Home DIALOG Dialog dengan Tatang Ramadhan Bouqie: Dunia Seni Rupa Penciptaan adalah Kebebasan

Dialog dengan Tatang Ramadhan Bouqie: Dunia Seni Rupa Penciptaan adalah Kebebasan

0
Tatang Ramadhan Bouqie foto: ivystore.wordpress.com

Loading

SENI.co.id – Karya-karyanya penuh keceriaan warna dan liar. Seniman yang satu ini bukan sekadar memiliki talenta yang standar, dia lebih memiliki kekuatan diluar pikiran umum.

Adalah  Tatang Ramadhan Bouqie dalam dunia seni rupa Indonesia kita sudah mulai diperhitungkan. Sejak Pameran runggal di Galery Cemara dan belum lama ini di Galeri Nasional disainer grafis dan ilustrator ternama ini mulai mengemuka. Seniman kelahiran Bandung yang pernah menjadi illustrator sejumlah media besar seperti Majalah Tempo, Matra, Editor dan terakhir bekerja sebagai direktur kreatif Media Group ini pernah meraih Indonesia art Award Competation 2010. Ia juga pernah menjuarai poster teater dunia dalam lakon Introgasi karya Arifin C. Noer.

Sebagai seniman independen Bouqie memiliki sudut pandang yang luar biasa untuk dinamika respon karyanya. Kegelisahan yang bergairah dalam menerapkan ide dalam ruang karyanya tidak dapat dilihat hanya dari satu sisi.

Media SENI.co.id  berhasil mewawancarai seniman kelahiran 11 Mei 1953 dan inilah kisahnya apa saja proses kreatif seniman rupa masa depan ini. Berikut petikannya:

“Teater dari Saluran 99″, panel 1, 2, 3, dan 4. Courtesy of Tatang Ramadhan Bouqie.

Bisa disampaikan konsep dalam berkarya Anda?
Menuangkan catatan, suara hati, memberi respons atau pernyataan pribadi saya terhadap adab, budaya dan perilaku yang ditampilkan manusia di dalam menjalankan roda kehidupannya. Mencakup cita-cita, pergulatan, harapan, idealisme serta ambisi-ambisinya. Termasuk, cara, upaya dan pola-pola apa yang dilakukan dalam rangka mencapai dan merealisasikannya. Saya berpikir, dunia berputar dan peradaban manusia bergerak, berputar dan berkembang secara cepat. Saya merasa ingin mengikuti, dan terlibat dalam pusaran dahsyat itu, terutama dengan tindakan mencatat dan mengarsipnya.
Dan, karena fokusnya ke arah itu, saya merasa,juga, harus punya jarak, agar saya dapat melihat dan merasakannya dengan jernih dan rasional. Jadi, sebagai konsekuensi dari konsep seperti itu, saya mau tak mau harus melakukan tindakan : Masuk ke dalam pusaran agar bisa berpartisipasi secara praktis dan konkrit, tetapi, kemudian ke luar lingkaran supaya saya bisa mengkaji, mengevaluasi, merenungkannya, lalu, merespons dan mencoba menarik kesimpulan-kesimpulan secara kritis, dan, merumuskannya menjadi sebuah ceritera. Lantas, menuliskan alias melukiskannya secara visual di atas lembar kanvas-kanvas saya.
Berapa lama proses dalam setiap karya yang dibuat, apa inspirasinya?

Saya berkreasi: Tidak menunggu inspirasi, tetapi, memburunya. Saya tidak tergantung mood, tetapi, saya menciptakan dan membangunnya.  Persiapan yang saya lakukan untuk bisa mulai mengerjakan karya, adalah seperti berikut:
Menginventarisasi catatan, melakukan pemilahan, melakukan semacam editing lalu, mengelompokkannya dalam skala-skala peran dan eksistensinya, antara lain, utama, pendukung dan pelengkap. Lama waktu pengerjaan karya sangat relatif. Mulur-mengkeret, hal itu terjadi antara lain, karena catatan atau ceritera yang yang saya susun selalu berdasar fakta-fakta mutakhir, jadi, di dalam kerangka bangunan cerita yang telah dianggap final, pun, selalu saya siapkan semacam pintu-pintu darurat yang memungkinkan catatan atau peran baru masuk. Atau beberapa bagian cerita dan peran saya keluarkan lagi, karena, misalnya, saya anggap kadaluarsa. Sedikit pegangan waktu bagi saya dalam pengerjaan karya kalau hal itu dikaitkan dengan produktifitas, saya menerapkan pola bekerja seperti kantoran, yaitu, bahkan 6:1 dan 7:0 dalam 1 minggu. Dan, standard minimal 8 jam, maksimal 12 jam saya bekerja di studio.

Bagaimana Anda melihat karya-karya yang sudah dibuat apakah sudah puas?
Saat sebuah karya selesai dikerjakan, ada rasa puas, tetapi, lebih merasakan kelegaan, karena, merasa ada sedikit yang berkurang di rongga dada. Dan, saya memberi ruang dan waktu, walsu tak banyak, untuk menikmati suasana itu., karena, segera setelah itu, saya harus segera melakukan evaluasi yang menyeluruh atas hasil kerja itu. Kemudian, saya harus bergegas, menyiapkan fisik dan mental untuk berhadapan dan melakukan pertarungan baru dengan bidang kosong, kanvas baru.
Karya-karya Anda itu memiliki pola naratif naif atau dunia lain dalam imajinasi yang liar. Bisa dijelaskan?

Walau, tentu saja ada batasannya, dalam menjalani dan melakukan perambahan, penjelajahan, petualangan dan tamasya di belantara seni rupa, saya benar-benar menciptakan, menerapkan, memanfaatkan dan menikmati suasana bebas.
Saya selalu menganggap inti bergerak di dunia seni rupa, dunia penciptaan adalah: Kebebasan.
Saya meyakini, kebebasan berpikir atau mencipta akan melahirkan sesuatu yang baru. Yang belum ada. Atau, paling tidak melahirkan alternatif-alternatif dari hal apa pun yang pernah ada dan ditemukan. Jadi, presentasi wujud, rupa, warna dan ceritera yang ingin saya tampilkan di atas kanvas saya adalah hal-hal baru atau, yaa, paling tidak, adalah alternatif-alternatif dari apa yang sudah ada. Kebebasan yang mengarah pada keliaran dalam berimajinasi dan menuangkannya dalam karya di atas dasarnya, terutama karena, sejak awal saya sudah menetapkan posisi lahir dan batin saya, bukan sekadar di ruang kecil planet bumi ini. Saya selalu menjaga kesadaran, bahwa, saya berdiri di maha luas alam jagad raya. Galaksi berjuta galaksi langit.  Lagi pula, saya selalu bergairah, berkelana di alam fisik yang riil dan alam non-fisik yang sangat khayali.

Siapa inspirasi selama berkarya?

Inspirasi utama dalam konsep-konsep karya seni rupa saya adalah: Manusia, dengan segala ide, cita-cita, harapan, mimpi dan ambisi-ambisinya dalam kesadarannya pula sebagai makhluk utama, paling mulia dan berkuasa di muka bumi ini.
Praktika-praktika yang dilakukannya beragam-macam: Dari perilaku yang dianggap biasa dan luar biasa. Normal dan abnormal. Terbuka dan tersembunyi. Kebenaran dan kepalsuan. Kejujuran dan kebohongan. Kebaikan dan kejahatan.
Kepiawaiannya untuk beralih-alih rupa dan peran, sangat istimewa. Semua bisa berkelindan dengan menerbitkan rasa takjub, mengagumkan, tak masuk akal. Membuat saya terkesima dan seringkali, mencemaskan.***(MA/SENI.co.id)

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here