SENI.CO.ID — Pekan ini Redaksi Seni menurunkan puisi dari tiga penyair. Kali ini puisi penuh imaji simbol dan tentang kehidupan yang terjadi. Dari karya penyair ini kami sampaikan imaji tadi pada realitas nyata itu adalah warna keragaman. Selamat menyimak….
***
BAMBANG SUYATNO
NEGERI TANPA HATI
Panas mengeras di bibirmu Daunan rusuh kepanasan Sedangkan angin sembunyi di bawah kanopi Dan seorang lelaki melumuri diri dengan tinta hitam matahari Lagunya religi Tak mempengaruhi para pengemudi Dan pejalan kaki
2023
PELAJARAN BERHARGA
Panas yang meremas-remas Tak menjadikan Keringat semahal Harga minyak Kalau kebahagiaan tabu untukmu Kudoakan kau tak binasa oleh dahaga Meski terik terus menancapkan cakar Tapi istirahat siangmu di kedai kopi itu membuatku mengerti Derita ternyata hanya milik orang kaya Karena ternyata kau masih punya seabreg cara untuk tertawa Tanpa harus merampas harta
2023
—-
RHENOZ DHARMA LINGGAWASTU
KAMU SIAPA?
Kalian seperti sedang memainkan orkesta tanpa bentuk teratur tapi kasar dan lebih sadis dalam ruang baru pemain sedang memoles pemain lama tanpa partitur
Kamu siapa? Tak perlu tahu, aku lebih sedang menjadi aktor dari yang pernah ada aku sedang jadi konduktor yang lebih gila dari yang pernah ada juga dan aku adalah yang sedang pimpin orkestra simponi tanpa partitur tadi
Oh itu jawabannya, apakah semua akan baik?
Tak perlu bertanya itu sedang kita mesti tahu jadi tak perlu debat panjang Pemain lama sedang mentas juga tapi banyak bertanya apakah tetap atau cadangan akan datang?
Jadi sedang kamu? Masih memainkan cara lama tapi lebih mengolah dramaturgi baru yang katanya dunia M & Z
Oh jadi kamu iu Siapa?
…………….
Bandung, Oktober 2023
—–
IGNAS N. HAYON
BUKAN BUMI
Tuan
Di kaki langit yang paling timur
Tanya dari kerapuhan dilantunkan
Sampai kapankah kemarau menguji setia ini
Panas menyusutkan mata air
Bias fatamorgana menjadi cermin bagi layunya dedaunan hijau
Di sawah, di ladang dan di hutan angin meniupkan keresahan
Gugur, Meranggas, tandus lalu berserakan menjadi keluh
Kepada langit hujan tak sempat tiba untuk perut yang meratap lapar
Kepada laut gelap awan tak sempat menjadi mendung
Kepada musim bukan cuaca menghalangi berkat
Hanya saja bumi telah lelah setelah rumah kaca teguh merawat serakah.
Flores, 10 Oktober 2023
GENERASI Z
Akhir-akhir ini memasuki generasi z
Senja terlihat lebih moderen di bawa langit kota-kota besar
Lu, Gue, nyokap dan bokap
Menjadi pemandangan yang sering aku amati
Begitu indah berjejer pada lekukan bibir yang bergiang riang dalam tren
aku kagum kata gaul meski tak paham
Di tengah keramaian aku mencoba mencari kata kizanak
Mungkin saja ada yang menuliskannya di koran-koran bekas yang terbuang
Atau barangkali tertera di LED Name Badge di setiap sudut jalan
Nyatanya tak ada di sini
Ini pencapaian maha bahasa dari sifat dinamis
Yang tak mau dikatakan kolot atau ketinggalan zaman
Sungguh betapa kreatifnya mencintai negeri ini
Semua indah dalam Keragaman yang penuh respek
Masing-masing orang sibuk dengan dirinya
Bersepeda, bermotor dan bermobil
Tak ada sapa, tak ada salam
Tak ada kata mari sebentar
sekedar meneguk segelas air putih
dari panasnya langit siang
Di beberapa tiang bertuliskan toko elektronik
Tak lagi ku dengar bocah-bocah menyantuni kata Ndoro, Romo, Den dan Mbak
Semuanya serba baru dengan pemandangan yang
Membentang sepanjang gadget
Game, dan beberapa miniatur kecerdasan buatan
Begitu indah, dan lumrah meski kadang moral dan norma dipelintir untuk kepuasan semata
Di sini semuanya kelihatan
Bahkan tabu dan dosa menjadi kata yang tak berarti
Begitulah cara menikmati senja di tempat ini
Di pinggiran lampu merah
Seorang gadis dekil mengapit buku bersampulkan MULOK
Dengan sub judul Budi Pekerti 1990
Aku teringat ketika kembali
Di desa terpencil aku rayakan senja bersama teman sepermainan
Kata-kata lebih teduh
Budi bahasa erat menyejukkan sukma
Kakang disambut si Eneng yang jatuh cinta
Jauh sebelum tata krama dinilai norak dan kampungan
Flores, 11 Oktober 2023
Bambang Suyatno, lahir di Bandung, 4 Pebruari 1972. Puisinya pernah dimuat di harian umum pikiran rakyat, majalah sastra horison, majalah SENI kanal budaya Jakarta. Puisinya dibukukan dalam antologi nafas gunung (puisi bersama) dan nyanyian Corona (tunggal). Kini tinggal di Cimahi.
RHENOZ DHARMA LINGGAWASTU atau dikenal Rhenoz Dharma adalah penyair, penulis dan kerja di sebuah lembaga konsultan. Ia menulis sebagai rasa luapan makna dan sedang siapkan buku Antologi puisi. Tinggal di Bandung
Ignas N. Hayon, lahir pada tanggal 15 Januari 1993. Dia adalah seorang penikmat dan pencinta sastra. Buku pertama berjudul ENIGMA.
Catatan:
Media SENI.CO.ID akan menerbitkan puisi-puisi karya penyair yang kirim ke redaksi melalui email: redaksiseni@gmail.com atau redaksi@seni.co.id. Adapun puisi yang dimuat akan mendapat honorarium yang diterima penulis puisi, dikirim setelah puisi dimuat. Honorarium berupa dana yang akan di transfer sesuai jumlah puisi yang dimuat dan pasti akan dikasih bonus kopi asli pilihan. Terima kasih.
REDAKSI