Home AGENDA Budaya Digital dan Masa Depan Ekspresi

Budaya Digital dan Masa Depan Ekspresi

0

Loading

 

SERI POLITIK BUDAYA #4

Budaya Digital dan Masa Depan Ekspresi

SENI.CO.ID – Dunia telah berubah. Peradaban kini hidup dalam dua dunia: fisik dan digital. Dan dalam ruang digital, budaya menemukan wajah barunya—lebih cepat, lebih cair, dan lebih bebas. Tapi justru di sana pula muncul pertanyaan besar: ke mana arah budaya digital Indonesia? Dan siapa yang mengendalikan ekspresi di ruang maya ini?

Era di Mana Semua Orang Adalah Produsen Budaya

Dulu, budaya lahir dari ruang-ruang seni, panggung, panggung sandiwara, atau galeri. Kini, sebuah video 30 detik bisa menjadi tren nasional. Sebuah cuitan bisa memicu diskusi politik. Budaya tidak lagi eksklusif. Ia hidup di jari-jemari netizen.

“Internet bukan hanya alat komunikasi. Ia adalah ruang budaya yang baru.”

– Pierre Lévy, filsuf digital Prancis

Kita sedang menyaksikan sebuah revolusi budaya yang tidak terpusat. Demokratisasi ekspresi—sekaligus banjir informasi yang bisa menenggelamkan makna.

Antara Kreativitas dan Kekacauan

Di satu sisi, budaya digital memberi ruang besar bagi anak muda Indonesia untuk berkarya. Kita melihat seniman lahir dari TikTok, pelukis sukses dari Instagram, dan penulis puisi populer di Twitter. Tapi di sisi lain, muncul budaya viral yang serba instan, kehilangan kedalaman, dan bahkan sering membajak etika.

Konten receh lebih digemari ketimbang konten reflektif. Hoaks menyebar lebih cepat dari pada puisi. Budaya digital rentan menjadi budaya “cepat lupa”—karena semuanya ditelan algoritma.

Seni di Era Algoritma

Seniman hari ini tidak hanya berhadapan dengan selera publik, tapi juga dengan logika mesin. Platform seperti YouTube, TikTok, atau Instagram tidak hanya memfasilitasi ekspresi, tetapi juga mengatur apa yang layak ditonton.

Karya-karya bernilai tinggi bisa tenggelam jika tidak cocok dengan algoritma.

“Kita harus memastikan teknologi memperkuat budaya, bukan mendominasinya.”

– Jack Ma, pendiri Alibaba

Maka penting untuk mulai membangun kesadaran digital budaya: bagaimana menggunakan teknologi sebagai alat ekspansi nilai, bukan sekadar hiburan.

Pendidikan Literasi Budaya Digital: Mendesak!

Indonesia butuh gerakan besar literasi budaya digital. Bukan hanya soal “cara menggunakan internet”, tapi bagaimana mengelola ekspresi, memahami etika digital, menjaga identitas, dan menciptakan ekosistem budaya yang sehat.

Sekolah, kampus, komunitas, dan negara harus bersama-sama mendidik generasi digital untuk bukan hanya jadi pengguna, tapi pencipta budaya.

Negara Jangan Ketinggalan

Sementara masyarakat melaju cepat dalam budaya digital, banyak kebijakan negara tertinggal. Alih-alih mendukung, negara kadang hanya hadir saat ingin mengatur atau membatasi.

Padahal, kita butuh negara yang hadir sebagai teman dialog, bukan wasit otoriter. Negara harus mendukung teknologi lokal, membangun platform ekspresi nasional, dan melindungi hak-hak kreator digital.

Masa Depan: Budaya Tanpa Batas

Budaya digital telah membuka gerbang dunia baru. Tapi pertanyaannya: apakah Indonesia hanya akan menjadi penonton dan konsumen? Atau kita siap menjadi produsen nilai global?

Pilihan ada di tangan kita. Budaya digital bisa menjadi senjata pemusnah massal makna, atau menjadi kendaraan emas menuju kejayaan budaya nusantara di abad 21.

Redaksi: Tim Seni.co.id

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here