Home AGENDA Karya “Kursi” yang Mengejutkan di Ashta District 8 Jakarta

Karya “Kursi” yang Mengejutkan di Ashta District 8 Jakarta

0

Loading

Kursi pada hakekatnya adalah sebuah tempat duduk. Dalam ruang besar dan kecil kursi bagian hidup dan kehidupan diperlukan. Cara lain ketika kursi digarap oleh seniman otomatis menjadi objek yang mengasyikan  dan sajian multi tafsir dan estetis tanpa menghilangkan makna.
SENIINDONESIA — Ragha Ragha Art Community Ashta District 8 (Mall) menampilkan 43 karya seni bertajuk “CHAIR; Limitless Odyssey” dari 15 seniman yang tergabung dalam gelar karya ini sangatlah menarik inovatif bahkan sekaligus mengejutkan publik. Gelar sajian karya ini  berlangsung pada 19 Mei-18 Juni 2023.
Pelaksana event ini bukan hanya cerdas namum paham konstektual. Kita tahu bahwa arti kata “kursi” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata, ejaan, dan contoh penggunaan kata “kursi”  kur·si n 1 tempat duduk yang berkaki dan bersandaran; 2 ki kedudukan, jabatan (dl parlemen, kabinet, pengurus, dsb): ia terpilih menduduki — ketua; — empuk ki kedudukan yang enak; — goyang kursi yang bisa digoyang-goyangkan (ke depan dan ke belakang), biasanya digunakan untuk tempat beristirahat; — listrik kursi beraliran listrik, tempat menghukum mati para penjahat; — lontar alat untuk melontarkan penerbang dari dalam pesawat udara apabila keadaan memaksa, dengan cara ini badan penerbang tidak akan menyentuh bagian pesawat; — makan kursi yang biasanya dipakai untuk tempat duduk ketika makan di meja makan; — malas kursi panjang untuk istirahat dan tidur-tiduran yang sandarannya landai; — panjang kursi yang dapat diduduki lebih dari satu orang; sofa.
Dan ketika kursi digarap oleh seniman otomatis menjadi objek yang mengasyikan  dan sajian multi tafsir dan estetis ini tanpa menghilangkan makna yang sebenarnya.
Sekadar pengantar diatas (KBBI) jangan dijadikan bahwa hakekatnya bahasa bukan sekadar rangkainan diksi dan dan narasi, tapi bagi saya menyaksikan karya-karya yang digelar Ashta District 8 mengejutkan. Kenapa demikian karena eksplorasi yang luar biasa saya temukan dan sajian menjai multitafsirnya menjadi makin memiliki value tinggi. Ada karya dua dimensi (lukisan) atau multimedia tiga dimensi yang penuh inovatif.
Founder Ragha Art Community Tatang Ramadhan Bouqie /ame
Founder Ragha Art Community Tatang Ramadhan Bouqie mengatakan pada gelar karya kali ini ingin menyajikan karya seni tiga dimensi dan dua dimensi tentang kursi. “Ini gelaran karya yang perpaduan tafsir dari sejumah seniman yang jujur dalam merespon kekaryaannya baik itu kreator dalam disiplin desain atau seni murni, dan pilihan kursi sebagai medium objeknya bentuk apresiasi, karena kursi benda yang paling akrab dengan manusia, sebagai tempat duduk,” ungkap Tatang kepada SENIINDONESIA saat, Minggu 10 Juni 2023. 
Ditambahkan Tatang bahwa kursi yang disajikan ini semua dengan pola artistik yang  dinikmati publik secara terbuka. “Pada sajina Kursi ini karya-karya yang memberikan pesan kuat kepada bukan sekadar penikmat seni tapi publik umum juga,”jelasnya.
Sebanyak 43 karya kursi dari 15 seniman itu ada beragam corak: warna dan bentuk jadi kekuatan tersendiri. Seniman yang karyanya disajikan anatra lain Alfonzo Ronald K, Anies Walsh, Elina Farida Eksan, Erwin Firmansyah, Fadil, Gugun Permana, Gunawan Syarifudin, Indyra, Irma Hardisurya, Jeanelle C. Virginia, Ketut Winata, Noer Listanto Alfarizi, Raisa, Ramadhan Bouqie dan Slamet Abidin.
Ketika kita melihat karya mereka beragam respon muncul. Pada karya Gugun Permana “God Save The Queen” dengan sandaran Vocalis rocker dunia Queen, Freddie Mercury ditampilkan menarik dan auranya diambil sebagai sajian karya. Pada “Little Wings”  yang menampilkan Guitar Jimi Hendrix seperti magnet petikan melodi menyayat jadi dasar ketakjuban pada sosok Jimi. Pada “John And Yellow Submarine” sosok legend pentolan The Beatles, John Lennon disajikan dengan penuh penjiwaan. Karya Gugun juga yang lainnya penuh pesona dan imajinatif.
Karya Fadil “Sarang”
Karya Fadil “Sarang” idenya datang yang menafsir kursi jadi tempat istirahat dan ini dia sebut runag berhenti dari aktivitas dan pikiran lelah. Secara visul objek karya ini unik karena dibuat dari ranting-ranting yang dibalut sehingga nilai karya jadi sublimasi dan inilah kekarya yang mengasyikan.
Pada karya Erwin Firmansyah kontekstual “Kursi Koalisi”  jadi otokritik  dimana saat ini banyak sekali perpolitikan bicara koalisi. Maka jika ide Erwin yang jadikan simbol “Kursi panas” ini realitas politik bangsa saat ini. Karya kursi dibuat paduan hitam-putih.
Karya Elina Farida Eksan “Mask & Chees” dan “Double Face & Chees
Karya Elina Farida Eksan “Mask & Chees” dan “Double Face & Chees adalah kursi yang paduan tajam pada konteks soal jabatan kekuasaan dan kedudukan. Elina menyentil apa itu kekuasaan yang penuh dan menyimpan saling dendam dan silih berganti namun kekuasaan sepertinya ingin langgeng dan tak mau digantikan, simbol catur dari sini bisa kita baca, pemainnya adalah masih mereka yang ingin kuasa. Atau 4 L (lo lagi lo lagi).
karya kursi Noer Listanto Alfarizi
Karya yang juga nyaris diikuti pola konteks kekinian dalam soal jabatan kekuasaan ada pada karya kursi Noer Listanto Alfarizi ia buat simbol soal jabatan, kekuasaan dan kedudukan. Pada “Komtemplasi” dan “Ambisi” menyoroti kekuasaan jabatan. Karya Noer lebih tajam simbol badut atau warnanya jelas dimana dengan mahkota adalah satu tanda bahwa saat ini adalah realitas yang terjadi.
Menarik juga ada pada karya Alfonzo Ronald K yang berjudul “Rush Hour” konteks 2024 jadi sorotan tajam bahwa ada ada pilihan pemimin baru. Alfonzo memandang bahwa saat ini muncul toko-tokoh superhero.
Alfonzo Ronald K yang berjudul “Rush Hour”
Karya kursi Ketut Winata “Daun” 1 dan “Daun 2” penuh eksperimental yang luar bisa, dari kawat dijadikan kursi dalam flora dan ini nampak bahwa tiga dimensi yang hidup, karena pilihan warna punya peran penting. Alam flora memang indah dan itulah estetika yang sangat dinamis penuh kesatuan.
Pada karya kursi Slamat Abidin “Harmoni Yang Diimpikan” penuh ajakan tentang heterogennya manusia yang penuh idealisme namun ajakan karya ini soal kebersamaan. Tiga dimensi yang hidup bersama dari pilihan warna pastel yang punya peranan. Estetika kehidupan harus harmonis karean global menuntut bagian itu dan saat ini kehidupan sangat keras.
Karya Ramadhan Bouqie “Penghormatan untuk Kandinsky”
Pada karya Ramadhan Bouqie bejudul “Jangan Duduk Di sini” kita bisa melihat kursi yang merespon soal kejahatan dan kasat mata yang brutal tapi ancaman hukuman tak lagi jadi bikin takut. “Penghormatan untuk Salvador Dali” seniman surealis itu dijadikan sajian kursi ini semacam dedikasi sedang pada “Penghormatan untuk Srihadi Sudarsono” seniman asal ITB itu dijadikan panutan karena professionalisme yang dana dunia seni lukis Indonesia. “Penghormatan untuk Vincent Van Gogh”, “Penghormatan untuk Frida Kahlo”, “Penghormatan untuk Kandinsky” merupakan karya kursi yang penuh makna meski pada karya itu disampaikan simbol-simbolnya. Karya Ramadhan yang lain “Kursi Para Sultan Muda” kalau dilihat konteks kekinian sajian katakjuban dan sekaligus kritik untuk kaum hedonistik karya kursi penuh simbol dan warna emas yang penuh keyakinan.
Kursi dalam Lukisan itu 
Pada event “CHAIR; Limitless Odyssey” selain tiga dimensi kursi-kursi yang secara visual kasat mata penuh estetik, gelar karya ini juga dihadirkan lukisan kursi dalam dua dimensi.
Alfonzo  dengan judul “Looking for A Realible
Sama dengan lukisan yang disajikan Alfonzo  dengan judul “Looking for A Realible Leader” sosok tanda tanya dengan wajah kosong memegang tablet apple dengan kostum kuning dan peci kuning abu, latar berdera merah putih. Apakah kepala yang kosong ini maksudnya masih mencari pemimpin yang amanah?
Karya lukisan Irma Hardisurya berjudul “Kursiku Singasanaku” dan “Toska Sobat Poleng” adalah karya yang keseharian nampaknya kita bisa lihat dalam kehidupan orang sangat bebas setelah duduk di kursi. Soal kenyamanan maka singasana adalah kekuatan yang mengusasi kursi. Kaca mata pelukis yang juga seorang konsultan, penulis, jurnalis dan ratu kecantikan asal Bandung, Jawa Barat yang pernah menjadi wakil Indonesia di kontes kecantikan Miss Asia Quest 1970 di Filipina dan berhasil meraih gelar atribut Miss Friendship lukisannya sangat inspiratif dan menarik.
Karya pelukis Indyra “Midnight Interval” adalah ekspresi yang saat sendiri ia penuh imajinasi dan kekuatan warna lukisan sepia sangat intim dengan kesendirian malamnya dengan kursi yang sunyi penuh misteri.
Sedang Lukisan karya Jeanelle C. Virginia dengan judul “Malam Biru di Taman”, menjadikan kursi bagian dari konvensasi usai tugas seharian dan kursi di taman adalah bagian dari kehidupan yang terjadi.  Pun karya lainnya cenderung menjawab semua kenyataan bahwa kursi adalah  yang perlu dan jadi topangan untuk kehidupan.
Pada Lukisan dengan inspirasi Kursi Raisa dengan karyanya “Dunia dalam duduk 1 dan 2” karya semi surealisme nampak. Lukisan sanata penuh simbol, imajinasinya yang kuat. Ada harapan yang maju untuk sebuah karya yang sangat estetis ini.
Lukisan Anies Walsh
Lukisan Anies Walsh  memberikan pesan kuat kepada publik menarik. Karya judul “Chair And Us”, “Dancing Chair 1 & 2” dan karya lainnya karena karya lukisan Anies selain material mix media dia mampu memainkan warna yang hidup penuh paduan yang kuat. Ia memanintakan tradisional native nation aborigin yang kuat dan penuh pesona. Lukisan dengan ide kursi menjadi karya artistik dan memberikan pesan kuat.
Karya-karya yang tersaji adalah karya yang sangat terpilih dan muatan yang Mengejutkan….!!! Salut dan luar biasa. Kursi yang tersaji adalah kekuatan dan semoga cara pandang menempatkan posisi kursi pada tempatnya terbaca dengan kata kata lain, jika kita hanya seorang yang perlu, tentulah harus mampu memainkan sekian banyak proses yang benar, dan tentu sja semua seniman event ini telah mampu. Bravo…!!!

Ditulis Oleh AENDRA MEDITA KARTADIPUTRA, Jurnalis SENI.CO.ID

foto-foto by Ken Rangga Dinar

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here