Acep Iwan Saidi
Anugerahkan kepadaku surgamu, sebab dengan cara itu aku dapat bertemu denganmu. Anugerahkan kepadaku pahalamu, sebab dengan itu aku mendapat ridhamu. Aku merindukan surga dan pahalamu, sebab dengan itu engkau akan memanggilku, jiwa yang berenang di telaga. Aku tidak mencatat musuh-musuhmu, sebab catatanmu jauh lebih sempurna dari sekedar sajakku. Tapi, aku ingin engkau tidak berhenti menambah kata untuk puisiku, kalimat-kalimat yang terus menemaniku untuk bersujud kepadamu.
Perjalananku menuju surgamu adalah langkah kerinduanku kepadamu. Barangkali aku hanya akan menemukan jejak, tapi jejakmu adalah tanda bahwa engkau meninggalkan petunjuk untukku. Bahwa tidak terukur dosaku, sedangkan kesetiaan dan kasihmu adalah janji yang tidak pernah diingkari. Aku memburu pahalamu, hingga remuk tulang-tulangku, hingga ke penghabisan langkahku. Akulah pedagang yang berjalan di padang-padang tandus, tidak akan pernah putus niatku untuk menggapai bukit laba, yakni pahalamu. Akan aku gunakan segala cara, untuk sampai kepada kasihmu, hingga engkau alirkankan seluruh sungai surgamu ke dalam darahku.
Aku mendengar kerikil yang terus berdzikir kepadamu di sepanjang perjalananku. Aku melihat pucuk-pucuk mahoni bersujud kepadamu di setiap tikungan pengembaraanku. Aku menyaksikan iringan semut yang terus bertasbih untukmu pada setiap langkahku. Aku bersaksi atas bukit-bukit yang terbelah memanggil-panggil namamu. Aku merasakan bumi bergetar bertahmid kepadamu. Tidak ada sebutir debu pun yang luput dari tidak memujimu. Maka akan terus aku seret tubuhku untuk sampai di pintumu. Aku ingin seluruh sendiku mengetuk, dan masuk, ke dalam cintamu.
Aku hanya punya satu jalan, menuju ke dalam supermarket pahalamu saja. Tidak ada lagi yang bisa marayuku. Tidak ada yang dapat menghadangku dari kanan, tidak dari kiri. Tidak ada yang dapat mencegatku dari depan, tidak ada yang kuat menikam dari belakang. Tidak ada yang mampu menyelinap ke dalam kepalaku, tidak ke dalam hasratku. Aku akan terus berlari tidak peduli. Aku menolak segala undangan, segala perbincangan. Telah hilang segala ketakutan, segala duka, segala putus asa. Aku tenggelam dalam doa, dalam bahagia.
Bandung, 2 Ramadhan 1440H/ais