SENI.co.id – Sosok seniman pekan ini adalah penari asal kota Bandung. Ia adalah penari jebolan STSI (kini ISBI- Bandung). Namanya sudah tak asing lagi bagi kalangan penari tanah air. Sejumlah festival telah dia jajal.
Berikut adalah wawancara SENI.co.id dengan Penari yang sudah mencintai dunia tari sejak kecil. Lena Guslina alias Legus. Namanya bisa dibilang masuk dalam deretan penari kontemporer Indonesia saat ini. Lena mengakui dirinya bahwa dengan menari ungkapan semua kejujuran tersampaikan. Ia manari dan terus menari, meski sempat berhenti dalam beberapa tahun, namu ia kinikembali menari lagi.
Legus sejak masih kuliah rajin mengikuti festival tari kontemporer. Namun ia yakin akar bidaya tradisi masih kuat dalam membangun karyanua. Berikut kisahnya:
Konsep dalam berkarya seni tari Anda?
Konsep kekaryaan selama ini stimulannya dari dalam semisal suasana kebathinan: emosi tertentu, senang dan prihatin. Keteduhan dan keindahan ketika melihat bunga terompet maka menjadikan Tari ASA dengan inspirasi gaun tari yang berasal dari bunga terompet. Demikian pula situasi kegalauan saya diantara beberapa pilihan yang menginisiasi kekaryaan Ambigu serta Kutu Buku. Pada kekaryaan yang bertemakan lingkungan di inspirasi oleh fenomena alam dan kemasyarakatan semisal ekspolitasi alam sehingga menyebabkan pembakaran hutan, pemanasan global dan sebagainya bisa dilihat pada karya Desah Rimba.
Bagaimana proses dalam setiap karya yang dibuat da berapa lama?
Prosesnya relatif kadang 2 – 3 hari, terkadang bulanan karena proses pengendapan, analisa isue, riset ruang, tubuh dan lainnya.
Dengan karya-karya yang sudah dibuat apakah Anda sudah puas?
Masih belum puas lah.., banyak hal seperti gagasan tentang tema tertentu yang berkaitan pemilihan personal sebagai tim kerja, pengadaan property dan sebagainya yang belum memungkinkan.
Karya-karya Anda itu memiliki pola apa? Dalm imajinasi atau riil bisa dijelaskan?
Pola Imajinasi itu sudah pasti, apakah nantinya memiliki relevansi dengan realita terkini? Mangga saja tentunya tergantung tafsir dari masing-masing apresiator. Karena kekaryaan saya itu memungkinkan interpretasi kembali.
Adakah yang memberikan inspirasi selama berkarya?
Inspirator banyak, mungkin memiliki kedekatan dengan sejarah pertumbuhan dan keberadaan saya secara personal. Misalnya Bisa dari lingkungan pertemanan, keluarga, instalasi, film, fenomena alam.
Wawancara khusus ini merupakan Hak Ekslusif dari Seni.co.id (AHM) foto-foto: dokumentasi Legus