Home AGENDA “Bolak Balik” Mella Jaarsma dalam Kisah 600 Pusar yang Terekam

“Bolak Balik” Mella Jaarsma dalam Kisah 600 Pusar yang Terekam

Catatan dari Esplanade Singapore

0

SENI.CO.ID –  Saat Tim SENI sempat menenggok Pameran “Bolak Balik” di Esplanade Singapore perupa Mella Jaarsma inilah yang menarik, karena pameran ini bukan sekadar kisah pusar yang direkam oleh perupa yang lahir di Emmeloord,  tahun 1960 yang kini menetap di Indonesia.

Mella membuat karya unik yang kuat, merekam ratusan foto self potrait (selfie) pusar. Karya ini memang hanya bisa dinikmati dalam pameran ‘Bolak Balik’ di Jendela Gallery, Esplanade, Singapura dari 21 Apr – 2 Jul 2017.

Karya Mella adalah hasil meneliti bagaimana pilihan sartorial Indonesia yang beragam dikendalikan dan diubah oleh para penguasa yang memerintah selama periode yang berbeda dan di berbagai negara bagian. Dia mempertanyakan definisi tentang ruang publik, pribadi dan umum, dan bagaimana kita dapat melindungi ruang sosial, persamaan dan kebebasan untuk mempertahankan identitas budaya dan praktik tradisional yang beragam, ketika kearifan lokal, akar leluhur dan mitologi kaya memudar dan menghilang dengan modernitas.

IMG_3588 IMG_3586 IMG_3585 IMG_3584Mella berbicara tentang karya barunya dalam pameran ini dan berbagi pengalamannya yang kaya yang tinggal dan bepergian di Indonesia selama 20 tahun terakhir.

‘Bolak Balik’ atau mondar mandir, dimulai dari gagasan Indonesia adalah negara dengan aturan menutup aurat. Di provinsi paling barat Indonesia, Banda Aceh, jenazah harus ditutup sesuai Syariat Islam. Di Papua bagian paling timur, banyak suku pedalaman yang masih mengenakan koteka.

Di pameran tunggalnya kali ini, Mella menciptakan karya ‘Binds and Blinds’ dengan mengumpulkan hampir 600 pusar selfie dari seluruh orang yang ada di Indonesia. Publik mengirimkan Mella foto tersebut anonim baik melalui Facebook, dan telepon.

Dalam perjalannya Mella melihat isu sosial dan politik di masyarakat Indonesia, terutama: diskriminasi, rasialisme, minoritas dan identitas. Karya yang paling terkenal adalah penampungan penutup tubuh yang terbuat dari bahan tak terduga. Karya lain yang pernah penulis lihat adalah kulit kodok, tupai, kelelawar, ular dan ayam dipekerjakan untuk membuat potongan yang bisa dipakai.

Karyanya juga menyinggung isolasi manusia dan kebutuhan akan pendekatan yang disaring ke seluruh dunia.  Nama Mella telah mencapai pengakuan internasional, telah dipresentasikan dalam acara dan galeri seni internasional, termasuk: Singapore Art Museum, Third Asia Pacific Triennal, Galeri Seni Queensland, Galeri Seni Limerick, Biennale Gwangju, Yokohama Triennale, Museum Seni Katonah, Galeri Nasional Indonesia dan Royal Academy of Arts.

Itulah perjalanannya dan Mella sejak tahun 1988, bersama  Nindityo Adipurnomo mendirikan Rumah Seni Cemeti di Yogyakarta. Rumah Seni Cemeti menyelenggarakan pameran, proyek dan residensi. | Laporan dari Singapore Aendra Medita/SNC

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here