SENI.CO.ID – Teater Bel Bandung kerjasama dengan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung gelar bedah buku kumpulan cerpen Psikolog Punya Cerita dan kumpulan foto Emak-Emak Motret Pake Hape karya Suzy Rinaldhy, Jumat 31 Januari 2025 pukul 13.30 – 16.00 wib di Gedung Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung, Jl. Seram No. 2 Bandung.
Ahmad Zaqi, ketua pelaksana perhelatan yang bertajuk Jendela Semesta mengatakan, kegiatan yang digagas Teater Bel Bandung bersama Suzy Rinaldhy sebagai pembuat karya buku ini, bukan semata gelar bedah buku, juga menyuguhkan pertunjukan musik, haiku dan teater dari beberapa komunitas dan pelaku seni di Kota Bandung dan sekitarnya.
“Kami bangga, Teater Bel Bandung sampai saat ini masih bisa hadir menyuguhkan perhelatan budaya, baik berupa pertunjukan teater, musik, pameran, festival, dan diskusi budaya. Mengawali tahu 2025 dan diusia Teater Bel Bandung yang telah melewati 51 tahun, kami gelar bedah buku karya aktivis Teater Bel, Suzy Rinaldhy,” Ujar Zaqi.
Zaqi berharap kegiatan ini bisa menstimulan atau menginspirasi anggota Teater Bel, juga masyarakat seni untuk terus kreatif, inovatif, dan produktif atau berdaya dalam berbudaya.
“Pada kesempatan ini kumpulan cerpen Psikolog Punya Cerita karya Suzy Rinaldhy bukan sebatas buku yang harus dibaca, juga menjadi karya yang melahirkan karya,” ungkap Zaqi.
Adapun bedah buku sendiri menghadirkan pembicara Aming Derachman, Ipit S. Dimyati, Krisna T. Satmoko, Medi Mahendra dan moderator Rosyid E. Abby. Sedangkan pertunjukan seni diantaranya; musik Adew Habtsa, Chandra JP, lalu lakon STRES naskah dari cerpen karya Suzy Rinaldhy dengan pemain Desty Astuty dan Keisha, Para Pemusik: Yusef Muldiyana, Reza, Rizky, Farel, Khaitan Nasrullah dan M. Fahri. Sutradara Deden Syarief. Monolog oleh Charvia Putri Sudhita, “Menanti Kelahiran” Karya A.A. Navis, Sutradara Hermana HMT. Pembacaan Haiku oleh Deddy Koesdinar dan Tuty Susana.
Semetara itu, Suzy Rinaldhy, penilis dan fotografer yang menuangkan karyanya dalam dua buku yang berbeda itu menyatakan, kumpulan 24 cerpen yang dibuatnya berisi berbagai masalah di kehidupan sehari-hari. Kisahnya terinspirasi dari pengalamannya sebagai psikolog.
“Kumpulan cerpen ini cerita fiktif. Cerita dalam setiap cerpen memiliki nilai yang berbeda. Aku berharap para pembaca dapat menangkap maknanya, memetik manfaatnya, dan menginspirasi dalam menyikapi tiap masalah di kehidupan,” kata Suzy, psikolog juga pemain teater.
Sedangkan hasil jepretannya yang kemudian dicetak dalam bentuk buku, Suzy melihat sisi lain kehidupan yang dijalaninya.
“Bagiku motret pake Hp bukan sekedar selfie atau mengabadikan momen berharga, tapi juga punya nilai plus. Dokumen pribadi ini mudah-mudahan bisa menginspirasi untuk membuat karya foto estetik yang lebih menarik untuk dinikmati. Ini hobi yang mengasyikan,” paparnya.
Karya Suzy, baik cerpen maupun foto sangat layak diapresiasi. Pengalamannya sebagai psikolog memberi warna yang berbeda dalam penyajian cerita juga karya fotonya.
Rosyid E. Abby, pengasuh rubrik sastra di koran harian umum Pikiran Rakyat mengapresiasi cerpen-cerpen karya Suzy. Menurutnya, membaca cerpen Suzy mengingatkan dirinya pada buku karya MAW Brouwer berjudul Antara Senyum dan Menangis yang terbit tahun 1974.
”Penulis asal Belanda yang lama tinggal di Bandung itu menawarkan sketsa-sketsa kehidupan dengan permasalahannya yang kompleks, tapi dapat diselesaikan lewat teori psikologi dengan bahasa keseharian,” paparnya.
Namun demikian Rosyid mengungkapkan perbedaan tulisan Brouwer dan cerpen Suzy. Brouwer lebih mendekati sketsa sedangkan Susy lebih bertutur.
“Cerpen-Cerpen Suzy menawarkan solusi bagi permasalahan tertentu dengan nilai kontradiktif negatif – positif, dengan ungkapan bahasa yang ringan, cerdas, dan menggelitik,” ungkapnya. (seni/Mang)