Home BERITA Longser Bandoengmooi dan Legenda Keuyeup Bodas Darmaraja jadi Saksi dan Kekuatan Historikal

Longser Bandoengmooi dan Legenda Keuyeup Bodas Darmaraja jadi Saksi dan Kekuatan Historikal

0

Loading

SENI.CO.ID — Legenda Keuyeup Bodas Raksasa Alias Kepiting Putih di sekitar Waduk Jatigede sejak dulu, diangkat dlam drama longser khas Sunda. Kisah ini katanya, di Waduk Jatigede ada “keuyeup bodas raksasa” dalam kaitan ini  Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi (YBKM) bersama komunitas Longser Bandoengmooi Kota Cimahi kerjasama UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat difasilitasi Kemdikbudristek, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI, baru saja mengelar pertunjukan seni longser “Keuyeup Bodas”, Sabtu 5 Oktober 2024, pukul 15.30 wib. di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jl. Baranangsiang No.1 Kota Bandung.

Ketua YKBM, Hermana HMT mengatakan, pertunjukan longser Keuyeup Bodas merupakan evaluasi akhir kegiatan YBKM tahun 2024 dalam melaksanakan Program Layanan Fasilitasi Bidang Kebudayaan bagi Komunitas dan Pelaku Budaya Kategori Dukungan Institusional bagi Keberlangsungan Organisasi Kebudayaan tahun 2023.

“Dengan adanya program tersebut kami tim YBKM bersama Longser Bandoengmooi mengucapkan banyak terima kasih pada Kemendikbudristek, Dana Indonesiana, dan LPDP. Alhamdulillah dalam setahun ini dapat merelasikan 4 kegiatan utama, diantaranya; pengembangan strategi keberlanjutan organisasi, implementasi jangka pendek, program publik dan program kolaborasi antar institusi kebudayaan,” ungkap Hermana saat membuka perunjukan.

Kisah yang mengangkat lengenda  “Keuyeup Bodas” menarik permainan para aktor longser dari Kelompok Bandoengmooi ini memebrikan kekuatan karean dari jam terbang pemain tertata kuat baik secara kekuatan acting maun gaya improvisasi mereka yang piawai.

Hermana

Sebagai dramaturg, Hermana HMT menyebutkan pertunjukan longser Keuyeup Bodas dengan pengarah produksi Yoyo C. Durachman, pimpinan produksi Mochammad Fikri, marketing & kuminikasi Ihval Valian, sutradara Fahadfa Alfaj, astrada Hafidz Permana, penata musik Iwa Sundawa, penata tari Apih Ajat, penata pencak silat Asep Gurwawan, dan melibatkan sekitar 45 orang pemain ini terinspirasi dari mitos yang berkembang di kawasan Kabupaten Sumedang. Ceritanya mengisahkan tentang Keuyeup Bodas (Kepiting Putih) dan Buaya Putih, makhluk raksasa penjelmaan jin. Kedua makhluk raksasa itu masing-masing memiliki pengikut yang banyak, hidup bersama di sungai Cimanuk tetapi tidak pernah akur. Karena Buaya Putih memiliki sifat tamak, ingin menang sendiri, sehingga ingin menguasai sepanjang aliran sungai dari hulu sampai muara sungai pantai utara Indramayu.

Dengan kecongkakanya, Buaya Putih memproklamirkan diri sebagai penguasa sungai, kemudian berseru kepada seluruh pengikutnya agar membuat danau raksasa dengan membendung Sungan Cimanuk.

Di danau ini, Buaya Putih akan menghabiskan hari-hari berbulan madu bersama putri dari Ratu Penguasa Pantai Utara. Seluruh pengikutnya, mulai dari komunitas kura-kura, biawak, ikan melaksanakan perintah Sang Penguasa sungai itu. Kecuali komunitas Keuyeup Bodas termasuk kepiting dan makhluk-makhluk kecil lainnya , menentang rencana pembuatan bendungan raksasa tersebut. Sehingga menjadi sasaran kemarahan Raja Sungai yang sedang dimabuk asmara.

Buaya Putih berseru kepada seluruh panglimanya, agar membunuh Keuyeup Bodas dan seluruh pengikutnya, dengan mengerahkan ribuan pasukannya. Namun tak satupun wadyabalad Keuyeup Bodas dapat ditangkap, rupanya sebelum pasukan Buaya Putih menyerbu, mereka sudah lebih dulu bersembunyi di tempat yang aman. Menganggap pasukan Keuyeup Bodas mengungsi ke tempat lain, maka dengan tenang wadyabalad Buaya Putih berbondong-bondong ke daerah Sanghyang Tikoro. Disanalah mereka menyatukan kekuatan, kemudian menghancurkan tebing-tebing kiri dan kanan sungai. Sanghyang Tikoro longsor. Bongkahan batu dan tanah menutup aliran sungai terjadilah genangan air membanjiri area sawah dan ladang.

Melihat kejadian tersebut, Wadya balad Keuyeup Bodas gerah Keuyeup Bodas menyerukan kepada seluruh prajuritnya agar menjebolkan penyangga air, karena akan mengancam keselamatan manusia. Seketika airpun surut, membuat Buaya Putih marah. Ia tahu gelagat buruk itu perbuatan Keuyeup Bodas, maka dengan geram ia menyerukan kepada seluruh pengikutnya agar menyerbu pasukan Keuyeup Bodas. Seruan itu ditentang oleh panglima perangnya, karena membasmi Keuyeup Bodas bukan pekerjaan mudah. Menaklukan mereka harus dengan cara rékaperdaya. Dengan akal yang sempurna mereka akan bertekuk lutut.

Akhirnya Buaya Putih menyerukan damai. Tetapi seruan itu tidak ditanggapi oleh Keuyeup Bodas, membuat Buaya Putih marah besar. Akhirnya terjadilah pertarungan, Keuyeup Bodas berhasil diroboh kan.

Sejak saat itu Buaya Putih bersumpah, selama bernyawa tetap akan membendung walungan Cimanuk. “Seandainya aku mati, rohku akan masuk ke dalam hati penguasa negara dan suatu saat orang-orang akan berdatangan, mereka adalah wakil-wakilku yang akan membendung sungai Cimanuk.”

Keuyeup Bodas menimpalinya, “Silakan jika bisa! Jawaban itu membuat Buaya Putih murka. Pada saat hendak membunuh tiba-tiba Keuyeup Bodas berganti wujud menjadi gumpalan cahaya putih melesat ke angkasa. Buaya Putih terkejut, kemudian menggerakkan badannya seketika berubah wujud menjadi gumpalan cahaya merah melesat ke angkasa mengejar cahaya putih. (AND-FOTO-FOTO AN-OMES)

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here