negara dalam upaya mendorong ekonomi kecil tumbuh adalah :
Pertama, Ada institusi yang bertanggungjawab untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah. Usaha mikro harus ditinggalkan dengan peran negara meningkatkan skill dan keterampilan pelaku usaha mikro agar siap masuk ke usaha kecil dan menengah. Kalau perlu jadi pengusaha menengah ke atas.
Kedua, Pembinaan SDM khususnya bidang IT oleh para generasi milenial. Negara harus mempunyai perhatian khusus untuk sektor SDM IT gen milenial dan justru harus dipercepat. negara juga harus membangun institusi pendukung terutama kredit murah bagi usaha sektor IT dalam negeri. Riset IT juga harus diperkuat agar muncul inovasi inovasi baru bidang IT
Ketiga, ada 3 hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah pusat, Pemda dan Pemkab untuk mendorong pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yakni, 1. Memodernisai usaha termasuk mendorong menyiapkan SDM misalnya vokasi dan sebagainya. 2. Stabilisasi Manajemen. Permasalahan UKM kerap terbentur pada masalah manajemen karena SDM yang tidak memadai dan persoalan teknologi. Saat ini IT dikuasai oleh anak-anak muda generasi milenial. Juga, harus diuraikan apa saja kelemahan-kelemahan usaha kecil menengah. Di Jepang dan Taiwan misalnya, tidak ada lagi usaha mikro karena telah naik kelas ke usaha kecil dan menengah. 3. Modernisasi alat kerja (instrumen modern keuangan, manajemen dan pabrik). Faktor penting yang juga harus diperhatikan oleh stakeholder pusat dan daerah untuk menunjang perkembangan usaha kecil dan menengah. Hanya manejemen usaha yang bagus yang bisa mengembangkan usaha terutama penyusunan Neraca dan Laporan Keuangan agar dapat melangkah ke depan dalam pengembangan usaha dan perolehan modal kerja, paparnya.

“Dibutuhkan juga basis dorongan negara dalam menyiapkan instrument hukum/legalitas, menstimulasi dan sebagainya agar usaha kecil dan menengah bisa bergerak cepat dan maju,” katanya.

Dalam acara yang sama Sandiaga Uno Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan bahwa pandemi saat ini telah memicu kolaborasi. Contoh real  ia menyebut IPO Startup Gojek dan Tokopedia yang keduanya adalah Decacon yang memutuskan bergabung dan pada periode terakhir, Grup GoTo memiliki Gross Transaction Value (GTV) lebih dari 45 miliar USD, lebih dari 1,8 miliar USD transaksi, dan lebih dari dua juta mitra driver yang terdaftar. Begitupula Bukalapak yang dalam IPO terakhir tembus ke atas dan memiiki GTV mencapai Rp100 triliun.

“Itu semua adalah hal positif yang dapat dicapai dengan melakukan adaptasi, kerjasama kolaborasi, dan berinovasi,” jelasnya.

Sandi juga mengatakan bahwa inovasi yang baik dapat mencapai tiga hal penting yakni Doing things better, Doing things cheaper, dan Doing things faster. Melakukan hal lebih baik, lebih cepat dan lebih murah. itulah inovasi,ungkapnya.

“Jika bisa melakukan hal itu dengan berinteraksi, kerja-kerja digital, dan menciptakan konten-konten kreatif maka ke depan Indonesia akan jadi pemenang di masa pandemi,” pungkas Sang Menteri mantan Cawapres 2019 ini. (Ame/SI)

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here