SENI.CO.ID – Dalam pekan ini SENI.CO.ID menurunkan liputan wawancara dengan perupa muda dari kota Bandung. Ia mempunyai kekuatan besar dalam karya-karyanya. Sejumlah karya berhasil mencatatkan penghargaan yang tinggi. Diantaranya tahun 1998 sebagai The Big Five of Philip Morris Indonesian Art Awards, tahun 1999 – The Big Five of Winsor & Newton Indonesian Art Awards, tahun 2001 – The Best Ten of Philip Morris Indonesian Art Awards dan tahun 2006 – The Big Five of JABAR Art Competition.
Adalah nama lengkapnya Irman A. Rahman pelukis kelahiran Bandung 16 Juli 1970 ini menekuni seni rupa secara otodidak, namun karyanya sudah banyak menjelajah ruang galeri di hampir semua galeri dan museum.
Dalam perbincangannya dengan SENI tentang konsep karyanya ia bertutur bahwa proses dan ide berkaryanya berangkat dari ketertarikan pada ruang, dimana ruang itu menjadi sebuah ide atau gagasan untuk mencipta sebuah karya. “Sebut saja itu sudut atau dinding kosong yang berwarna putih bersih, disitu pikiran saya seolah berkelana mencari bentuk dan mereka-reka bentuk menjadi sebuah komposisi untuk mengharmonisasikan dengan ruang tersebut,”paparnya menyampaikan konsep besar dalam melukis.
Ia juga menambahkan, hampir setiap karya saya datang dari sebuah inspirasi dan kemudian mengalir begitu saja selama proses berkarya. “Terkadang susah untuk mengahiri karya tersebut sehingga prosesnya selalu panjang seolah tidak ada akhirnya,”kisahnya.
Irman juga menyampaikan bahwa sebetulnya tidak pernah merasa mendasarkan karya-karya pada satu aliran tertentu sehingga banyak orang beranggapan karya saya termasuk karya kontemporer. “Saya tidak beranggapan apapun soal aliran karya,” jelasnya.
Yang jelas lanjutnya konsep berkarya saya berawal dari ketertarikan terhadap seni rupa yang kemudian menjadi hobi yang saya kembangkan secara otodidak.
“Tanpa saya sadari karya-karya yang saya buat ternyata diapresiasi banyak orang dan sampai sekarang hobi tersebut menjadi satu profesi,” bebernya.
Irman memang mempunyai karya yang berkarater. Sehingga perjalanan dia memang menjadi catatan penting. Karya lukisanya yang penuh idiom, garis dan bahkan teks secara narasi dan juga non verbal ia sampaikan dalam ruang kanvas itu. Karya dia juga telah dipamerkan disejumlah kota dalam negei dan mancanegara:
Solo Exhibition
2005 : ìIndex of Signî CP Artspace, Jakarta
2008 : “Notabilia” Selasar Sunaryo Art Space (Bale Tonggoh), Bandung
Selected Exhibition
1998 : ì5th Philip Morris Indonesian Art Awardsî, National Gallery, Jakarta
: ì5th Philip Morris ASEAN Art Awardsî, Opera House, Hanoi, Vietnam
: ìKepada xî, Cipta Gallery, Taman Ismail Marzuki, Jakarta
1999 : ìWinsor & Newton Indonesian Art Competitionî Hidayat Gallery, Bandung
: ìWinsor & Newton International Art Competitionî, Mall Gallery, London;
World Trade Centre,Stockholm; United Nation, New York
2001 : “RE FLECTIONî, Edwin Gallary, Jakarta
: ìThe Unstable logicî Soemardja Gallery, FSRD ITB, Bandung; Edwin Gallery,
Jakarta
: ìBiennale Bandung Art Eventî, Nu Art Sculpture Park, Bandung
: “8th Philip Morris Indonesian Art Awardsî, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
2002 : ì10th Asian Art Biennale Bangladeshî, Dhaka, Bangladesh
: ìEksplorasi Medium, Eksplorasi Gagasanî, Bantara Budaya, Jakarta
: ì17th Asian International Art Exhibitionî, Daejeon Municipal Museum Of
Art, Daejeon, Korea
2003 : ìInterpellationî CP Open Biennale, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
2004 : ìDialogueî C+ Gallery, Bandung
2005 : “20th Asian International art Exhibition, Ayala Museum, Manila, Philipina
2006 : ì21st Asian International Art Exhibition, Singapore Museum Of Art,
Singapore
2007 : ìGLOBAL WARMING KUNSTKAMERAî , GWK, Bali
2008 : “MANIFESTO”, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
: “RENDEZVOUS”: Sehari Bersama 13+ Seniman Bandung, CG artspace,
2009 : INTERNATIONAL MAIL ART “FROM THE WORLD WITH LOVE” SENI RUPA KORAN PROJECT,
BANDUNG
: “REBORN” H2 Art Gallery, semarang
: “GRIP” Art District, Beijing, China
: Bandung Initiative, Rumah Rupa, Jakarta
: “COMMON SENSE”, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
2010 : “HALIMUN the mist”, Lawang Wangi Art & Science Estate, Bandung
: “EXODUS OF BANDUNG”, The Aryaseni Art Gallery, Singapore
: “DEEP IN STORE”, CG Artspace, Jakarta
: “PERCAKAPAN MASA” Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
: “Korean International Art Fair (KIAF), Korea
: “UNNATURAL SELECTION”, Kendra Gallery, Bali
2011 : “ART MOTORING”, Galeri Nasional Indonesia, jakarta
: “AESTHETIC RESPONS”, Elcana Gallery, jakarta
2013 : “BERHALA BENDA”, Sampoerna House, Surabaya
: “X” (A DUO EXHIBITION), Philo Art Space, jakarta
2014 : “PAMERAN MAESTRO SENI RUPA INDONESIA AHMAD SADALI”, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
2015 : “RESPUBLICA” IAA, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
2017 : “WIMBAKALA” Pameran Gambar Cadas, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
: Art Sampoerna, Sampoerna Strategic Square, Jakarta
NILAI APRESIASI
Dari serangkaian pameran itu Irman selalu berharap karya saya bisa terus mendapat apresiasi yang baik dan setiap karya yang dihasilkan dan ini menjadi kebanggaan semua orang khususnya keluarga terutama istri dan anak saya. “Ini artinya harapan besar saya dunia seni rupa secara umum akan terus berkembang diminati pecinta seni dan selalu mendapat apresiasi dari khalayak,” kata Irman yang terus berproses sambil melakukan aktifitas selain berkarya juga membuat art craft yang berkaitan dengan seni rupa misalnya membuat spanram dan woodcraft.
Irman juga mengakui bahwa dan karyanya sudah dikoleksi oleh beberapa kolektor seni baik itu karya lukis maupun karya objek. “Alhamdulillah sudah banyak yang mengapresiasi dan mengkoleksi karya saya,” paparnya.
Saat ditanya siapa tokoh seniman yang ia kagumi, Irma mengatakan terlalu banyak seniman yang mengispirasi karya saya sekaligus saya kagumi, “Saya sebut beberapa saja ada David Carson, Jean M Basquiat, dan beberapa seniman yang saya kagumi secara emosional diantaranya Deden Sambas, Sunaryo, Handiwirman Saputra, dan lainnya,” pungkas Irman mengakhiri perbincangannya.
ANDY SOPIANDI untuk SENI.CO.ID, FOTO: KOLEKSI IRMAN