Menyulam Rasa dalam Goresan Sunyi, Gerdi WK
SAYA pagi itu pameran baru dibuka mulai pukul 10 WIB dan pas saya ada di kawasan Menteng Jakarta Pusat, saya dengan serius dan niatnya memang harus menyaksikan pameran Illustrious GERDI WK. Seorang teman mengajak hadir di pembukaan, namun waktu bersamaa saya berjumpa dengan mitra saya.
Pameran Illustrious GERDI WK digelar di Balai Budaya Jakarta Pusat pada 22-28 April 2025. Jika dalam perjalanan Gerdi WK masuk komikus masa kejayaan dunia per-komik-an Indonesia.
Gerdi dikenal sebagai pencipta tokoh superhero perempuan Gina. Ia lebih kuat dikenal sebagai komikus dari pada ilustrator sejumlah media masa kejayaan media cetak.
Dalam seni rupa Indonesia, Gerdi WK pastinya masuk dalam komikus dan beredst komiskua lainnya RA. Kosasih, Mansyur Daman (MAN), Ganes Thiar Santosa, atau lebih dikenal dengan nama Ganes TH, Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Hans Jaladara dll.
Say melihat ada nama-nama yang tidak bersuara keras, tapi justru mengendap kuat dalam ingatan visual bagi saya itu nama Gerdi WK mengingat kan saya masa kecil disebuah taman bacaan di daerah Cicadas Bandung.
Gerdi lebih dikenal sebagai seorang komikus dari pada seorang illustrator, meski pun karya-karya ilustrasi juga ‘keren’. Memang seorang komikus bisa dipastikan bisa membuat karya ilustrasi. Tetapi seorang ilustrator belum tentu bisa membuat karya komik. (sekadar catatan)
Dalam tulisan pengantar yang dipajang di Balai Budaya Jakarta tertulis: “Telah lebih dari lima dekade Gerdi WK memekuni ilustrasi sebagai jalan sunyi, namun nyaring. Karyanya terbit di banyak media, mungkin terpacak di banyak ruang, dan tumbuh secara diam-diam dalam banyak hati penggemarnya,” demikian tulisan yang apik dari Dr Karna Mustaqim.
Dalam tulisan menggambar bukan hanya untuk dilihat, tapi untuk dirasakan sebagai ilustrasi. Jika melihat karya Gerdi mencoba membaca waktu yang terus berjalan, membacanya dalam goresan garis-garis halus, yang mengalir dalam waktu. Setiap garis punya suara, dan ia mencoba merekam dari waktu yang lama hingga masa kini. Mengikuti garis yang mengalir, itulah filosofi dalam pameran ini. Hal ini tentu bukan semata menunjukkan keterampilan teknis menggambar manual saja, tetapi dibarengi dengan penciptaan narasi (cerita yang runut, bersambung dan menarik), juga kecerdasan kreatifitas dan imajinasi yang luar biasa. Seorang Gerdi WK sudah terlihat kualitas dari jejak visual karyanya yang selalu menarik pembaca. Di era awal 1970 an adalah masa kejayaan dunia komik Indonesia, yang kemudian meredup dan 1990 terlihat ‘mati’. Banyak komikus di saat masa jaya tersebut, nama Gerdi masuk yang menciptakan tokoh-tokoh superhero.
Bahkan dari beberapa cerita komik superhero tersebut sudah ada yang sampai dibuat film layar lebar. Si Cantik Gina adalah adalah sosok superhero ciptaan Gerdi yang sangat terkenal saat itu (1975, 1976). Cerita Gina yang seksi dan cantik ini diilhami dari cerita 1001 malam dari Timur Tengah. Gina, selain seksi dan cantik, juga punya kesaktian bisa terbang dan mengeluarkan cahaya dari telapak tangannya. Ada juga beberapa nama tokoh selain Gina, Boda atau Santini. Komik Gerdi juga yang disukai dan digemarin selain serial Gina, Siluman Ular, Rahasia Istana Emas, Gurun Gobin (1975), Teratai Merah (1976).
Gerdi WK sudah selama 55 tahun ini sangat setia membuat komik dan ilustrasi. Lahir di Ciamis pada 13 April 1953. Beliau adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Rd. Godjali Wirata Kusumah dan Utin Rukasih. Orangtua dari Ciamis pindah ke Bandung saat Gerdi masih kecil, selain pencipta superhero wanita Gina, Gerdi juga membuat komik cerita rakyat, serial keagamaan, cerita sejarah dan lain-lain. Untuk karya-karya ilustrasi dulu sering muncul di majalah anak-anak Bobo, terbitan PT Gramedia, ada tokoh Oki dan Nirmala, banyak juga membuat ilustrasi dari banyak dunia dongeng. Saya pikir sosok Gerdi sudah kayak dan pantas disebut masuk dalam salah satu deretan sang maestro komikus Indonesia dan menjadi bagian pengkayaan kemajuan dunia komik di Indonesia.
Gerdi WK dalam sambutan pamerannya/dok pribadi

Karya Gerdi juga adalah —sosok yang selama puluhan tahun hadir di balik lembar-lembar cerita pendek, esai, dan puisi, terutama di media seperti Kompas Minggu, Horison, Zaman, dan banyak lagi. Ia bukan pelukis panggung megah. Ia adalah peramu rasa dalam kesunyian yang hakiki. Garis-garis Gerdi tidak pernah menggurui. Ia mengalun lembut, seolah muncul dari dalam jiwa, bukan dari sekadar tangan. Setiap ilustrasinya adalah tafsir visual atas perasaan manusia: sepi, cemas, resah, menunggu, mengingat.
Dan justru dari sanalah kekuatan itu lahir—dari ketenangan yang menyampaikan banyak hal tanpa teriak. Gerdi adalah seorang penerjemah rasa dalam garis. Ia tahu kapan harus diam, kapan harus memberi jeda, dan kapan harus mengalirkan emosi lewat tarikan pena yang tipis namun tegas. Karyanya bukan hanya ilustrasi—ia adalah puisi visual, yang bisa berdiri sendiri tanpa teks, tapi makin kaya ketika berdampingan dengan narasi.
Dalam pameran “Illustrious Gerdi WK – Mengalir Dalam Garis”, kita tidak hanya diajak melihat karya, tetapi juga menyusuri waktu. Karya Gerdi merekam zaman dengan cara yang tidak frontal. Ia hadir seperti bayangan: setia mengikuti cerita, tapi memberi nyawa pada seluruh suasana. Di tengah era digital dan visual yang serba instan, kehadiran Gerdi justru terasa segar: mengajak kita kembali merenung, memperlambat pandang, dan menikmati detail. Ia membuktikan bahwa seni tidak harus berisik untuk berarti.
Bahwa ilustrasi bukan sekadar hiasan, melainkan bagian dari roh kebudayaan literer kita. Gerdi WK adalah penjaga garis yang jujur. Ia tidak mengubah dunia dengan ledakan warna, tapi dengan lirih yang meresap jauh. Dan dalam lirih itulah, kita menemukan makna yang tak akan lekang oleh waktu. Saya setuju bahwa karya Geri gaya realisme liris begitu yang juga begitu disampaikan Dr Karna Mustaqim bahwa Gerdi menunjukkan bahwa ilustrasi adalah bahasa—yang mengalir dari tubuh dan pikiran. Ia adalah perjalanan waktu dan memori yang melekat pada sejarah visual kita. Ia adalah jejak di atas waktu—yang diam, namun menghidupkan yang telah lewat. Selamat Kang..!!!
Aendra Medita
Sponsor