Home Bahasa Puisi Acep Iwan Saidi, ...

Puisi Acep Iwan Saidi, DI SEMERU

0

DI SEMERU

Di Semeru, embun membeku. Di bawah cuaca yang tak bertenaga, kelopak daun kol menjadi batu. Dingin mengeras. Dan akar-akar pohon terkunci di balik tanah yang rapat berselimut. Embun tertahan di dahan.

Di ibu kota, suhu menyelinap ke balik ruang yang kian pengap. Tidak ada yang tampak dari jendela, kecuali asap knalpot yang merambat pada tiang listrik.

Tertulis pada sebuah harian ilegal. “Para juru peta telah berdiri, membalikkan badan. Sedangkan hadirin dipersilakan duduk”.

Di Semeru embun membeku. Mungkin karena di ibu kota hanya ada asap. Dan entah kemana perginya para juru peta. Kita hanya diminta duduk.

Baiklah, kita menunggu kabar dari langit. Barangkali besok embun bisa pulang ke balik akar, barangkali masih ada sebuah musim yang lain.

Jakarta, sebuah kamar hotel dan berita pagi, 29/06/19

***

Acep Iwan Saidi (AIS), lahir di Bogor, 9 Maret 1969. Tamat sekolah terakhir di S3 Seni Rupa ITB, tahun 2007. Kini mengajar di FSRD ITB. Bidang yang digeluti (kepakaran) Semiotika (seni, desain, dan kebudayaan termasuk di dalamnya politik).  Menulis buku, antara lain, Desain, Media, dan Kebudayaan (Buku Referensi, 2017),  Surat Malam Untuk Presiden (Kumpulan Status di Facebook, 2014), Tuhan, Kamu, dan Cinta (Antologi Puisi, 2012), Mendesain Penjara (Antologi Esei Desain dan Kebudayaan, 2011), Metode dan Strategi Efektif Membaca Karya Seni (Buku Referensi, 2009), Narasi Simbolik Seni Rupa Indonesia ( Buku Referensi, 2008), Mengapa Saya, Bukan Aku (Antologi Esei Bahasa dan Budaya, 2008), Aura Waktu, 50 Th ITB (Ketua Tim Penulis), (2009), Notasi Pendosa (antologi puisi, 2007), dan Rindu (antologi puisi, 2017). Aktif meneliti, menulis di media massa, pembicara pada berbagai seminar, dan narasumber media elektronik (televisi).

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here