PUISI AENDRA MEDITA
Jawab bukan, Bantah yang Indah
aku banyak membaca laut dan langit terbentang
tapi aku baca puisi tak ada batas yang jauh
tiada rona tapi ada kerinduan
tak akan kulupakan masa itu, tidak juga kutanggalkan kisahnya
pada jam itu semua tidur yang ada hanya tambatan jiwa yang menyatu
Tak ada mesin atau pun kapal mesin yang terbang
Janari ini menyapu syahdu yang khusu
berebut membaca waktu
seorang yang hanya aku tak muda hanya bisa melihat mata lingsamu yang indah di kejauhan semua orang tahu wajahmu memukau dan menyimpan sunyi, meski itu bertemu kelak
Mimpi Impian terukir mendesih dalam bibir manis dan langkah yang bijak
Mengeja apa saja yang bisa di narasikan
ada harapan
bisakan kurengkuh rasa itu
Bukan tanpa rintangan karena menggapai itu perlu perjuangan
Kita tetap harus riang gembiara karea jalan hidup hidup itu sudah ada yang menentukan Jalan
ikhlas alah cara bahagia dalam Perjuangan dari pada kita hanya melihat gerak gerik Dan kita kuatkan doa untuk bawa berkah
menuju limpahan keridho-an hakiki.
JAKARTA, JUNI 2024
BENARKAH KAMU
benarkah kamu sebagai keaslian, bukan palsu
jika benar tunjukan aslimu
jangan jadi polemik, kecuali penghibamu dan pemakan ketamakan
dan bicara kamu tapi sudah lambat sadar diri
tapi merasa paling
dan mengaku kesal, bahkan kecewa
kemana aja kamu selama ini?
aku sudah tahu sejak sebuah tertera nama dan diganti, absurd itu
benarkah kamu
ya sudah…. tanggung saja dikelak nanti
aku hanya penyaksi………
2014-2024
PUSI Jimmy s Johansyah
sajak akhir zaman: rik kena corona
di hamparan bumi yang disakitkan
alam raya cekam menekan
di hamparan bumi yang disakitkan
hak hidup manusia dimakzulkan
suratkabar dan televisi direstui
berebut promosikan musabab kematian
ambulans ngebut mengaung memamerkan kedaruratan
untuk menambah kehororan sebuah tontonan
kubur-kubur si fulan bin corona kumpul satu lahan
tentu ini tekateki yang patut dipecahkan
mengapa tak boleh diautopsi atau diselidiki?
dan narasi diluar keresmian dicap agitasi
di hamparan bumi yang disakitkan
siapa mereka pembuat ketetapan?
di hamparan bumi yang disakitkan
rik hilang sudah pendapatan!
di rumah celaka keluar bakal binasa
video wuhan terlanjur diimplan dalam kepala
hantu gila gentayangan mengintai nyawa
rupanya itu drama china
hei, ini aku rik si penjual roti murahan
tulang punggung keluarga aku seorang
buntu sudah ihktiar dagang
asap dapur hilang harapan, bubur terigu jadi santapan
statistik mortalitas melukis bebukitan julang tinggi
corona mengintai berganti-ganti edisi
orang mati kian rajin dikalkulasi
seakan banyak sekali
sebelum ini pusat statistikpun mencatat mati
sama banyak seperti kini
tapi, tak pernah dipublikasi
dan, batuk sedikit gejala terkontaminasi
tentu diagnosa ini harus direvisi!
waktu merayap corona melompat …
masjid, viraha, gereja, klenteng, dan pura
hasut prasangka bermain juga
antar jemaah hilang percaya
kau dan aku sumber marabahaya
kesatuan harus direnggangkan
itu pesan palsu corona harus diterapkan
waktu bersijingkat dalam rimba niscaya …
di jalan-jalan jam malam jadi cegatan
aparat keamanan dikerahkan demi keselamatan
siapa abai sanksi divoniskan
alangkah dramatik sandiwara yang dipanggungkan
di atas bumi yang disakitkan
rik gigil baring meriang
batang lehernya kerontang
hidung sumbat panas berlendiran
hilang penciuman hambar rasa sirna selera makan
thermometer mengukur lebih dari rata-rata
medis memutuskan rik kena corona!
harus dikarantina sebelum menjalar ke tetangga
atau masuk keranda!
rik menolak bertahan
: tak ada yang pantas ditakutkan
dari dulu ini penyakit sudah begitu di badan
mengapa sekarang jadi penyakit penuh larangan?
padahal itu yang mati terlalu banyak obat-obatan!
tak sampai seminggu rik pulih bugar kembali
disembuhkan ramuan tetumbuhan tanah kaya ini
ditambah kehangatan mentari tropika pagi
diam istirah sepanjang hari obat alami
imun tubuhnya tambah kuat lagi
waktu memburu menyusup dalam diam …
ya, aku rik kena corona
telah di sini!
di mana engkau, hai, penguasa negeri?
ya, riki, ini kami di sini
apa yang terjadi padamu, wahai, rakyat majikan kami?
bukankah telah dimaklumatkan
kunci pintu rumahmu tolak sesiapa bertamu
jangan berpergian jika tak perlu,
cuci tangan, tutup muka, jaga jarak itu aturan baru
seharusnya doa juga jadi aturan baku
tapi tak, sebab memang disimpangkan dari situ
riki, tak usah risau perkara makan
sudah disiapkan di gudang negara untuk diedarkan
namun, jangan lupa syarat utama wajib dilaksanakan!
rik percaya diri bertandang ke rumah ketua rt
ditanyakannya soal bantuan disediakan
belum sampai ke tangan
ketua rt jawab dari balik jendela
disuruh rik bertanya pada rw atasannya
…
penuh harap rik bersua ketua rw
di pos pengaduan
rw coreng moreng mukanya
pertanda kalah main kartu di sela kesuntukan
karena menuntut hak jatah dhuafa jelata
kedatangan rik mengganggu kegembiraan
tanpa kata, telunjuknya mengarah ke kelurahan
tapi, lurah berkilah temui tuan camat jangan telat
semoga bagian kamu segera didapat
rik kena corona tiba, bersemuka
menghadap camat sibuk rapikan
uang hasil khianat sumpah jabatan
disambutnya rik dengan asap rokok
dia tak jadi mendekat
sedangkan di daftar namanya tak tercatat
coba ke walikota saja
saran camat mengusir rik cepat-cepat
udara menggigil
hujan buatan dikandung toksin
kenormalan jadi kemusykilan
siapa tak sepaham dipastikan menyesatkan!
si peminum darah
bersarang di lembah-lembah pusat benua
tanduk menyembul lidah terjulur
air liurnya jalur utama penyelamatan
penawar kematian yang dipertuankan
si pemain catur gesit tak mudah ditelisik
dia tebar duri
dia singkirkan sendiri
perangai licik meraih simpati publik
waktu mencair terkurung dalam neraca pasir …
rik kena corona digarang matahari
tiba di gerbang balai kota langkah terhenti
dihadang hulubalang, gagal tunjukkan bukti
liur setan sudah menjadi bagian diri
rik diusir pergi, kerena tak patuh mandatori
dia bergeming tak sudi
atas dasar kedaulatan didebatnya penjaga berseragam
rakyat bebas berkhikmad dilindungi undang-undang
mereka tuding rik sok tahu
rik berseru, kalau sudah terkena baru kau tahu!
petugas stop tanya-jawab
mereka putar musik keras disko agogo
usaha bersabar sebelum menjelma jadi algojo
rik paham risiko, dia menghindar daripada dibanting k.o!
waktu membeku, kerik jangkrik menggali batu-batu …
di hamparan bumi yang disakitkan
kebenaran bukan lagi ukuran derajad kehidupan
para peminum darah dengan jubahnya yang merah
dalam ruang rahasia berlantai pola catur mewah
bersulang darah bayi hubungan luar nikah
mereka lounching programa mutakhir peradaban jahiliyah
ramuan setan bernanoteknologi tanpa tandingan
anasir sihir dalam kemasan agenda kesehatan
adapun jenisnya disaji dua sebagai pengelabuan
yang tulen dan air tanpa isian
agar manusia saling berdalih berseteruan
tentang menentang salah menyalahkan
cara amankan liur setan tak tergugat untuk dibatalkan
air liur setan sihir digitalisasi rumit rumusan
lebih berbisa dari jampi-jampi suku masaai,
lebih laknat dari rapal dukun maya ternama,
lebih sohor dari ajian ‘na munda’ indian amerika,
lebih kutuk dari serapah ‘lamia’ gypsi pengembara,
lebih rasuk dari tarian liar orang kikuyu merantai sukma,
dan lebih magis lagi
dari senandung ‘malka moma’ bulgarian mystery,
pun lebih teluh dari ilmu dayak kalimantan asli,
bahkan lebih ceracau
dari guna-guna pelunak tulang kepala
kajang aamma toa selatan sulawesi
air liur setan dengan segala firman dan kemanjurannya
berkerja diam-diam dalam jasad penduduk dunia
dijadikan inang pengendali ketaatan
percobaan besar menggugurkan singgasana tuhan
sebagai perlawanan terakhir setelah berabad dikalahkan
sedangkan penguasa lokalan
tak peduli itu ancaman
wabah malah jadi berkah berlimpahan;
yang maruk harta
corona jadi bisnis menjanjikan
yang mabuk kuasa
corona jadi modus pembungkaman
waktu melebur melingkar dalam alir lantun bertubi adzan …
rik kena corona bergerak melawan
diberaikannya jerat temali tabu kekangan
dia ungkap perundingan makar kawanan anjing hitam
rik kena corona dijauhi kawan diincar lawan
dibidik kematian, jadi loterai hadiah dolaran
waktu tersendat-sendat dalam nadi sekarat …
gelombang kelam menyusur menggulung
rik dilarikan angin disembunyikan awan
dilarung dalam perahu 5 layar 6 dayung ke timur pencerahan
berlindung dirinya dalam kubah ketaqwaan
rik kena corona telah di sini …
di mana engkau, wahai, sang penolong jiwa?
ini aku riki, cahayai nuraniku dari dunia temaram
ingin aku muliakan sewajarnya kehidupan
diasuh ajaran rasul-mu yang hendak mereka hapuskan!
burung hantu mendengkur menidurkan kewaspadaan
mandat disebar seiring hembus cuaca demam
suasana genting burung gagak dibantai malam
ambisi terkubur pelahan dibangkitkan
tersebab air liur setan
kode-kode genetika sidik tubuhmu
diubah dikacaukan
ilusi disulap jadi kenyataan
air disangka api
api dikira air
air liur setan itu bukan bualan
dia akan bikin gaduh masa depan
dan, jangan kalian lupa
darahmu sudah tak lagi manfaat
bagi kemanusiaan!
persetubuhan tanpa pembuahan
jumlah manusia diciutkan
mereka akan atur siapa saja yang dipertahankan
rik kena corona di tepian jalan raya peristiwa
orang-orang lewat, wajah kosong tanpa rasa
dituntun gelombang magnetik yang dipancarkan
dari tiang-tiang sepanjang garis peta
digiring ke altar pesta terakhir kekuasaan kaum dusta
yang tak padam-padam dendam purbanya
terhadap adam anak manusia
bara dasar neraka riang meletup berlompatan
penghuni bumi yang dikhilafkan berlipat digandakan
tetabuhan membahana ritual pemberhalaan
perbudakan makhluk terbuang
si pembangkang tuhan
sebaik-baiknya penyembahan
langit berdenting
wewangian surgawi membelai kalbu keilahiahan
di antara cahaya sejuk berpendaran
rik kena corona berpadusatu
dalam baris berpanji hitam berkilau
dengan hunus pedang berperisai ‘la ilaha ilallah’
wajib direbut bumi yang disakitkan!
CATATAN REDAKSI
Pekan ini Redaksi Seni.co.id menurunkan kembali puisi. Puisi yang diangkat adalah dari Aendra Medita, sebanyak 2 Puisi yang ditampilkan membaca simbol dan kiasan naratif. Aendra adalah penulis dan tulisan seninya pernah muncul di beberapa media. Kini Aendra menjadi Pemimpin Redaksi Media SENI.CO.ID dan juga MAJALAH SENI.
Jimmy S Johansyah adalah penyair yang lahir di Jakarta 25 Maret. Penyair yang berdomisili di kota Depok ini adalah founder dan ketua Koloni Seniman Ngopi Semeja. Selain menulis puisi yang karya-karya telah tersebar di mass media pusat maupun daerah dan tergabung dalam segenap buku antologi puisi bersama, dia juga menulis prosa serta buku biografi tokoh, naskah teater, dan juga skenario film.
(RED)
Sponsor