MENGUAK POTENSI BISNIS SENI RUPA DAN DESAIN DI FSRD ISBI BANDUNG, SEBAGAI LANGKAH MENGHADAPI BLU
SENI.CO.ID – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung kini tengah berfokus mengembangkan potensi bisnis berbasis seni untuk menghadapi tantangan ISBI berpindah status sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Status baru ini menuntut FSRD ISBI Bandung untuk lebih mandiri secara finansial, salah satunya dengan menggali peluang bisnis dari berbagai bidang kreatif, seperti seni rupa, desain produk, hingga kriya.
Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S.Sen, M.Hum dalam diskusi tentang inkubator bisnis yang digelar online, Rabu (18/9) menyampaikan bahwa dalam mempersiapkan institusi ini menjadi BLU butuh peran aktif seluruh fakultas termasuk dari Fakultas Seni Rupa dan Desain dalam mendorong potensi produk karya seni untuk menjadi peluang bisnis, sehingga memberi nilai lebih dalam kemandirian fakultas dan memperkenalkan ISBI lebih meluas lagi melalui inkubator bisnis.
Langkah ini sejalan dengan tuntutan sebagai BLU yang mewajibkan kampus tidak lagi hanya mengandalkan dana pemerintah, tetapi juga menggali potensi ekonomi dari aset dan sumber daya yang dimiliki. Di FSRD, potensi tersebut ada pada produk-produk kreatif yang dapat dikembangkan untuk berbagai kebutuhan pasar, seperti furnitur, aksesori, desain interior, hingga seni rupa kontemporer.
Salah satu inisiatif yang tengah dikembangkan FSRD ISBI Bandung adalah Inkubator Bisnis Seni Rupa Desain yang dirancang untuk memberikan dukungan kepada dosen, mahasiswa dan alumni dalam mengelola karya seni mereka menjadi produk yang layak jual. Langkah awal melalui pemetaan keahlian dari dosen, mahasiswa dan juga alumni FSRD ISBI Bandung. Menurut seniman sekaligus dosen FSRD ISBI Bandung Gabriel Setiadi, pemetaan sebagai langkah awal penting untuk mendata terutama keahlian dosen seni rupa, sehingga lingkungan bisnis dapat terbangun melalui peran dosen yang bisa menjadi motivator bagi mahasiswa dalam proses mempersiapkan diri memulai bisnis. Inkubator ini akan menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk belajar bagaimana mengkomersialisasikan karya mereka, mulai dari produksi, pengetahuan dalam berkolaborasi/mitra, target pasar atau segmen pasar, membangun jejaring, manajemen pemasaran dan seterusnya.
Inkubator ini juga akan berperan dalam menyediakan pelatihan kewirausahaan, akses ke pasar, serta mentoring dari para ahli di bidang seni dan bisnis. “Hal ini perlu difasilitasi tidak hanya untuk mahasiswa tetapi juga untuk dosen, sehingga pengetahuan manajemen bisnis kewirausahaan dapat ditransfer ke mahasiswa secara lengkap dan jelas. Selain itu dengan memberikan pengetahuan keterampilan bisnis diharapkan mahasiswa bisa mandiri dan bukan hanya sebagai seniman, tetapi juga sebagai wirausaha kreatif,” tambahnya.
Selain itu, FSRD juga sedang memperluas jaringan kerja sama dengan industri kreatif lokal dan nasional, termasuk galeri seni, perusahaan desain, mitra bisnis dan komunitas kreatif. Kerja sama ini diharapkan dapat membuka peluang bagi mahasiswa dan dosen untuk memasarkan karya mereka. (bisa sebutkan kerjasama dengan siapa saja yg sudah dibangun). Inkubator Bisnis Seni Rupa ini tidak hanya untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai wirausahawan saja namunmenyediakan layanan jasa pelatihan atau pendampingan untuk membantu pengusaha pemula atau mitra usaha kecil dan menengah dalam memulai atau mengembangkan bisnis mereka.
Mahasiswa di FSRD ISBI Bandung menyambut baik inisiatif ini, terlihat dari hasil pendataan lapangan melalui kuesioner terkait minat mahasiswa dalam membangun kewirausahaan kreatif. Salah satu mahasiswa, Frara dari Program Studi Desain Kriya sangat antusias dan mendukung langkah kampus untuk mendorong potensi bisnis seni rupa dan desain. “Dengan adanya inkubator bisnis, kami sebagai mahasiswa dapat kesempatan dan peluang menjadikan karya kami sebagai produk yang bernilai jual” ungkapnya.
Namun, tantangan besar tetap ada, terutama dalam membangun jiwa bisnis, menjaga etika bisnis dan membangunbisnis yang berkelanjutan. Ahli ekonomi dan resiko bisnis bapak Drajat Sugiarto dalam wawancara online (12/9) mengungkapkan bahwa tantangan dalam mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kewirausahaan adalah minsdet jiwa enterpreuner, sikap profesional, dan etika berbisnis, sehingga originalitas, persaingan sehat tetap menjadi yang utama. “fakultas seni rupa dan desain merupakan fakultas yang memiliki nilai lebih dan keunikan, terkadang sebagai seorang seniman atau desainer masih mengedepankan idealisme dalam berkarya, namun untuk menjadikan karya bernilai komersil maka diperlukan kemampuan membaca segmen pasar serta pengetahuan manajemen bisnis, sehingga mampu membaca respon pasar serta membuka peluang kolaborasi,” ujarnya.
Ke depan, FSRD ISBI Bandung optimis bahwa dengan status BLU, mereka akan semakin terdorong untuk mengembangkan inovasi dan membuka peluang bisnis yang lebih luas. Dengan memaksimalkan potensi seni rupa dan desain, ISBI Bandung berharap dapat berkontribusi pada industri kreatif nasional serta mencetak generasi seniman dan desainer yang tidak hanya berprestasi di bidang artistik, tetapi juga sukses sebagai wirausaha kreatif. Potensi bisnis di bidang seni rupa dan desain ini diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi keberlanjutan ISBI Bandung sebagai BLU, sekaligus menjadi langkah strategis dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. (RL/ANDI S ROBERT)