Home EKONOMIKREATIF Stories After Sunset: Teman Bagi Siapa Saja Setelah Hari Yang Panjang

Stories After Sunset: Teman Bagi Siapa Saja Setelah Hari Yang Panjang

0
Poster Hearing Session Fay Fairus

Loading

SENI.CO.ID – Bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Rabu, 15 Januari 2025, Singer/songwriter dan storyteller Fay Fairus telah merilis album debut pertamanya yang diberi tajuk “Stories After Sunset.” Tak hanya sekedar merilis album ini saja, Fay Fairus juga menggelar hearing session di Queens Head, Kemang, Jakarta.
Stories After Sunset adalah album berkonsep (conceptual album) yang unik dan kuat. Fay menciptakan sebuah album berisi delapan lagu—enam lagu orisinal, dan dua lagu dwi- bahasa—yang memiliki benang merah dari lagu pertama hingga lagu terakhir. Stories After Sunset adalah sebuah album yang cocok didengarkan kala senja, menemani para penikmat musik untuk rehat setelah melewati hari yang panjang.
“Di album Stories After Sunset, aku ingin menciptakan sesuatu yang bisa menjadi teman bagi siapa saja setelah hari yang panjang—teman yang menemani mereka merenung, tersenyum, atau bahkan hanya diam menikmati momen langit yang berubah warna,” jelas Fay.
Album debut musisi kelahiran Madiun yang tumbuh dewasa di Sidoarjo ini juga menjadi istimewa karena selain seluruh lagu diciptakan dan diaransemen oleh Fay, ada peran Rishanda Singgih sebagai produser dan mentor dalam proses kreatif penciptaan album. Rishanda Singgih adalah produser dan music director ternama yang pernah bekerja sama dan memproduksi single dengan para musisi masyhur Indonesia seperti Andien, Marcell dan Radhini (juga terlibat dalam produksi album). Dalam kariernya sebagai music director, Rishanda mencatatkan kesuksesannya di konser dan music show seperti Raisa’s “GBK Concert”, Afgan’s “Live in KL” & “Konser Dekade”, Andien’s “Metamorfosa” concert, Marcell’s “Once in a Lifetime Live in KL”, Pagelaran Swara Gembira dan masih banyak music show lainnya.
Stories After Sunset menjadi conteptual album yang indah tak tepermanai karena Fay dan Rishanda menjalani proses kreatif penciptaan yang cukup lama yaitu enam tahun. Sejak 2019 Fay dan Rishanda banyak berdiskusi tentang konsep lagu, mengaransemen ulang beberapa komposisi, hingga menentukan narasi emosional yang ingin disampaikan di setiap lagu. Rishanda tidak hanya bertindak sebagai produser, tetapi juga mentor yang sabar. Ia membantu menyempurnakan setiap elemen, mulai dari melodi, harmoni, hingga eksplorasi ide lain yang lebih matang.
“Saat proses rekaman, Mas Rishanda membiarkanku untuk menjadi diri sendiri. Ada momen-momen di studio yang penuh eksperimen—mulai dari sesi impromptu dengan para musisi, menambahkan lapisan vokal harmonis, hingga memutuskan elemen perkusif yang memberikan warna unik pada lagu. Beliau selalu memastikan bahwa emosi di setiap lagu tetap terasa autentik dan jujur ini hal yang paling aku syukuri,” terang Fay.
Sebagai produser, Rishanda Singgih memberikan kebebasan penuh pada Fay untuk mengeksplorasi banyak kemungkinan pada lagu-lagu di album Stories After Sunset. “Lagu Fay itu kekuatannya ada di lagunya, liriknya, dan melodinya, lirik dan melodinya pasti saling berkaitan karena paham melodinya begitu karena liriknya begitu. Aku penginnya buat musiknya itu gimana caranya si cerita dari lagu itu nyampe ke yang dengar gitu jadi enggak perlu ribet dengerin aransemen dan lain-lainnya, jadi musiknya itu mendukung si lirik dan melodinya itu, itu yang aku pikirin dari pertama kali aku dengar lagu-lagunya,” jelas Rishanda.
“Bekerja dengan Mas Rishanda tidak hanya memperkuat musikalitasku, tetapi juga memberiku kepercayaan diri sebagai seorang seniman khususnya karena ini album pertamaku. Beliau mengajarkan bahwa musik tidak hanya soal teknis, tapi juga tentang menyampaikan perasaan yang tulus kepada pendengar,” ujar Fay.
Buah dari nyantrik pada Rishanda Singgih ini menjadikan Fay mampu menyampaikan perasaan yang tulus kepada pendengar dalam delapan lagu yang ia gubah. Dari segi teknis musik, alih-alih menghadirkan keriuhan instrumen atau bentuk musik elektronik yang tengah digandrungi penikmat musik, Fay memilih untuk menyajikan musik akustik yang eklektik berupa padu padan dari olah suaranya yang berkarakter dan berbagai instrumen akustik seperti piano, gitar, klarinet, hingga string section berupa biola dan cello.
Stories After Sunset adalah pengejawantahan dari perasaan Fay yang kadang mengalami naik dan turunnya hidup. Fay menggubah Stories After Sunset dengan tujuan agar para pendengar dapat menjadikan album ini sebagai sahabat mereka. Sahabat yang bisa mengingatkan bahwa hidup terkadang memang berat, dan album ini adalah sahabat yang akan selalu hadir menemani pendengarnya merenung, menikmati momen hening, melakukan refleksi, dan kembali menjadi manusia yang bahagia seutuhnya.
Album berdurasi 33 menit 43 detik ini dibuka dengan “Permata”, lagu mengenai pencarian kekuatan dan keindahan diri, seperti permata yang tercipta dari kondisi yang jauh dari ideal. Vokal Fay yang khas dibalut dengan genjrengan dan petikan gitar akustik yang manis, serta liukan suara klarinet yang membius. Kehadiran klarinet menjadikan lagu ini istimewa karena di Indonesia jarang sekali ada lagu yang ada bunyi klarinetnya.
Lagu kedua “Tentang Cinta” merupakan sebuah eksplorasi yang menyentuh dari berbagai wujud cinta, dari hubungan cinta yang romantis hingga cinta pada diri sendiri. Melalui lagu ini Fay mengajak para pendengar untuk memahami cinta bukan sekadar terhadap kekasih, tapi juga cinta secara universal seperti cinta platonik antara dua sahabat, cinta pada keluarga, dan cinta pada segala hal lainnya. “Tentang Cinta” sebelumnya telah dirilis sebagai single dan video-klipnya dapat disimak di YouTube.
HearingSession_FayFairus
Sebagian besar lagu dalam album ini bernuansa akustik dengan olah suara Fay dan jalinan melodi dan harmoni dari piano, gitar, klarinet, biola, hingga cello. Terkecuali satu lagu “The Little Things Matter” yang lebih nge-beat dengan entakan perkusif dan ritmis dari drum dan bass. Album ini menggabungkan elemen strings dan akustik, yang sebagian besar diaransemen dan direkam dengan cara konvensional (tidak hanya secara digital). Pembuatan album ini juga melibatkan lebih dari 20 musisi untuk menambah makna, warna, dan nuansa pada lagu-lagunya.
“Di albumnya Fay ini memang cukup banyak musisi yang terlibat, dan aku sama musisi-musisi ini pun aku juga memberi kebebasan untuk beride, itu pun si Ava yang buat strings itu juga aku kasih ke dia kebebasan, memang ada line-line strings yang aku pengin bikinin di guide gitu “harus ada ya Va, sisanya lo tulis sendiri aja!” gitu, loh. Jadinya memang banyak sekali kolaborasi di album ini, termasuk ide-idenya Fay juga ketika pre-production itu jadi, itu juga masuk juga gitu,” jelas sang produser Rishanda Singgih.
Semua lagu dan lirik dalam album Stories After Sunset ditulis oleh Fay Fairus, menghadirkan tidak hanya suara tapi juga kisah. Hal ini menekankan bahwa Fay hadir bukan hanya piawai sebagai singer/songwriter, tapi juga sebagai penulis atau storyteller.
Kisah hidup Fay sendiri juga menarik dan inspiratif. Meski lahir di Madiun, Fay menghabiskan masa kecilnya di Sidoarjo. Fay lahir dari bapak dan ibu yang bermain musik, jadi ia sudah familier dengan musik sejak masih kecil. Fay menulis lagu pertamanya bersama dengan sang ayah. Ia karib dengan lagu-lagu Chrisye atau Elfa Secioria. Bagi Fay musik adalah “napas keduanya”. Kecintaan Fay pada musik menjadikannya ingin belajar piano klasik. Namun, kala menetap di Madiun ia belum bisa belajar karena tidak ada tempat kursus piano. Kesempatan belajar datang ketika ia bersama keluarga pindah ke Sidoarjo.
“Saat pindah ke Sidoarjo, akhirnya ada tempat les piano ketika aku kelas 5 SD. Meski begitu, keluarga harus cukup berjuang membiayainya, dan aku bahkan tidak punya piano di rumah. Jadi, aku sering minta izin untuk latihan di ruang kosong tempat les di luar jadwal kursusku. Kesempatan besar datang ketika aku mewakili Jawa Timur dalam kompetisi piano klasik di Gedung Kesenian Jakarta. Masuk sebagai salah satu dari 10 terbaik di kategori tersebut membuatku semakin yakin untuk mendalami musik,” ujar Fay.
Kesempatan besar untuk makin mendalami musik datang saat Fay memperoleh beasiswa pertukaran pelajar ke Ohio, Amerika Serikat saat duduk di bangku kelas 2 SMA. Di sana Fay belajar lebih banyak tentang musik dan teater. Di akhir tahun 2011, ia lulus dari Thomas Worthington High School dengan tambahan pengalaman dan wawasan yang luar biasa.
Selepas menamatkan pendidikan SMA, Fay sempat khawatir apakah bisa meneruskan kuliah dengan pertimbangan kondisi finansial keluarga. Namun, sambil mendaftar SBMPTN, Fay juga mencoba berbagai beasiswa internasional. Pada akhirnya ia diterima kuliah dengan beasiswa penuh di dua kampus yang dulu hanya bisa ia impikan, yaitu New York University (NYU) dan NYU Abu Dhabi.
“Di NYU, aku mengambil beberapa jurusan sekaligus—Political Science, Business, dan minor di Music dan Film. Ini adalah keputusan yang berat, tapi aku tahu ini yang aku inginkan. Awalnya, aku sempat merasa seperti impostor. Kota New York terasa begitu besar, dan aku seperti ‘kecil’ di tengah orang-orang yang begitu berbakat. Namun, pengalaman itu justru membentukku. Salah satu momen paling berkesan adalah saat aku menulis lagu “The Little Things That Matter.” Lagu ini lahir dari refleksi saat aku merasa kecil dan tidak yakin pada diriku sendiri. Tapi kemudian aku sadar, dunia ini dibangun oleh hal-hal kecil yang dilakukan dengan konsistensi. Fokus pada langkah-langkah kecil itulah yang akhirnya membawaku ke solusi dan pencapaian besar,” papar Fay.
Kisah hidup Fay Fairus yang berawal dari mimpi besar di Sidoarjo, berpindah ke Amerika Serikat karena memperoleh beasiswa belajar penuh, hingga kemudian kembali ke tanah air dan menciptakan lagu-lagu di album Stories After Sunset dapat menjadi pelajaran berharga untuk semua orang. Bahwa kita harus terus semangat dan teguh dalam pendirian ketika ingin mengejar mimpi. Selain itu kita juga harus mau membuka diri pada pandangan-pandangan baru, budaya baru, kebiasaan baru, dan hal-hal baru untuk dipelajari. Persis seperti yang Fay alami ketika ia menetap di Amerika Serikat.
“Belajar di Amerika bukan hanya mengubah cara pandangku terhadap musik, tetapi juga hidup. Musik bukan sekadar melodi atau lirik, tapi medium untuk menyampaikan cerita, membangun koneksi, dan membawa perubahan—dan itu yang terus aku usahakan sampai hari ini,” pungkas Fay. |WAW-SENI
Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here