Home Bahasa Resensi Buku: Sebuah Pelukan Hangat Bagi Jiwa-Jiwa Yang Terluka

Resensi Buku: Sebuah Pelukan Hangat Bagi Jiwa-Jiwa Yang Terluka

0
Cover Buku Jika Lukamu Sedalam Laut

Loading

Resensi Buku:
Sebuah Pelukan Hangat Bagi Jiwa-Jiwa Yang Terluka

Oleh: Wahyu Ari Wicaksono, Storyteller

Buku “Jika Lukamu Sedalam Laut, Ikhlasmu Harus Seluas Langit” adalah karya ketiga dari penulis bernama pena patahan.ranting. Sebelumnya ia telah menerbitkan “Seikhlas Awan Mencintai Hujan” (2021) dan “Kembalikan Aku Seperti Sebelum Mengenal Cinta” (2022).

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dengan genre romansa yang menggali berbagai aspek patah hati dan proses penyembuhannya. Melalui gaya bahasa yang puitis namun sederhana, penulis mengajak pembaca merenungkan tentang kehilangan yang sulit digantikan, perasaan yang masih tertinggal pada seseorang yang telah pergi, usaha mengumpulkan kembali kepercayaan yang hancur, bertahan dari rindu yang menyerang setiap malam, serta perjuangan menemukan keikhlasan yang mendalam.

Salah satu pesan utama yang disampaikan adalah pentingnya mengambil inisiatif dalam proses penyembuhan diri. Penulis menekankan bahwa kita tidak boleh menunggu orang lain datang membawa kebahagiaan atau penawar luka, melainkan harus meracik penawar dan menjemput kebahagiaan kita sendiri. Dengan demikian, buku ini menjadi panduan reflektif bagi mereka yang tengah berjuang mengatasi luka emosional dan mencari keikhlasan.

Secara keseluruhan, “Jika Lukamu Sedalam Laut, Ikhlasmu Harus Seluas Langit” menawarkan perspektif mendalam tentang proses penyembuhan hati melalui keikhlasan dan penerimaan. Gaya penulisan yang puitis namun mudah dipahami membuatnya cocok bagi pembaca yang mencari bacaan reflektif dan inspiratif dalam menghadapi berbagai dinamika perasaan.

IST

Karya ini adalah sebuah pelukan hangat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Melalui kumpulan tulisan bertema romansa dan refleksi, patahan.ranting mengajak pembaca menyelami proses penerimaan dan penyembuhan diri. Dengan gaya bahasa puitis namun tetap sederhana, buku ini membahas luka, kehilangan, kerinduan, hingga perjuangan menemukan keikhlasan.

“Kamu mungkin tidak bisa memilih siapa yang melukai hatimu, tapi kamu selalu punya pilihan untuk memaafkan dan melanjutkan hidup.” Melalui kutipan tersebut penulis berusaha menggambarkan kekuatan menerima luka sebagai bagian dari perjalanan hidup, meskipun perasaan sakit masih terasa begitu nyata.

Penulis juga menyajikan pesan penting tentang kebebasan dari masa lalu. “Berhentilah menunggu seseorang yang tidak akan kembali. Kamu adalah rumah bagi dirimu sendiri, dan tak seorang pun boleh memadamkan cahayanya.” Lewat kalimat ini, kita, pembaca seperti diajak untuk menyalakan kembali cahaya dalam diri, meskipun terasa sulit setelah dikecewakan.

Pesan mendalam tentang ikhlas pun juga ditertuangkan dalam tulisan kali ini. Misalnya dalam kalimat, “Ikhlas bukan tentang melupakan, tapi tentang mengingat tanpa rasa sakit yang mengikat.” Sepertinya kutipan ini dijadikan penulis sebagai salah satu inti dari buku ini, ia mengajarkan bahwa keikhlasan adalah proses panjang untuk berdamai dengan rasa kehilangan.

Selanjutnya buku ini juga memberi dorongan bagi mereka yang merasa kehilangan harapan. “Jangan biarkan lukamu menjadi penjara. Biarkan ia menjadi pelajaran, karena di balik setiap luka, ada cerita tentang keberanianmu bertahan.”

Menyajikan narasi yang mampu mengalir seperti alunan musik, maka buku “Jika Lukamu Sedalam Laut, Ikhlasmu Harus Seluas Langit” ini diharapkana bisa menjadi bacaan reflektif yang menyembuhkan. Setiap lembar adalah teman bagi mereka yang mencari keikhlasan dan kebahagiaan dalam perjalanan emosional yang rumit. Selamat membaca dan meraih kesembuhan. []

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here