
Pesan Ananda Sukarlan :
“If You Believe …”
Sebuah acara yang diyakini dapat mengubah persepsi serta merombak paradigma tentang disabilitas telah diadakan oleh pianis & komponis Ananda Sukarlan bekerjasama dengan Rotary Club International. Acara ini berupa talkshow dan juga konser yang bukan biasa-biasa saja, dan diselenggarakan di Auditorium London School of Public Relations (LSPR), Kamis 20 Februari pukul 18.00.
Turut berbicara dalam talkshow, selain Ananda juga Prita Kemal Gani yang menceritakan tentang putrinya Raysha Dinar yang lahir dengan autisme, serta Mardonius Tri Tjahyo Adi (Donny) yaitu ayah dari Anfield Wibowo pelukis penyandang Asperger’s Syndrome.
Acara ini adalah inisiatif dari Rotary Club cabang Menteng di bawah pimpinan Presiden 2024-2025, Diah Dharmayanti, PhD. Tahun 2023 Ananda Sukarlan diangkat menjadi Honorary Member dari Rotary Club International, dan diharapkan pianis & komponis yang disebut harian Sydney Morning Herald sebagai “one of the world’s leading pianists … at the forefront of championing new piano music” ini dapat menjadi motor sekaligus magnet dalam menggalang dana untuk berbagai proyek Rotary Club lewat karya-karyanya. Tahun lalu Rotary Club dan Ananda sukses mengadakan opera “Mendadak Kaya” dari naskah Putu Wijaya dan kini mereka fokus kepada potensi kaum disabilitas.
Ananda Sukarlan telah membuat musik untuk anak-anak difabel di Spanyol, bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta, dan di Indonesia melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI).
“Saya telah menulis banyak musik piano untuk mereka yang tangannya hanya berfungsi satu, misalnya, atau hanya beberapa jarinya yang berfungsi,” ucap pianis yang juga pengidap Asperger’s Syndrome ini. “Keterbatasan kita tidak menentukan kemana kita bisa pergi; keterbatasan hanya menentukan dari mana kita memulai. Perjalanan mungkin lebih jauh daripada mereka yang lahir “lengkap”. Tapi kalau anda percaya, if you believe you can, sebetulnya kita sudah separuh jalan sampai tujuan, makanya kita pakai judul If You Believe”, lanjutnya.
Ia mengusulkan agar ada institusi memberdayakan disabilitas untuk memperoleh fasilitas dalam bermusik seperti apa yang sudah dilakukan oleh negara Spanyol tempat dimana ia cukup lama bermukim. “Sudah ada ratusan partitur yang diciptakan untuk mereka dengan keterbatasan, apapun itu, oleh saya ataupun komponis terkemuka dunia seperti David del Puerto atau Santiago Lanchares. Kini ratusan partitur itu tersedia untuk digunakan”, lanjut pianis yang lulus dengan Summa Cum Laude dari Royal Conservatory of Music di Den Haag, Belanda ini.
Ananda didampingi oleh soprano Aurelia Vicci Abigail Hutajulu serta pianis yang juga menyandang autisme, Steven Audric Gui, keduanya peraih kejuaraan di Kompetisi Piano Nusantara Plus tahun 2024 kemarin dan penampilan mereka sangat mengesankan. Aurelia Vicci membawakan empat tembang puitik : “Seonggok Bangkai” dari puisi Ewith Bahar, “Teman TK” (puisi Hilmi Faiq), “Sst… Kau Tahu? Ada Harimau Bersembunyi dalam Lagu Naik Naik ke Puncak Gunung” (puisi Dedy Tri Riyadi), dan yang paling spesial adalah “Sepenuh Ini, Indonesia” dari puisi Shantined yang iringannya hanya dimainkan dengan tangan kiri saja. Karya ini terinspirasi dari karya Ananda “Satu Tangan, Sepenuh Jiwa, Untuk Indonesia” yang juga terinspirasi dari lagu pop “Untuk Indonesia” yang dinyanyikan Once Mekel dan Yenny Wahid (baca
https://kitaanaknegeri.com/puisi-terinspirasi-musik-ananda-sukarlan/ ) . Dengan kemenangannya di Kompetisi Piano Nusantara Plus, Aurelia Vicci mendapatkan golden ticket ke Ananda Sukarlan Award (ASA) 2025 yang artinya ia langsung bertanding di babak Finalnya, tanpa harus melalui babak penyisihan. Setelah penampilannya yang prima di malam kemarin, kelihatannya performa Aurelia akan sangat dinantikan di final ASA 2025 yang akan berlangsung tanggal 12 & 13 Juli di Institut Francais d’Indonesie, Jakarta.
Sedangkan pelukis yang juga penyandang Asperger’s Syndrome, Anfield Wibowo melukis sepanjang konser berlangsung. Mardonius Tri Tjahyo Adi ayah Anfield menerangkan, lukisan Anfield pernah dibawa oleh permaisuri Jepang, Putri Masako, perdana menteri Denmark dan lain-lain.
Penonton juga dapat menikmati pameran lukisan Raysha Dinar Kemal Gani di dinding auditorium LSPR.
Produk fashion Gori The Label secara eksklusif membuat busana untuk Ananda dari lukisan Anfield, sehingga Ananda dan para tokoh lain di acara itu sekaligus berfungsi sebagai “model” atau “peragawan” yang mengenakan kostum dari hasil lukisan Anfield.
Di Kompetisi Piano Nusantara Plus yang didirikannya, dan juga di Kompetisi ASA, Ananda memberi perhatian khusus untuk kaum disabilitas supaya mereka tetap bisa belajar bermain instrumen musik bahkan menjadi musikus profesional di kemudian hari. Ananda Sukarlan Award diinisiasi oleh Pia Alisjahbana tahun 2008 tapi kini sepenuhnya dikelola oleh Ananda Sukarlan Center, dan secara artistik dipegang oleh Ananda sendiri yang menambahkan kategori semua instrumen, vokal klasik dan juga Kategori untuk Berkebutuhan Khusus. (SYAM MAULANA)