Home Uncategorized Nirwan Ahmad Arsuka Sang Pencerah Pustaka dan Literasi itu Telah Pergi

Nirwan Ahmad Arsuka Sang Pencerah Pustaka dan Literasi itu Telah Pergi

0
Nirwan Ahmad Arsuka /ist

Loading

(By Eko S Dananjaya)

Bagi aktivis Yogya era 80- an, nama Nirwan Arsuka cukup dikenal. Mahasiswa UGM teknik Nuklir itu hari ini menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta.

Nirwan adalah seorang aktivis yang konsisten akan perjuangannya. Perjuangan terhadap pendidikan masyarakat non formal. Dengan sabar dan gigih membangun taman bacaan di desa- desa terpencil di Sulawesi Selatan.

Nirwan tidak  terpengaruh oleh gebyar politik dan kekuasaan di Jakarta. Ia memilih pulang ke Kampung halamannya untuk memberikan apa yang ia punya. Dirinya dirasa lebih bermanfaat, senang dan fokus pada pembangunan karakter masyarakat. Nirwan tampak mampu menterjemahkan pikirannya untuk berpartisipasi mencerdaskan rakyat dengan instrumen budaya baca. Saya melihat betapa gigihnya seorang Nirwan menyertai kuda kudanya dengan membawa buku- buku bacaan. Wacana  berkebudayaan bukan saja dari seminar ke seminar atau dari gedung- gedung mewah. Tapi ia telah memberi praktek dimana ide ini pernah ia gagas sebelumnya. Intinya tidak lain adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan program gemar membaca.

Dari desa ke desa, Nirwan mengunjungi dan menyapa warga dengan buku- buku yang ia peroleh dari sumbangan orang- orang di kota. Selain itu, tidak sedikit bantuan pribadi atau materi yang dikeluarkan dari kantong Nirwan untuk  menambah jumlah koleksi buku.

Buku- buku bacaan, majalah dan buku literasi ilmu pengetahuan itu di angkut oleh kuda. Ada beberapa kuda di jadikan alat transportasi guna menjangkau bukit satu ke bukit lainnya.

Gagasan itu hadir setelah Nirwan tidak lagi tinggal di Jakarta. Puluhan  tahun lalu, ketika Nirwan masih tinggal di jln TB Simatupang Jakarta Selatan. Tepatnya di belakang gedung ANTAM, saya beberapa kali  mengunjungi tempatnya. Diskusi soal budaya, seni, teknologi dll.

Saya lebih banyak belajar tentang ajaran seni dan kebudayaan dari Nirwan. Meskipun Nirwan disiplin ilmu nya berasal dari teknik Nuklir tapi ia juga fasih dalam berseni maupun berpikir soal budaya. Di kamarnya, saya melihat cukup banyak buku- buku dan literasi kebudayaan. Beberapa sahabat saya yang notabene berangkat dari teknik tapi lebih banyak menggeluti soal satra, kebudayaan dan seni salah satunya Taufik Rahzen .

Taufik Rahzen adalah sahabat Nirwan ketika sama- sama kuliah di UGM. Bahkan pikiran-pikiran Nirwan sedikit banyak dipengaruhi oleh Rahzen. Berangkat dari kelompok studi yang kemudian menceburkan pada dunia aktivis, menjadi lengkap bahwa di kalangan aktivis  Yogya khususnya tidak saja berasal dari kalangan aktivis Pers kampus, Mapala. Tapi organ yang tergabung dalam kelompok studi turut membaur mengagas perubahan dan melawan rejim Orde Baru.

Taufik Rahzen, Rizal Mallarangeng , Nirwan Arsuka adalah tonggak intelektual muda yang sempat mempengaruhi konstelasi berkebudayaan dan gerakan mahasiswa di Yogyakarta. Era 80- an mereka rajin dari fakultas ke fakultas dan kampus ke kampus untuk menyebarkan pergolakan, perubahan dan perlawanan pada rejim otoriter Orde Baru.

Mereka lahir dari kawah candradimuka kelompok studi, yang menekankan pada implementasi ide- ide pembebasan dari sebuah pembungkaman dan pemasungan rejim.  Sebuah cita- cita mulia pada perubahan untuk menuju demokrasi. Berbagai perjalanan gerakan jatuh bangunnya perjuangan aktivis Yogya,  salah satu asal dari ditangkapnya Bonar Tigor Naepospos, Bambang Isti nugroho, Bambang Subono.

Mereka adalah aktivis kelompok studi yang menjadi martil pergerakan karena ” Dituduh menyebarkan paham kiri”. Padahal itu semua akibat daya nalar mahasiswa yang kritis yang melawan kekuasan. Sehingga, pemerintah Orde Baru menjatuhkan sangsi politik dan memasukkan mereka ke dalam penjara Wirogunan Yogyakarta.

Nirwan Arsuka yang berpenampilan calm dan pendengar, menyimpan energi intelektual yang baik. Tulisannya tentang kebudayaan dan seni kontemporer di berbagai media, mengandung karakteristik keilmuan yang dalam.

Selain itu, Nirwan tampaknya mengikuti jejak seniornya yakni Taufik Rahzen yang asketis dan melekatkan keberadaan jiwanya atau alam spiritual, karena didalamnya ada unsur ruang dan waktu yang terus menerus membakar energi serta pikirannya untuk membangun peradaban yang lebih dinamis.

Rahzen hingga hari ini menjalani laku budaya. Dimanapun ia berada membangun ordo-ordo kebudayaan dan kesenian. Meninggalkan jejak budaya dan membangkitkan ghiroh seni di berbagai daerah. Demikian  pula Nirwan Arsuka, meninggalkan kekota annya dan meningkatkan peradaban intelektual, budaya dan seni yang luput digarap oleh kaum prakmatis moderen.

Meskin senyap pemberitaan, Nirwan bergerak terus tanpa lelah dari desa ke desa, dari satu bukit ke bukit lainnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan jauh dari hiruk pikuk perebutan kekuasaan  oleh kawan- kawan seperjuangannya yang berada di ibu kota.

Eko S Dananjaya
Penulis adalah teman almarhum. Pendiri lembaga Kebudayaan dan Lingkungan Hidup Yogyakarta.

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here