SENIINDONESIA – Tiga Karya Pelukis Muda Menjadi Pemenang Lomba Lukis Heritage Kota Cimahi yang digelar Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) didukung Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi, dan Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2021 Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek RI dalam gelar Lomba dan Pameran Lukisan Heritage Kota Cimahi 2021.
Siti Yanti Abintini, Ketua pelaksana Festival Heritage Kota Cimahi 2021 mengatakan, kegiatan lomba lukis bangunan heritage ini merupakan bagain dari rangkaian kegiatan Festival Heritage Kota Cimahi 2021 dan dilaksanakan mulai 2 Oktober 2021 dengan peserta dibatasi usia 14 – 20 tahun dan berdomisili di kawasan Bandung Raya.
“Lomba melukis ini sebagai upaya pendokomentasian sekaligus mempublikasikan bangunan cagar budaya di Kota Cimahi melalui lukisan dan pameran. Peserta Lomba diwajibakan mengunakan media kanvas dengan cat akrilik atau cat minyak. Setiap perserta hanya diperbolehkan mengirim 1 karya baru lukisan bangunan cagar budaya Kota Cimahi yang bentuk bangunan masih terjaga atau dimanfaatkan,” ujar yanti Sabtu (6/11/2021) di Imah Seni, secretariat DKKC Jl. Pabrik Aci Kota Cimahi.
Menurutnya, setelah melalui tahapan pendaftaran, proses berkaya hingga batas akhir penyerahan karya 1 November 2021, terselehsi oleh panitia sebanyak 18 karya lukis anak muda berbarkat. Selanjutnya 18 karya tersebut dipilih oleh tim juri dan menetapkan 3 karya terbaik sebagai pemenang lomba.
“Pemenang lomba lukis kami umum tanggal 6 November 2021 di kanal youtube Dewan Kebudayaan Kota Cimahi. Dewan juri yang terdiri dari paktisi dan akademisi seni rupa (Nur Libiana Ma’ruf, Erni Siregar dan Deden Maluna) menetapkan karya lukis Fitri Nur Aini juara 1, M. Arya Satya Isnaini juara 2 dan Ina Septiani juara 3. Karya lukis pemenang dan karya lainnya sebanyak 18 karya dipamerkan bersama 10 karya pelukis Cimahi di gedung The Historich, 9-10 November 2021 dan secara,vitual di situs kebudayaancinahi.com,” ungkapnya.
Tim juri juga akademisi dari Universitas Widyatama, Deden Maulana mengatakan, kebanyakan peserta lomba, lebih banyak melakukan apresiasi dengan menuangkan beberpa plihan gedung heritage yang berada di sekitar Kota Cimahi. Diantaranya gedung romantisme perpaduan seni art deco dan seni gothik yakni gedung The Historich, gedung Militery Hospital yang sekarang dikenal sebagai RS Dustira, serta gedung rumah tahanan militer yang di kenal jaman dulu bernama het Militaire Huis Van Arrest atau dikenal juga sebutan Penjara Poncol.
“Kami juri tidak melihat semata terhadap teknis melukis dengan durasi yang sangat singkat, tetapi jauh lebih penting adalah nilai apresiasi dan inspirasi dari setiap objek gedung menjadi bagian dari proses kreatif bagi kaum muda. Mereka secara tidak langsung telah berpartisipasi dalam memelihara, menjaga kelestarian dari cagar budaya yang telah dicanangkan pemeritah daerah Kota Cimahi juga sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya olah pemerintah pusat,” paparnya.
Ditambahkan Deden, teknis melukis yang dilakukan para anak muda dengan tingkat kemampuannya adalah sesuatu yang sangat menarik, dengan cara mengungkap fakta artefak bangunan dapat dibuat visualisasi dengan berbagai cara pandang gagasan masing-masing peserta. Bukan hasil melukis baik atau tidak baik, bukan itu. Tetapi realitas yang ditangkap sebagai proses kreasi adalah hasil yang dominan secara lugas sepert itu adanya. Maka sangat wajar jika dalam sebuah kegiatan melukis terdapat distorsi atau tranformasi bentuk yang direalisasikan oleh pembuatnya.
“Kegiatan apresiasi dalam kemasan lomba melukis atau sejenis kegiatan lainnya, esensinya adalah bagaimana dapat menangkap suatu fenomena yang dapat di tuangkan dalam bentuk karya. Maka kegiatan serupa kedepan bukan hanya mengsung pada sebuah even semata, tetapi bagaimana dapat mengemas konsistensi sebagai kegiatan edukatif berkelanjutan bagi masyarakat secara luas,” pungkas Deden.(WANADS)
Sponsor