SENI.CO.ID – Menanggapi pertanyaan wartawan terkait pembredelan pameran lukisan tunggal Yos Suprapto di Galeri Nasional, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengungkapkan bahwa perjalanan penyelenggaraan pameran tersebut sudah melalui proses Panjang dan melalui komunikasi dengan kurator.
“Di dalam pameran itu ya yang berkuasa ebenarnya adalah kurator. Kurator itu sudah bekerjasama dengan senimannya dan memilih tema tentang kedaulatan pangan. Di dalam proses akhirnya, ternyata ada beberapa lukisan yang tidak sesuai tema. Bahkan kurator itu sudah mendiskusikan itu dan tidak sependapat,” ujar Fadli Zon.
Menurut informasi yang diterimanya Fadli Zon mendengar bahwa seniman itu malah memasang sendiri lukisan-lukisan yang tidak disetujui kurator tersebut.
“Menurut kurator tidak pas dengan tema. Mungkin motifnya politik, bahkan mungkin motifnya makian pada seseorang. Kemudian ada juga yang telanjang. Sedang bersetubuh dengan memakai topi yang memiliki identitas atau afilitas budaya tertentu,seperti topi jawa, atau raja Jawa, atau raja Mataram. Itu kan bisa membuat ketersinggungan orang, bahkan masuk kategori sara. Jadi kita tidak ingin ada hal-hal seperti itu,” imbuhnya.
Menurut Fadli Zon, dirinya sangat mendukung kebebasan berekspresi tapi kebebasan berekspresi jangan sampai melampaui batas kebebasan orang lain.
“Jadi tidak ada bredel. Itu kurator yang menentukan. Kita juga baru tahu belakangan. Nanti ke depan akan kita upayakan lebih rapi lagi proses pengkurasian itu. Jadi tidak ada pembredelan atau pembungkaman. Kita mendukung kebebasan berekspresi tapi ya itu tadi ada batasnya, kalau temanya soal kedaulatan pangan kok ada nginjek-injek orang, kok ada penghinaan terhadap atribut budaya tertentu, atau tidak senonoh tadi, itu kan ada batasnya,” tegasnya.
Terkait penyataan Menteri Kebudayaan tersebut, sang pelukis, Yos Suprapto menyesalkan karena Fadli Zon yang tidak pernah melihat sendiri lukisan tersebut.
“Fadli Zon tidak pernah melihat sendiri. Ia hanya menerima laporan dan mungkin ditunjukkan gambarnya. Ia tidak pernah melihat seperti apa aslinya dan dia tidak pernah berdialog dengan senimannya. Saya dibilang memaki-maki, lukisan yang saya gambarkan itu memang lukisan yang menyatakan penguasa, Raja Jawa yang kakinya bertumpu di atas punggung rakyat kecil. Apakah itu merupakan simbol, menyindir atau marah? Tidak. Itu adalah fakta objektif yang saya rangkum untuk menggambarkan kondisi sosial dan budaya saat ini. Jadi itu adalah karya seni. Bukan ungkapan politik,” jelasnya.
Menurut Yos kalau Fadli Zon menilai bahwa lukisannya itu adalah ungkapan politik yang tendensius berarti Fadli Zon tidak paham Bahasa seni atau bahasa budaya.
“Lebih baik dia tidak jadi, tidak perlu lagi jadi Menteri Kebudayaan,” pungkasnya kecewa.|WAW-SENI
Sponsor