Home AGENDA Bersama Ananda Sukarlan, Piano & Co. Menorehkan Sejarah Musik di Ulangtahunnya ke-5

Bersama Ananda Sukarlan, Piano & Co. Menorehkan Sejarah Musik di Ulangtahunnya ke-5

0
Dari kiri: Armiya Husein (flute), Ratnaganadi Paramita (soprano), Ananda Sukarlan, Angelica Liviana (pianis, pendiri Piano and Co.) setelah konser di Gedung Yamaha/ist

Loading

Piano & Co. Menoreh Sejarah Musik di Ulangtahunnya ke-5 Bersama Ananda Sukarlan

SENI.CO.ID — Sebuah prestasi yang luar biasa,  “Indonesia itu mungkin memecahkan rekor sebagai negara dengan sekolah musik terbanyak. Lebih banyak dari McDonalds atau Starbucks mungkin. Tapi soal kualitas, eittss nanti dulu”. Itu kata Ananda Sukarlan, pianis dan komponis yang disebut oleh Sydney Morning Herald sebagai “one of the world’s leading pianists … at the forefront of championing new piano music”.
Sabtu 31 Agustus lalu, Piano & Co. mengadakan konser ulangtahunnya ke-5 dan mengundang Ananda Sukarlan menjadi “composer in residence”-nya. Tugasnya adalah membimbing beberapa siswa yang terpilih untuk mendalami karya-karyanya untuk belajar langsung proses kreatif dari sang komponis selama bulan Agustus. Para siswa ini kemudian mempersembahkan hasil kerjanya di depan publik di konser yang diadakan di Gedung Pusat Yamaha di Jl. Gatot Subroto Jakarta.
“Piano & co adalah sekolah musik yang berbeda dari ribuan sekolah musik yang ada di Indonesia. Ini bukan sekedar ‘penitipan anak’ dan si anak belajar musik yang itu-itu saja yang dimainkan ribuan anak Indonesia yang les piano”, ujar Ananda. “Itu sebabnya ketika saya diundang untuk memberi beberapa pengajaran di sini, serta murid-murid dan guru-gurunya sangat antusias memainkan karya-karya saya, saya tentu menerima dengan gembira”, lanjutnya.
Selama bulan Agustus Ananda memberi masterclasses di Piano & Co. dimana para siswanya memperdalam pengetahuan mereka tentang teknik, pendalaman artistik serta komposisi Ananda, dan tanggal 31 Agustus ini dapat dilihat hasilnya.
Konser ini sekilas seperti konser murid-murid sekolah musik, tapi menjadi bersejarah karena ada beberapa karya baru Ananda Sukarlan yang dipagelarkan pertama kalinya (World Premiere) di konser ini. Ini juga kejadian yang masih sangat jarang di Indonesia (tapi sudah umum di Eropa dan Amerika), dimana para murid dan guru belajar langsung dengan komponisnya. Yang paling signifikan adalah cuplikan karyanya untuk flute dan piano, “Flowering Garden with Path”, dimainkan oleh pemain flute Armiya Husein.
“Selama masa kuliah di Royal Conservatory of Music di Den Haag, saya sering mengunjungi Gemeentemuseum dan juga Museum Van Gogh di Amsterdam. Salah satu lukisan yang meninggalkan kesan yang mendalam adalah ‘Flowering Garden with Path’ (yang menjadi karya ke-4 dan terakhir dari siklus karya ‘The Springs of Vincent’), dan setiap kali saya kembali untuk mengamatinya, melodi dan akord yang berulang muncul di dalam kepala saya. Saya sendiri heran betapa musik itu bertahan di kepala saya dan terpicu untuk berbunyi lagi ketika saya menulis musik ini dan melihat lukisan-lukisan itu lagi melalui Google Art Project, 30 tahun kemudian”, jelas Ananda tentang karya ini.
Penggambaran musim semi karya Vincent van Gogh dan karyanya yang semarak di musim semi untuk menangkap semua warna, cahaya, dan keindahan musim itu tak lekang oleh waktu. Van Gogh menyongsong musim semi dengan keinginan untuk tidak hanya menikmati kelahiran kembali alam di musim semi, tetapi juga untuk berbagi warna-warna kehidupan dalam segala hal yang dilihatnya dan dilukisnya. Dalam suratnya kepada ibunya tertanggal 20 Februari 1890, Van Gogh menulis, “Beberapa hari terakhir ini cuaca di sini agak buruk, tetapi hari ini benar-benar hari musim semi, dan ladang gandum muda, dengan bukit-bukit ungu di kejauhan, begitu indah, dan pohon almond mulai berbunga di mana-mana.” Saat tinggal di Arles pada musim semi tahun 1888, Van Gogh terpikat oleh pohon-pohon yang berbunga dan kebun buah yang sedang berbunga. Pada tanggal 2 April 1888, Vincent menulis kepada adiknya Theo, “Saya sedang bersemangat bekerja karena pohon-pohon sedang berbunga dan saya ingin membuat kebun buah Provençal yang penuh dengan kecerahan luar biasa.
‘The Springs of Vincent’ untuk flute dan piano terdiri dari 4 lukisan Van Gogh, diciptakan dan didedikasikan oleh Ananda untuk para pemain flute Eduard Sanchez dan pianis Enrique Bagaria. Mereka telah merekamnya untuk proyek mereka dengan Warner Classics dan akan dirilis pada musim dingin 2024 untuk menyongsong musim semi 2025 yang dipenuhi tur konser oleh duo musikus Spanyol ini.
Selain itu dipagelarkan juga ada dua tembang puitik karya Ananda yang cukup canggih penggunaan teknik vokal dan kolaborasi pianonya yaitu “Sepanjang Prawirotaman” berdasarkan puisi Kurnia Effendi dan “Senja Beku” dari penyair muda Galuh Ayara, dinyanyikan dengan sangat ekspresif oleh soprano Ratnaganadi Paramita didampingi (bukan hanya diiringi, karena pianonya cukup substantif, bukan sekedar mengisi iringan) oleh Angelica Liviana. Sedangkan Armiya Husein didampingi oleh sang komponisnya sendiri, Ananda Sukarlan.
Angelica Liviana yang akrab dipanggil Livi adalah pendiri Piano and Co., di mana ia juga menjadi pengajar. Ia lulusan jurusan piano di Universitas Pelita Harapan. Mulai belajar sejak usia 11 tahun, guru-gurunya antara lain Henoch Kristianto, Wanni Bongawan, Dr. Mario Santoso dan Dr. Hendry Wijaya. Ia telah memenangkan beberapa kompetisi piano nasional seperti 1st prize di Bali Piano Competition 2006, dan kompetisi piano yang diadakan di Radio Suara Surabaya. Albumnya “Moods” melakukan eksplorasi terhadap berbagai jenis genre lainnya seperti pop, kontemporer dan musik tradisi. Album ini ia ciptakan bersama para musisi Armiya Husein (flute), Iqbal Harja (violin), Alfian Adytia (cello), Rendi Indrayanto (viola), Hana Azizia (soprano), Kumbang (bariton), dan Gigin Ginanjar (kendang Sunda).
Ananda Sukarlan juga salah satu dari sedikit sekali orang Indonesia (yang lainnya antara lain aktris Christine Hakim) yang dianugerahi penghargaan tertinggi dari bukan satu, tapi dua negara. Kalau Christine Hakim menerima dari Jepang dan Perancis, bulan November 2023 lalu Ananda, kelahiran 10 Juni 1968 ini menjadi warga negara Indonesia pertama yang dianugerahi penghargaan kesatriaan Royal Order of Isabella the Catholic (Real Orden de Isabel la Católica), penghargaan tertinggi dari Kerajaan Spanyol yang diberikan kepada tokoh sipil atau lembaga sebagai pengakuan atas jasa luar biasa terhadap negara atau hubungan internasional / kerjasama dengan negara lain. Selain diganjar Real Orden de Isabel la Católica, Sukarlan juga telah dianugerahi gelar kesatriaan “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” oleh Presiden Italia Sergio Mattarella pada tahun 2020. Selain itu, seniman Indonesia pertama yang diundang Portugal tepat setelah hubungan diplomatik Indonesia dan Portugal pada tahun 2000 ini juga telah memenangkan banyak kompetisi musik di masa mudanya seperti Prix Nadia Boulanger dari Orleans, Prancis.
Selamat untuk semua penampil, terutama para pianis cilik yang membawakan karya-karya Ananda Sukarlan yang cukup menantang: Samantha Prasetyo Utomo, Angeline Taruno, Clara Wun, Jennifer Oey, Kevin Putra Arinardi, Kinara Nareshwari Yuono, Elizabeth Madeline Harjadi, Naila Meisyifa Aqila, Siane Budiman, Clara Celine Dharmawan, Veronica Tan, Oliver Koyie Atmaja dan Elkanna Gisela Suryantara. (AM/rsRED)

 

 

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here