Home COMMERCIAL ART Jakarta Brandbook: Akankah Berganti dari Kota Kolaborasi ke Kota Si Doel?

Jakarta Brandbook: Akankah Berganti dari Kota Kolaborasi ke Kota Si Doel?

0
Jakarta BrandBook 2020-2023

Loading

Jakarta Brandbook: Akankah Berganti dari Kota Kolaborasi ke Kota Si Doel?

Oleh: Wahyu Ari Wicaksono
Storyteller, Analisis Seni Komersial dan Pencitraan

Jakarta, oh Jakarta! Kota yang lebih sibuk dari warteg jam makan siang, lebih padat dari angkot di Senen, dan lebih penuh drama daripada drakor 1000 episode. Di Jakarta ini, baru saja kita menyaksikan pesta demokrasi untuk menentukan suksesi kepemimpinan yang menarik. Dari Anies Baswedan yang memperkenalkan Jakarta sebagai City of Collaboration, dilanjutkan sebentar oleh PJ Gubernur yang ditunjuk pemerintah, dan kini tampuk kepemimpinan segera beralih ke duet Pramono Anung (Mas Pram) dan Rano Karno (Bang Doel) yang berhasil memenangkan Pilkada secara mengejutkan. Nah, pertanyaannya, “Akankah Jakarta tetap jadi kota kolaborasi, atau malah berubah jadi “Kota Si Doel”?”

Ketika Anies Beri Jakarta Branding Ala Startup

Tahun 2020, Jakarta mendapatkan sesuatu yang jarang dimiliki kota lain: brandbook. Bukan sekadar logo keren atau font estetik, tapi pedoman identitas visual dan filosofis yang komprehensif bagi ibu kota ini. Dengan tagline “Kota Kolaborasi”, Anies Baswedan mencoba menjadikan branding Jakarta sebagai alat komunikasi sekaligus katalis perubahan yang nyata.

Jakarta BrandBook 2020-2023

Branding yang dilontarkan Anies tersebut mencerminkan Jakarta yang penuh paradoks: macet tapi dinamis, panas tapi tetap bikin kangen, keras tapi bikin betah. Konsepnya sederhana? Warga bukan hanya jadi penonton, melainkan sebagai pemain utama dalam membangun ibukota. Dari tata warna khas Jakarta—dari Hijau Betawi hingga Jingga Bis Kota—sampai desain logo berbasis kolaborasi, semuanya mengajak warga untuk berpartisipasi. Mirip startup yang ngajak semua stakeholder buat patungan ide.

Tapi seperti kata Kevin Lynch dalam The Image of the City, “A city is not just a place in space, but a drama in time.” Maka, drama kepemimpinan pun akan terus berlanjut!

Dari Kota Kolaborasi ke Kota Si Doel?

Kini, tongkat estafet ada di tangan Mas Pram dan Bang Rano. Sebuah perpaduan antara politisi senior dengan sebuah ikon budaya yang melegenda ini semestinya membuka peluang baru dalam membangun narasi Jakarta. Tapi sebelum mereka sibuk dalam merancang visi baru, tentunya ada beberapa pelajaran dari era Anies yang seharusnya bisa mereka teladani:

Jakarta BrandBook 2020-2023

1. Branding Kota Itu Bukan Hanya Logo, Tapi Aksi

Logo +Jakarta bukan sekadar tempelan, tapi ajakan: ayo kerja bareng! Mas Pram dan Bang Doel perlu memastikan bahwa branding Jakarta tidak hanya sebatas visual, tapi benar-benar mencerminkan kebijakan yang inklusif dan kolaboratif. Kalau mau rebranding, pastikan ini evolusi, bukan revolusi!

Jakarta BrandBook 2020-2023

2. Kolaborasi Itu Bukan Cuma Wacana

Dulu, “Kolaborasi” jadi mantra sakti. Tapi apakah kolaborasi benar-benar terjadi? Mas Pram dan Bang Doel harus memastikan bahwa kebijakan mereka bukan hanya top-down, tapi benar-benar melibatkan komunitas. Ingat, seperti kata Jane Jacobs, “Cities have the capability of providing something for everybody, only because, and only when, they are created by everybody.”

3. Menyeimbangkan Nostalgia dan Inovasi

Si Doel adalah ikon nostalgia. Jakarta juga kota yang penuh kenangan. Tapi membangun kota bukan cuma soal mengenang masa lalu, melainkan juga menata masa depan. Artinya, modernisasi dan digitalisasi tetap harus jadi prioritas, tanpa menghilangkan identitas Betawi yang khas.

4. Infrastruktur yang Inklusif, Bukan Eksklusif

Konsep Transit-Oriented Development (TOD) yang dikembangkan di era Anies perlu diteruskan, tapi dengan sentuhan yang lebih inklusif. Misalnya, bagaimana transportasi publik bisa lebih ramah bagi penyandang disabilitas dan warga yang tinggal di pinggiran? Seperti kata Aristoteles, “The city is a partnership for living well.”

Jakarta BrandBook 2020-2023

Jakarta Itu Bukan Sekadar Siapa yang Memimpin

Pada akhirnya, Jakarta bukan hanya tentang siapa gubernurnya, tapi bagaimana gubernurnya membuat kota ini tetap terasa seperti rumah bagi semua. Apakah Mas Pram dan Bang Doel bisa melanjutkan semangat kolaborasi ini? Atau apakah kita akan melihat Jakarta lebih mirip kehidupan Doel, di mana modernitas dan tradisi terus berbenturan?

Yang jelas, kalau branding Jakarta era Anies adalah startup mode on, semoga Jakarta era Mas Pram dan Bang Doel bukan sekadar nostalgia mode on. Karena kota ini butuh lebih dari sekadar kenangan—kita butuh aksi nyata.

Sekarang kita musti sedikit bersabar untuk nantikan pelantikan Mas Pram dan Bang Doel yang tinggal menunggu aktu saja. Setelah itu kita ucapkan selamat bekerja bagi Pak Gub dan Pak Wagub baru! Pesan kami adalah: Jangan sampai Jakarta hanya jadi latar cerita, tapi jadikanlah kota ini sebagai kisah sukses yang terus berkembang. Kayak Doel, tapi upgrade ke versi 5G! Tabik.

Simak Jakarta Brandbook 2020-2023 yang lengkap di sini: Jakarta BrandBook 2020-2023

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here