SENI – Festival Seni Setouchi Triennale 2016 diikuti 226 seniman atau kelompok seniman dari 34 negara dan kawasan termasuk Amerika Serikat, Prancis, Brasil dan Korea Selatan mereka memamerkan karya mereka dalam festival tiga tahunan.
Laman NHK menulis Hitoshi Fukagawa dari biro Takamatsu mengulas tentang tentang sebuah festival internasional yang disebut Setouchi Triennale ini.
Festival seni kontemporer ini berlangsung setiap tiga tahun dengan menggunakan 12 pulau di Laut Pedalaman Seto sebagai lokasi utamanya. Acara ini berlangsung dalam tiga musim yaitu semi, panas dan gugur. Untuk periode gugur tahun ini dimulai pada 8 Oktober dan berlangsung selama sebulan. Ada 226 seniman atau kelompok seniman dari 34 negara dan kawasan termasuk Amerika Serikat, Prancis, Brasil dan Korea Selatan yang turut memamerkan karya mereka dalam festival tahun ini. Banyak karya yang dipamerkan ini memiliki keterkaitan dengan pulau-pulau di Seto tersebut mengingat para seniman menciptakan karya tersebut berdasarkan inspirasi dari tradisi dan kehidupan setempat. Misalnya, beberapa karya seni yang diletakkan di tengah-tengah alam seperti misalnya di pantai dan persawahan. Rumah berusia dua abad diubah menjadi sebuah rumah seni. Sebuah tiang-tiang menara dengan tampilan eksterior yang menampilkan senyuman penduduk pulau digambar seperti poster film. Para pengunjung bisa merasa akrab dengan pulau-pulau ini.
Festival tahun ini menarik minat dari orang-orang di luar negeri termasuk dari Asia seperti Taiwan dan Cina serta Inggris dan Australia. Festival ini diperkirakan akan menarik lebih dari satu juta pengunjung dan memberi keuntungan ekonomi senilai lebih dari 13 miliar yen atau sekitar 130 juta dolar. Acara ini sekarang menjadi salah satu tujuan wisata Provinsi Kagawa, wilayah di mana kebanyakan pulau-pulau itu berada. Populasi di pulau-pulau tersebut menyusut dan menua secara signifikan, sehingga mempengaruhi vitalitas lokal mereka. Festival seni ini dimulai dengan tujuan untuk menyediakan kesempatan guna memberi sorotan terhadap daya tarik pulau-pulau tersebut.
Dengan Setouchi Triennale yang mengakar, beragam perubahan mulai terjadi di pulau-pulau tersebut. Misalnya, para seniman mulai tinggal menetap di Pulau Ogijima di lepas pantai Kota Takamatsu, Kagawa. Bekas penduduk pulau juga datang kembali menetap. Suara anak-anak sekarang bisa didengar di pulau tersebut. Sementara itu, festival juga mengubah persepsi masyarakat atas salah satu dari pulau di Laut Pedalaman Seto yaitu Oshima yang terletak di timur jauh Takamatsu. Pulau itu memiliki sanatorium nasional yang dibangun 90 tahun lalu guna mengisolasi para pasien lepra, atau penderita penyakit Hansen dari kemasyarakatan. Fasilitas tersebut masih beroperasi. Hanya sedikit orang yang datang berkunjung ke pulau itu meski pemerintah pusat telah menghentikan kebijakan isolasi. Tetapi sekarang banyak orang yang datang ke sana setiap hari sejak dijadikan sebagai salah satu lokasi festival seni. Karya seni di pulau itu didesain untuk membuat para pengunjung mengetahui tentang sejarah pulau tersebut.
Penduduk setempat berharap festival ini akan menarik lebih banyak pengunjung dari Jepang dan luar negeri. |NHK/md