Budaya Harus Menyusup ke Semua Lini
Dalam pusaran zaman yang terus bergerak cepat, bangsa ini tengah diuji bukan hanya dari segi ekonomi atau politik, tetapi dari akarnya yang terdalam adalah: budaya.
Budaya bukan sekadar hiasan masa lalu atau ornamen dalam perayaan seremonial. Budaya adalah nilai hidup, roh kolektif yang seharusnya menyusup ke semua lini kehidupan: dari sekolah, ruang birokrasi, hingga pasar dan dunia kini yang serba digital.
Para pendiri bangsa telah memberi contoh.Soekarno memaknai budaya sebagai alat pembebas, bukan hanya seni tapi juga narasi kebangsaan
Bung Hatta, tokoh bangsa yang dikenal sederhana dan berintegritas tinggi, menjadikan budaya membaca dan berpikir sebagai bagian dari perjuangan. Tan Malaka menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan pikiran, di mana budaya menjadi tulang punggung. Ki Hadjar Dewantara bahkan menanamkan pendidikan sebagai alat membudayakan manusia, bukan sekadar mencetak pekerja, bahkan menempatkan budaya sebagai inti dari pendidikan nasional.
Tokoh-tokoh ini sadar: bangsa yang kuat bukan hanya soal ekonomi dan senjata, tapi soal karakter. Mohammad Yamin, tokoh penting dalam perumusan dasar negara, percaya bahwa kebudayaan adalah kekuatan pemersatu dan penegas identitas bangsa. Dalam puisinya dan pidatonya, Yamin selalu menekankan pentingnya semangat kebangsaan yang berakar pada budaya.
Hari ini, kita menghadapi tantangan baru: globalisasi, digitalisasi, dan krisis nilai. Jika budaya tidak hadir di dalam cara kita mendidik anak-anak, cara kita memimpin, hingga cara kita menggunakan teknologi, maka bangsa ini akan menjadi besar tapi rapuh. Budaya harus menjadi arah, bukan dekorasi. Ia harus menyatu dalam kebijakan publik, menjadi etika dalam bisnis, menjadi dasar dalam berpikir, dan menjadi napas dalam berkarya.
Bangsa yang beradab bukan hanya yang tahu sejarahnya, tapi yang menghidupi nilai-nilai budayanya dalam tindakan sehari-hari. Inilah saatnya kita menjawab panggilan zaman: menjadikan budaya sebagai fondasi utama kehidupan berbangsa. Kita tidak bisa terus berjalan hanya dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi, tanpa jiwa yang berakar.
Budaya Harus Menyusup ke Semua Lini
Di tengah derasnya arus globalisasi, bangsa ini membutuhkan jangkar: budaya. Bukan sekadar warisan atau seremonial, budaya adalah napas kehidupan yang harus menyusup ke seluruh lini—pendidikan, politik, ekonomi, teknologi, bahkan ruang virtual. Tanpa budaya, pembangunan hanya menghasilkan tubuh yang besar tapi kehilangan jiwa.
Ketika sistem pendidikan terlalu kaku, birokrasi menjadi kering, dan ruang digital dipenuhi kekacauan informasi, budaya harus menjadi penyeimbang. Budaya bisa menghidupkan kembali etika publik, memperkuat karakter bangsa, dan menjadi arah pembangunan yang berkeadaban.
Inilah saatnya budaya tidak hanya ditempatkan di panggung, tapi masuk ke ruang kelas, ruang sidang, ruang usaha, dan ruang digital. Seperti kata Yamin: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati budayanya.” Maka mari kita hormati, hayati, dan jalankan budaya sebagai fondasi utama peradaban kita. Budaya Harus Menyusup ke Jiwa YANG LUHUR. TABIK.!
Aendra Medita
Sponsor