SENI.CO.ID – Pameran seni rupa Asia International Friendship Exhibition and Symposium 2018, tahun ini kembali diagendakan di Eco Gallery, Shinjuku, Tokyo, Jepang pada tanggal 14 s/d 16 Juli 2018.
Kegiatan berskala Internasional ini merupakan kerjasama antara Kelompok Seni Rupa ARTLINC. (ART LEARNING INCUBATOR) Jurusan Seni Murni, FSRD ISBI Bandung, Indonesia dengan AACA (ASIA ART AND CULTURE ASSOCIATION), Tokyo, Jepang.Sebelum digelar semua karya dipamerkan di ruang Seni rupa ISBI Bandung pada 27 Juni 2018. Menurut Setiawan Sabana bahwa kegiatan seniman Indonesia yang akan tampil di jepang ini bukan membawa misi perserorangan namun membawa nama Indonesia.
“Saya mendukung event ini dan ini memang telah berlangsung lama sejak tahun 2014, Ini bagus dalam rangka mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui karya seni rupa di dua negara yaitu Indonesia-Jepang,” ujar Prof Setiawan Sabana pada SENI.CO.ID Rabu, 27 Juni 2018 di ISBI Bandung
Kegiatan ini melibatkan seniman-seniman dari komunitas seni deDada Bintaro Jakarta, Credo Art Studio Jatibening Bekasi, beberapa dosen dan mahasiswa dari ISBI Bandung, ITB, Telkom University, Itenas, beberapa alumni ISBI Bandung, para seniman senior Bandung serta beberapa seniman profesional lainya. Kegiatan pameran ini diikuti oleh 77 seniman, terdiri dari 13 orang mengikuti Simposium, 64 mengikuti Pameran dan 4 orang yang ikut dalam Pameran dan Simposium.
Kegiatan ini bertajuk INDONESIA-JAPAN FRIENDSHIP EXHIBITION AND SYMPOSIUM “CROSS CULTURE CROSS IDENTITY” The Representation of Art in Asia : From Traditional to Contemporary. Melalui event ini diharapkan dapat mempromosikan budaya Indonesia, khususnya dalam bidang seni rupa kepada masyarakat di Tokyo, Jepang sehingga kita dapat membandingkan dua kebudayaan Indonesia dan Jepang secara lebih objektif dilandasi prinsip saling menghargai.
Dengan hadirnya inovasi baru dalam kegiatan ini yang dikemas dalam pameran dan simposium, secara tidak langsung dapat memberikan gambaran miniatur dua kebudayaan Indonesia dan Jepang.
Pembagian konsep seni tradisi dalam kategori-kategori kegiatan tersebut untuk memberikan wawasan filosofi dan latar belakang konsep atau gagasan berkarya seniman yang menghasilkan berbagai bentuk karya seni rupa kontemporer. Wawasan tentang seni tradisi ini dianggap penting agar kita dapat lebih memahami berbagai fenomena karya seni rupa saat ini yang semakin beraneka ragam baik dari segi bentuk, teknik maupun mediumnya. Diranah seni rupa Asia, khususnya di Indonesia dan Jepang kita ketahui bahwa seni tradisi begitu dihargai sebagai buah hasil dari pemikiran mendalam dan bernilai tinggi, kemudian bisa direpresentasikan kembali baik sebagai objek maupun konsep yang dapat mewariskan nilai tradisi ke dalam konteks karya seni rupa kontemporer saat ini.
Menurut Agus Cahyana (Kurator Pameran) The Representation of Art in Asia : From Traditional to Contemporary dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk dapat menghadirkan kembali nilai-nilai warisan budaya tradisi Indonesia dalam konteks kekinian melalui karya seni rupa.
Dalam hal ini interpretasi warisan nilai bisa dituangkan dalam bentuk ide, rupa atau medium yang dihadirkan lagi sesuai dengan semangat zamannya sehingga menghasilkan karya yang mencerminkan persilangan warisan budaya masa lalu, masa kini, dan imbas dari budaya global.
Moel Soenarko /Foto Andi
Berikut adalah nama-nama seniman yang terlibat dalam kegiatan Asia International Friendship Exhibition and Symposium 2018 Dosen ISBI Bandung: Prof. Anis Sujana, Agus Cahyana, Deni Yana, Gerry Rachmat, Savitri, Dyah dan Gabriel, Supriatna. deDada dan Credo Art Studio: Chandra Maulana, Fifi Rahmi Octini, Yeni Fatmawati, Edo Makarim, Ranny Saraswati, Cut Sina. Mahasiswa ISBI Bandung: Hartono, Paramitha Pebrianti, Carlos Kolano, Rifatul Azis, Ika Rostika, Yusrina Zati Bayani, Lukmanul Hakim Aziz, Desi Tera Nurhasanah, Ghita Ghaida, Suci Rahayu, Sudirman Siahaan, Biru Aulia BW, Andri M Sidiq, Salmon Mubarok Putra P, Aris Maulana, Ben Al Hur Ibnu S. Alumni ISBI Bandung: A.K Patra, Sandi Tisa, Asep Miftahul Falah, Sangid Zaini Gani, Rizki Maulana, Farid Kurniawan Noor Zaman. Dosen dan Mahasiswa ITB: Prof. Setiawan Sabana, Abay Subarna, Suyin Pramono, Rizki Taufik Rakhman, Sri Rachmayanti, Tjutju Wijaya, Rahmatsyam Lakoro, Rachmi Kumala Widyasari, Taufan Hidayatullah, Lintang Widyokusumo, Harry Nuriman, Firman Hawari, Rachmita Maun Harahap. Dosen Telkom: Didit Hendriawan, Aldi Hendrawan, Patra Aditia. Seniman Profesional: Jeihan Sukmantoro, Andi Sopiandi, Ken Rangga Dinar, Aendra Medita, Nick, Azasi Adi, Abun Adira, Moel Soenarko, Setiyono Wibowo, Ida Farida, Hanny Widjaja, Teddy Suchyar, Fillardy Adzani, Taat Joeda. Pelajar: Fathya Hana Nurul Rahiim, Reira Fadhla Ghaisani, Valya Syifa Vannisa, Trisa Tibia Valysa, Luciana Wiyono dan Jasmine Azizah Nurul Hayat.
Selain itu, melalui pameran yang menginjak tahun ketiga ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan perupa dan karyanya kepada seniman, kolektor, dan apresiator seni rupa di Tokyo, Jepang.
“Kegiatan pameran ini tidak sekadar bentuk intepretasi para perupa terhadap budaya Indonesia semata, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan sekaligus pernyataan terhadap identitas Ke-Indonesiaan yang unik dan selalu menjadi kebanggaan tiap anak bangsa dalam kancah pergaulan internasional. Dengan keyakinan bahwa nilai-nilai dalam budaya tradisi nusantara akan selalu dapat diwariskan sesuai dengan bentuk dan konteks zamannya,”tandasnya.|ANDI