Home EKONOMIKREATIF Sebuah Film Berjudul “Merit System Omon-Omon”

Sebuah Film Berjudul “Merit System Omon-Omon”

0
ig@ifanseventeen
ig@ifanseventeen

Loading

Sebuah Film Berjudul “Merit System Omon-Omon”

Oleh: Wahyu Ari Wicaksono, Storyteller
“Sejarah berulang dua kali, pertama sebagai tragedi, kedua sebagai lelucon.” – Karl Marx.
Dan kali ini, sejarah perfilman nasional kita sedang mengalami fase keduanya: sebuah lelucon. Setelah sekian lama berjuang melawan sinetronisasi BUMN dan nepotisme berbumbu patriotisme, kini industri film nasional mendapatkan plot twist yang bahkan Hollywood pun tak mampu menulisnya: Ifan Seventeen, seorang vokalis band, kini menjadi Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN).
Bagi yang kaget, tenang. Ingat kata-kata Albert Camus, “Manusia selalu terkejut dengan absurditas, padahal absurditas adalah bagian dari rutinitas.” Memang, jika kita hidup di negeri ini cukup lama, kita akan mengerti bahwa meritokrasi adalah teori yang hanya masuk ke kurikulum, tapi tak pernah masuk ke meja pengambilan keputusan.
Sebagian orang bertanya-tanya, “Apa rekam jejak Ifan di dunia perfilman?” Lalu ada yang menjawab, “Dia pernah jadi produser beberapa film.” Oke. Dengan logika yang sama, jika seseorang pernah memasak mie instan, apakah ia layak menjadi Chef Eksekutif di restoran Michelin?
Mari kita berandai-andai. Jika Prancis menunjuk David Guetta sebagai CEO Cannes Film Festival karena dia jago nge-DJ, atau jika Amerika Serikat menunjuk Taylor Swift sebagai Ketua Academy Awards hanya karena dia bisa bikin film pendek dari lagunya, dunia mungkin akan tercengang. Tapi di Indonesia? Ah, ini hanya hari biasa dalam komedi bernama “demokrasi”.
Keputusan ini lebih terasa seperti bonus kampanye ketimbang strategi bisnis. Publik tahu betul bahwa Ifan Seventeen bukan sekadar seniman, tapi juga loyalis di barisan Prabowo-Gibran saat Pilpres. Dan di negeri ini, balas jasa lebih sakral dari sekadar keahlian. Kata Machiavelli, “Politik tidak ada hubungannya dengan moral.” Dan tampaknya, hal itu juga berlaku dalam dunia perfilman BUMN kita.
Prabowo pernah menjanjikan sistem berbasis prestasi atau merit system. Namun nyatanya, ini lebih mirip merit system yang dimodifikasi, di mana meritokrasi itu ada—asal yang diberi kesempatan adalah bagian dari tim sukses. Jika ini dibiarkan, mungkin suatu hari kita akan melihat Raffi Ahmad sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, Atta Halilintar sebagai Kepala LIPI, dan Denny Caknan sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Ifan Seveteen dalam Kampanye Pilpres | IST
Ifan Seveteen dalam Kampanye Pilpres | IST
Plato pernah berkata, “Kota akan baik jika dipimpin oleh mereka yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan.” Namun di sini, tampaknya kita lebih percaya bahwa “kota akan baik jika dipimpin oleh mereka yang banyak followers-nya.”
Namun, jangan pesimis. Kita bisa melihat ini sebagai eksperimen. Mari kita saksikan apakah PFN di tangan Ifan Seventeen akan menghasilkan film-film berkualitas atau malah berubah menjadi label rekaman baru. Mungkin, di bawah kepemimpinannya, PFN akan memproduksi film-film epik seperti Lagi Syantik: The Movie, Dut Dut Dut: Rise of Koplo Empire, atau mungkin Konser Akbar Balas Jasa: The Musical.
Ah, negeri ini memang tak pernah kekurangan humor. Seperti kata Samuel Beckett, “Tidak ada yang lebih lucu daripada ketidakmampuan manusia untuk belajar dari kesalahan.” Dan kita semua adalah penonton setia dari panggung absurditas ini. Selamat menikmati film baru kita, kawan-kawan!” []
Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here